Alkamalblitar.com- Pada tanggal 21 Oktober 2018 dilaksanakan apel dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional di halaman MAN 3 Blitar. Apel ini dilangsungkan pada malam hari dengan tujuan agar tidak terjadi tabrakan jadwal dengan sekolah formal.

Adapun pelaksanaan apel dengan Lutfi Fatus sebagai pembaca protokolnya, dan Saiful Bahri sebagai pemimpin apelnya itu adalah dengan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dilanjutkan dengan pembacaan Pancasila oleh pembina apel yaitu Dr.KH.Asmawi Mahfudz,M.Ag. lalu pembacaan UUD 1945 oleh Yuni Annurushobah, pembacaan Resolusi Jihad NU oleh KH.Aminudin Fahruda, dan pembacaan ikrar santri oleh Ahsin Fatawi yang diikuti oleh seluruh peserta apel.

Selain pelaksanaannya yang dilakukan pada malam hari, pada apel kali ini juga tidak ada prosesi pengibaran bendera. Sangat berbeda dengan peringatan Hari Santri Nasional pada tahun-tahun sebelumnya. Meski begitu, tidak adanya pengibaran bendera merah putih pun tidak melunturkan semangat nasionlisme yang tertanam dalam  jiwa santri.

Selain memperingati Hari Santri Nasional nasional, apel pada malam ini juga diperuntukkan untuk mengumumkan siapa pemenang lomba lalaran syiir dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional yang sudah dilaksanakan pada Kamis, 11 Oktober 2018 lalu.

Kegiatan lain yang dilakukan seusai apel ialah nobar atau nonton bareng. Tempat yang digunakan untuk nobar terbagi menjadi dua, yaitu santri putra di Aula HM, dan santri putri di Syurfah Masjid Al-Kamal. Selain untuk memperingati Hari Santri Nasional, acara nobar ini juga bertujuan untuk menginspirasi para santri untuk menjadi santri yang berprestasi dan berguna bagi agama dan negara.

“Adanya Hari Santri Nasional menjadi bukti bahwa santri benar-benar diperhitungkan oleh negara, untuk itu diharapkan santri tidak mengecewakan kepercayaan negara itu. Santri harus bisa menggunakan kepercayaan itu sebagai motivasi, jangan berkecil hati menjadi santri. Untuk menghadapi era modernisasi pun santri sudah memiliki benteng dan tameng yang bisa digunakan untuk memfilter hal-hal yang diterimanya. Maka bersyukurlah menjadi santri” tutur Ust.Ahmad Minanurohim selaku lurah pondok ketika diwawancarai.(Lucky.red)