Ngaji dan Ngabdi 102 Keberkahan Haul Pondok Pesantren

ذكرى يوم الوفاة لبعض الأولياء والعلماء مما لا ينهاه الشريعة الغراء حيث أنها تشتمل غالبا على ثلاثة أمور. منها زيارة القبور والتصدق بالمأكل والمشارب وكلاهما غير منهي عنه. ومنها قرائة القرآن والوعظ الديني. وقد يذكر فيه مناقب المتوفى. وذلك مستحسن للحث على سلوك طريقته المحمودة

(Memperingati hari wafat para wali dan ulama termasuk amal yang tidak dilarang syariat. Ini tiada lain karena peringatan itu biasanya mengandung sedikitnya tiga hal: ziarah kubur, sedekah makanan dan minuman, dan keduanya tidak dilarang agama. Sedangkan unsur ketiga adalah karena ada acara baca Alquran dan nasihat keagamaan. Kadang dituturkan juga manaqib (biografi) orang yang telah meninggal. Cara ini baik untuk mendorong orang lain agar mengikuti jalan terpuji yang telah dilakukan mayit).
Haul dalam tradisi muslim di Indonesia adalah acara yang diselenggarakan untuk memperingati wafatnya seseorang dalam rentang waktu setahunan. Acara ini kapan mulainya dikembangkan di Nusantara belum ada data yang pasti tentang itu, karena memang sejak lahir kita sudah ada tradisi haul ini, tetapi kalau dilihat dengan tradisi spiritual lingkungan kita tentang mengirim doa leluhur, yang kemudian disebut dengan slametan, mungkin saja tradisi ini telah ada sejak nenek moyang dari bumi Nusantara ini, yang memang secara religius, mereka-mereka semua mempunyai potensi spiritual yang tinggi. Sehingga ketika para ulama mensosialisasikan ajaran tauhid di Nusantara mudah untuk mengambil titik temu antara tradisi agama Nusantara dengan agama Islam yang disiarkan oleh para kyai atau ulama.
Dapat diperhatikan dalam praktik slametan di dalamnya ada orang yang mempunyai hajat, makanan, doa dan undangan yang menerima makan. Dalam haul yang biasanya diisi tahlil di situ juga berisi tuan rumah, shadaqahan, doa dan tamu undangan.   Hanya yang membedakan kadang bahasa doanya di acara slametan memakai bahasa daerah, sementara kalau tahlil memakai bahasa Arab, sesuai dengan isi bacaan Alqurannya. Maka dari acara slametan sinergis dengan haul inilah menjadi salah satu faktor Islam menjadi membudaya di bumi Nusantara. Karena acara Haul dalam konteks kekinian semakin dinamis, tidak hanya menjadi acara doa sederhana, tetapi shahibul hajat dapat menjadikan acara haul semakin semarak, bahkan banyak potensi di dalam acara haul.
Misalnya Haul diselenggarakan dalam rangka kirim doa untuk para kyai atau ulama tertentu, yang notabene jasa dan perjuangan dari seorang kyai begitu besarnya untuk bangsa, negara, santrinya, lingkunganya dan keluarganya. Maka kebesaran jasa seorang kyai akan bisa menarik para orang-orang yang pernah sambung shilaturahim atau sambung ilmu dengan seorang ulama. Para santri atau muridnya berbondong-bondong datang ke pesantren lagi untuk ikut mendoakan kyainya, para sanak saudaranya juga mendapatkan undangan untuk memeriahkannya, tetangganya juga berpartisipasi untuk menyiapkan tempat, membantu kerepotan acara haul, para pejabat juga datang berharap berkah dari para kyai. Begitu berkahnya haul, begitu ramainya haul, begitu dinamisnya haul, sehingga semua lapisan masayrakat ikut meramaikannya haul ulama.
Sebagai miniatur haul di Nusantara dapat diceritakan haul para guru di Pesantren Al-Kamal Blitar. Di sini ada diselenggarakan haul untuk para guru-guru, kyai, tokoh yang dianggap berjasa untuk perkembangan Al-Kamal, baik pesantren dengan madrasah yang ada di dalamnya, lembaga pendidikan formal, lembaga sosial, lembaga yang bernama kelompok bimbingan haji, para alumni dan wali santri, semua keluarga duduk bersama dalam sebuah rangkaian acara yang namanya haul. Untuk tahun ini acara dimulai dengan acara khatmil Qur’an yang dilaksanakan seminggu sebelum puncak acara haul. Kemudian pada acara puncaknya di isi dengan tawasul dan pembacaaan al-Fatihah, istighasah, membaca surat Yasin, pembacaan manaqib Syekh Abd. Qadir Jaylani, terus pembacaan shalawat Nabi Saw. dilanjut dengan sambutan keluarga, kemudian disampaikan nasehat-nasehat kontekstual dari kyai, di akhiri dengan doa. Acara dilanjutkan dengan ramah tamah, shadaqahan yang telah disediakan oleh panitia sesuai dengan kemampuannya.
