Ngaji dan Ngabdi 79: Hikmah Shalat Malam (Edisi Pengajian Ahad Wage kitab Kifayat al-Atqiya)
Dalam pengajian Ahad Wage bulan ini masih melanjutkan tentang keutamaan dari shalat malam. Diceritakan oleh al-Yafi’i dari gurunya Syekh abi Bakar al-Dlarir, bahwa dia mempunyai tetangga seorang pemuda yang rajin beribadah, berperilaku baik, kalau siang puasa, kalau malam beribadah tidak pernah tidur. Suatu hari pemuda ini datang kepada Syekh Abu Bakar, wahai guruku sesungguhnya tadi malam saya ketiduran, terus meninggalkan wiridan yang biasa saya lakukan. Dalam tidur itu saya bermimpi, tempat yang biasa saya gunakan beribadah robek, dan seolah-olah saya bertemu dengan bidadari yang keluar dari tempat ibadah itu, yang kecantikanya menakjubkan, belum pernah saya melihat orang yang lebih cantik dari dia. Tetapi tiba-tiba dari dalam tempat itu juga keluar seorang wanita yang buruk rupa dan mulutnya lebar, saya belum pernah melihat perempuan yang wajahnya seburuk itu. Kemudian saya tanya kepada mereka, kamu yang cantik-cantik itu diperuntukkan untuk siapa? dan yang buruk rupa itu untuk siapa? Mereka menjawab, bahwa kami ini adalah malam hari dimana ibadahmu yang telah lalu, sedangkan yang buruk rupa ini adalah malam ketika kamu ketiduran tidak beribadah di waktu malam. Seandainya kamu mati pada waktu malam yang kamu tinggalkan itu, maka perempuan buruk rupa itulah bagian kamu. Mendengar itu kemudian pemuda shalih tadi menjerit sampai roboh dan meninggal dunia.
Hikayah itu menggambarkan begitu pentingnya beribadah pada waktu malam, waktu mustajabah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, merasakan kenikmatan bermunajat dengan Nya, akhirnya nanti timbul kecintaan seorang hamba kepada Allah Saw. Dalam hal ini Sufyan al-Tsauri Menyusun syi’ir

نظرت الى ربى عيانا فقال لى  هنيئا رضائى يا ابن سعيد

لقد كنت قوامااذا الليل قد دجا  بعبرة مشتاق وقلب عميد

 فدونك فاختر اى قصر تريده  وزرنى فانى عنك غير بعيد

(Saya telah melihat Tuhanku, Dia berkata kepadaku bergembiralah wahai ibn Sa’id mendapatkan ridlaku. Sungguh engkau telah beribadah pada malam hari yang gelap gulita seraya meneteskan air mata kerinduan dan hati yang kuat. Maka ambil dan pilihlah tempat istana yang engkau kehendaki. Datanglah kepadaku maka sesungguhnya aku tidaklah jauh dari kamu).
Syair dari al-Tauri ini memberikan pelajaran juga tentang ibadah yang dilakukan olehnya, seolah dia dapat melihat Allah dengan nyata, mendapatkan kebahagiaan yang tidak terukur yakni ridla Allah. Gambaran ibadah pada waktu malam yang dilakukan oleh al-Tsauri seraya menangis memendam kerinduan kepada Allah Swt. juga kuatnya hati manfaat yang didapat bagi orang yang beribadah pada malam hari. Akhirnya dia oleh Allah disuruh memilih dan mengambil balasan berupa istana di akhirat, menghadap Allah dan dekat kepada nya.  Pelajaran lagi bagi kita adalah melaksanakan ibadah malam hari dengan continue, istiqamah sampai pada akhirnya seseorang akan merasakan nikmatnya beribadah. Kalau sudah pada tahapan ini kemudian seseorang terus mengerjakannya maka dia akan kerinduan dan cinta kepada Allah. Dan tidak ada yang lebih membahagiakan bagi seorang hamba selain selalu mendekat kepada Allah, bermunajat kepadanya.
Berdasarkan data historisnya, Sufyan al-Tsauri adalah Ulama besar pada zamannya. Dia seorang dari kelompok tabiin, yang menjadi pioner dalam bidang fiqih (faqih). Di sisi lain kedalaman ilmunya juga ditunjukkan dalam bidang misticisme, sufi. Sehingga nasehat-nasehatnya seringkali dijadikan referensi dalam bidang ilmu tasawuf. Tetapi lebih penting lagi dia adalah praktisi dalam bidang kesufian ini. Artinya didasari dengan ilmu syariat yang mapan, ilmu tasawuf dan pengamalannya sehingga menempatkan ketinggian derajatnya, baik di sisi manusia juga di sisi Allah Swt. Sebuah capaian maqam-derajat hamba hasil dari pengalaman keagamaannya, yang mempertemukan aspek ilmiyah dan amaliyah. Salah satu buktinya adalah keistiqamahan dia dalam beribadah shalat malam, sebagai sarana mendapatkan ridla Allah, kerinduan kepada Rabb nya sampai kepada cinta (mahabbah) kepadanya.
Sebagai tambahan keutamaan shalat malam sebagaimana di dawuhkan Jeng Nabi Saw, juga tertuang dalam Kifayat al-Atqiya’ yang dibaca bulan kemarin,

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللهِ، وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ، وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الجَسَد

(Tetaplah kalian selalu melakukan shalat malam, karena shalat malam adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, dan sesungguhnya shalat malam mendekatkan kepada Allah, serta menghalangi dari dosa, menghapus kesalahan, dan menolak penyakit dari badan).
 *Khadim PP al-Kamal, Pengajar UIN Satu Tulungagung Dan alumni PP Lirboyo