3 tahun yang lalu / Pendaftaran Santri Baru Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar akan dibuka secara online pada awal Maret 2022.
3 tahun yang lalu / Pendaftaran AEC 2022 gelombang ke 2 dibuka mulai tanggal 20 Desember 2021 – 15 Januari 2022
Home › Editorial › Ngaji dan Ngabdi 50: Pengalaman Mengajar Selama Pandemi
10
Feb 2022
Ngaji dan Ngabdi 50: Pengalaman Mengajar Selama Pandemi
Diterbitkan : Thursday, 10 Feb 2022, Penulis : KH Asmawi Mahfudz
0
BAGIKAN
آداب العالم: لزوم العلم، والعمل بالعلم، ودوام الوقار، ومنع التكبر وترك الدعاء به، والرفق بالمتعلم، والتأنى بالمتعجرف، وإصلاح المسألة للبليد، وبرك الأنفة من قول لا أدري، وتكون همته عندالسؤال خلاصة من السائل لإخلاص السائل، وترك التكلف، واستماع الحجة والقبول لها وإن كانت من الخصم.
(Adab orang seorang guru adalah tetap menuntut ilmu, berbuat dengan ilmu, senantiasa bersikap tenang, tidak sombong dalam memerintah atau memanggil, bersikap lembut terhadap murid, tidak membanggakan diri, memperbaiki pertanyaan kepada orang yang lamban berpikirnya, merendah dengan mengatakan, ‘Saya tidak tahu,’ menjawab secara ringkas pertanyaan yang diajukan penanya, menghindari untuk membebani, mendengar dan menerima argumentasi dari orang lain meskipun dari seorang lawan. Al-Ghazali).
Dawuh al-Ghazali ini mungkin relevan diaktualisasikan dalam suasana pandemi dalam kegiatan transformasi ilmu pengetahuan. Sejak Pandemi Maret 2020 perkuliahan di kampus mengikuti edaran dari pemerintah dilaksanakan secara daring (dalam jaringan). Selama itu pula kita merasakan dilemanya melaksanakan pembelajaran dengan jaringan, yang mungkin dalam seumur hidup terjadi baru kali ini, saja. Maka sebagai pengajar harus siap dengan berbagai metode pembelajaran daring, selama tidak mengurangi sisi keistiqamahan pembelajaran kepada para mahasiswa, apalagi sampai menghentikan proses belajar mengajar, jangan sampai terjadi. Karena dengan kondisi apapun proses transformasi ilmu pengetahuan harus tetap dilaksanakan, demi menjaga konsistensi ilmiyah di lingkungan akademik. Memang ini suatu dilema, tetapi ini adalah realitas kehidupan yang sudah menjadi ketentuan Allah, adanya wabah yang tidak dapat dihindari oleh manusia di muka bumi ini.
Dalam situasi semacam ini biasanya, dari pihak Universitas memberikan kebijakan untuk para dosen mulai dari perangkatnya, fasilitasnya, jadwal mengajarnya, dan mengkoordinasikan di awal semester perkuliahan, inipun dilakukan dengan virtual. Biasanya dalam pertemuan dosen secara virtual ini dihadiri oleh semua staf dan pejabat pengelola, untuk memberikan motivasi kepada semua civitas akademika untuk tetap semangat melaksanakan pembelajaran walaupun dalam situasi pandemi. Ini kemudian dilanjutkan dengan pembukaan perkuliahan semester, yang ditandai dengan ceremonial doa bersama (istighasah) dan kuliah umum, dengan mengambil tema diskursus ilmu-ilmu yang sedang menghangat didiskusikan dalam dunia akademik. Misalnya tentang korupsi, hak asasi manusia, kajian tentang legislasi, wacana hukum Islam kontemporer, wacana tentang demokratisasi, dan sebagainya. Tujuannya adalah memancing ghirah akademik dari civitas akademika supaya tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai idealismenya, walaupun dalam situasi pandemi.
Pasca pembukaan perkuliahan ini, perkuliahan resmi dimulai, maka para dosen berkomunikasi secara langsung dengan para mahasiswa sesuai dengan kelas-kelas yang sudah dibagikan oleh pihak pengelola fakultas yang dalam hal ini program studi yang menjadi home base masing-masing. Misalnya saya kebetulan biasanya mengajar filsafat hukum Islam, sejarah pemikiran Hukum islam dan qiraatul kutub. Pada sesi pertama perkuliahan kita adakan perkuliahan secara daring dengan kelas-kelas sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Hanya saja, kalau kuliah dengan daring biasanya mahasiswa dengan dosen mengadakan kontrak perkuliahan sesuai dengan kondisinya masing-masing. Biasanya ada mahasiswa yang minta kuliah dipindah pagi hari atau siang hari demi kelancaran signal daerahnya masing-masing, ada mahasiswa yang minta perkuliahan dengan e-learning dengan pertimbangan efisiensi biaya, ada kelas yang meminta untuk memakai zoom, supaya perkuliahan berjalan secara efektif dan dapat diikuti dengan seksama dan lain sebagainya, perkuliahan dijalankan dengan perangkat yang fleksible, dengan tidak mengurangi sisi kuantitas tatap muka yang harus dilakukan dalam pembelajaran yakni 16 kali tatap muka.
Setelah dirasa kontrak perkuliahan selesai dilakukan, maka perkuliahan dijalankan sesuai dengan kesepakatan, dengan mendiskusikan materi-materi sesuai dengan kisi-kisi perkuliahan yang telah diramu oleh dosen. Mulai dari sisi ontologi ilmunya, epsitemologi ilmu, sampai kepada aksiologi ilmu pengetahuan. Misalnya dalam diskusi Filsafat hukum Islam kita kaji dimensi ontologisnya mencakup pengertian dan ruang lingkup filsafat hukum Islam, dari sisi epistemiloginya biasanya kita kaji sejarah perkembangan filsafat hukum islam, mulai zaman Rasul Saw sampai kepada filsafat hukum islam modern, dari sisi aksiologinya biasanya kita kaji tentang nilai fungsi dari hukum Islam yang meliputi sisi social change, law enforcementnya, atau kajian-kajian tentang maqashid al-shariah.
Materi yang ditawarkan kepada mahasiswa biasanya mereka kita beri file-file kepustakaan atau buku ajar yang ada, sehingga sebagai bahan baku ajar, sebenarnya mahasiswa sudah tidak mengalami kesulitan, tinggal kreatifitas mereka mau mengembangkan kepada pustaka-pustaka yang lain, yang dalam dunia tekonologi sekarang dirasa tidak ada kesulitan dalam hal urusan referensi ilmunya. Hanya saja, dalam situasi pandemi ini patut dimaklumi, terjadi problematika yang kompleks dalam diri mahasiswa sendiri, sebagian ada yang tetap serius mengikuti perkuliahan, ada yang terbawa suasana keprihatinan sehingga kurang semangat atau mungkin ada yang tidak semangat sama sekali, mereka mengikuti perkuliahan sekedar absen, nongol di zoom dan sebagainya sebagai kenyataan ada disekitar kita, yang harus disikapi dengan bijak.
Di tengah-tengah pembelajaran biasanya untuk mengontrol dan mengevaluasi pebelajaran diadakan ujian tengah semester dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mereview materi perkuliahan yang sudah dijalankan selama separoh semester. Dari hasil membaca evaluasi tengah semester mahasiswa, diketahui bahwa hasil kerja mereka memenuhi kualifikasi target pembejaran, mungkin ada sedikit yang kurang sungguh-sungguh dalam menjawab, terkesan mengabaikan juga ada. Atau mungkin jawaban yang sama persis dengan milik temannya juga ditemukan. Tetapi standar minimal target pembelajaran (objective leaning) bisa kita capai bersama-sama. Ini seandainya ujian yang kita laksanakan dengan memakai tanya jawab dengan penugasan secara lahir. Mungkin kalau evaluasi dilakukan dengan tanya jawab secara langsung hasilnya akan berbeda, tetapi selama pembelajaran daring ini kita patut bersyukur masih bisa melakukan pembelajaran dengan konsisten. Pasca ujian tengah semester biasanya kita adakan zoom bersama, untuk mereview perkuliahan dan hasil ujian mahasiswa, supaya kendali perkuliahan tetap terjaga, dan mahasiswa akan mengetahui sisi-sisi kekurangan yang atas ujian materi yang telah dilaksanakan.
Setelah ujian tengah semester, kita melanjutkan separoh materi perkuliahan sesuai dengan urutanya. Mahasiswa tetap semangat, dosennya juga tetap konsisten. Hanya yang kadang sulit mengontrol adalah presensi kehadiran mahasiswa, kadang-kadang mahasiswa hadir dalam zoom atau e-learning tetapi orangnya sambil tiduran, sambil beraktifitas yang lain. Ini yang menjadi kelemahan kita selama ini. Maka kedepan agar perkuliahan tetap berkualitas, kita patut lebih menertibkan kembali presensi kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan, supaya antara mahasiswa yang hadir dengan sungguh-sungguh dengan yang pasif dalam perkuliahan dapat dibedakan, dengan evaluasinya di akhir semester berbentuk penilainnya. Sebenarnya baik perkuliahan daring atau luring dengan tatap muka presensi kehadiran adalah sebuah keniscayaan, hanya saja saat perkuliahan dilkasanakan dengan virtual, kadangkala kita sulit memonitor keberadaan mereka.
Setelah perkuliahan berjalan sebanyak 15 kali pertemuan, terkahir kita adakan evaluasi akhir semester, dengan cara yang sama sebagaimana ujian akhir semester. Hanya saja penilaian yang kita lakukan biasanya lebih komprehensif. Di antaranya presensi, keaktifan di kelas, tugas, ujian tengah semester, ujian akhir semester kita jadikan kualifikasi nilai akhir dalam perkuliahan. Dari hasil melaksanakan pembelajaran selam daring ini, dapat disimpulkan hasil nilai mahasiswa rata-rata baik dan jarang kita temukan mahasiswa tidak lulus perkuliahan.
Artinya dari proses pembelajaran yang meliputi perangkat, sumberdaya dosen, kesiapan mahaiswa dan system yang ditetapkan universitas, sebenarnya perkuliahan daring tidak menjadi masalah bagi kegiatan tranformasi ilmu pengetahuan. Hanya saja tradisi ini belum menjadi budaya bagi kita masyarakat Indonesia untuk menfaatkan perkembangan informasi dan teknologi yang ada sekitar kita. Semoga kita di semester yang akan datang bisa meningkatkan kualitas pelaksanakan tugas kewajiban kita untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada sesama, sehingga semua insan akademik benar-benar mendapatkan barokah ilmiyahnya demi kepentingan ilmu, kelembagaan dan kamanusiaan secara umum. Amin. Wa Allahu A’lam bi al-Shawab.
Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal (PPTA), merupakan salah satu pondok pesantren tertua dan terbesar di Blitar raya yang memadukan kurikulum salafi yang kental dengan kajian berbagai kitab klasik dengan kurikulum modern yang berkonsentrasi dalam skill bahasa asing baik arab maupun inggris. Sehingga lulusan PPTA diharapkan mampu menjawab tantangan globalisasi dengan tetap mengedepankan syari’at Islam yang moderat.