Dilihat dari aspek kepanitian dan peserta haul di Al-Kamal dilaksanakan oleh keluarga, kepala sekolah atau madrasah lembaga di lingkungan pesantren, para guru asatidz, alumni, tetangga, siswa dan santri kalau semua hadir pada saat puncak acara maka tidak kurang dari 10.000 santri mengikuti acara ini, tetapi biasanya yang datang sekitar 50 % nya, mengingat jaringan alumni dan wali santri yang tidak mungkin datang semua, karena dengan berbagai kesibukannya masing-masing.  Mungkin acara haul di Al-Kamal ini sudah cukup meriah, hanya keterbatasan tempat atau lokasi acara yang tidak begitu luas akhirnya kemeriahan berkurang, sulit menyusun struktur tempatnya. Walaupun begitu dengan kepanitiaan dan jumlah peserta yang hadir ini sudah dapat membuktikan keberkahan dari Al-Kamal sebagai shahibul bayt, juga para guru kyai yang kita kirimi doa.
Di antara kyai yang biasa disebut dalam haul adalah keluarga besar KH. Manshur sekalian, KH. Thohir Wijaya, KH. Imam Muhayat, KH. Zen Masrur, KH. Mahmud Hamzah dan seluruh keluarganya, para guru-asatiddz yang pernah mengajar, para karyawan, alumni dan yang mengabdi di Al-Kamal ini. Dalam haul ini para guru baik yang alumni Al-Kamal maupun yang dari luar, semuanya dalam posisi yang sama, menjadi satu keluarga besar Al-Kamal, tidak ada yang membedakan. Di sini mereka bermunajat, mendoakan gurunya, santrinya dan keluarganya. Bagi para alumni di samping mereka berdoa, mereka bisa bercengkrama dengan sesama alumni, menceritakan kesan-kesan lama ketika di pesantren atau sekolahan. Maka dengan begitu suasana gayeng berwujud kerukunan, soliditas keluarga besar terjalin kembali dengan adanya haul ini. Semua unsur dalam lembaga ini dapat duduk bersama berharap dengan berkah haul itu.
Dari perspektif pendidikan, acara haul menjadi suatu wahana untuk mengajarkan para santri baik yang di rumah atau yang masih mukim di pondok, untuk mendoakan para guru-gurunya yang selama ini berjasa telah menyampaikan ilmu kepada mereka, baik ilmu teoritis atau ilmu praktis. Doa sebagai bentuk rasa terima kasih (syukur) seorang santri kepada kyainya yang telah wafat. Karena seorang yang telah wafat ungkapan terima kasih kita adalah mendoakannya, memintakan maghfirah untuknya. Dengan cara semacam ini seorang santri akan terus tersambung dengan para guru, bahkan akan memunculkan sikap mahabah, kecintaan dengan gurunya yang akan dibawanya dalam kehidupan di masa yang akan datang baik di dunia sampai di akhirat. Bentuk hubungan santri dengan para guru di pesantren yang mengakar semacam inilah yang membedakan antara pendidikan umum dengan pendidikan agama yang berbasis akhlaq al-karimah. Pendidikan agama akan selalu lebih menekankan aspek akhlaq, adab, terutama dengan para guru-guru yang telah mengajarkan ilmu kepadanya.
Dari haul para siswa dan santri akan mendapatkan pelajaran yang berharga terhadap sosok guru-guru yang didoakan. Misalnya KH. manshur yang gigih untuk memperjuangkan Islam di Kunir, Mbah Yai Hayat yang telaten mengajar masayarakat, Mbah Yai Thahir Wijaya yang inovatif dan kreatif sehingga kiprah politik dan dakwahnya dapat merubah Desa Kunir menjadi kampung metropolitan, Mbah Yai Zen Masrur menjadi tauladan santri dalam keistiqamahan ngaji ibadah dan nunggoni santri, KH Mahmud menjadi profil kyai alim yang istiqamah mengaji dengan santri-santrinya.
Dari sisi sosial kemasyarakatan kebersamaan elemen pesantren dengan lingkungan sekitar menjadikan suatu hubungan yang sifatnya fungsional, sesuai dengan tugasnya masig-masing. Lembaga pesantren mengajarkan ilmu kepada anak-anak santri, masyarakat sekitar menaunginya, mengayominya, membantunya, memfalitasi sebua kebutuhan-kebutuhan pesantren. Maka tidak jarang dalam acara Haul ini biasanya elemen masayrakat tertentu juga ikut berpartisipasi dalam menyediakan tempat parkir, menyediakan sapi sebagai lauk pauk konsumsinya, ada yang shadaqah dengan uang, ada yang berpartisipasi sound system-nya, tenaganya dan sebagainya. Semua yang mereka lakukan semata didorong akan hubungan fungsional antara guru dan murid, antara pesantren dan Masyarakat. Mengingat selain dari sisi fungsional itu, masyarakat juga mendapatkan keberkahan hidup dengan adanya sekolahan dan pesantren ini. Di antaranya dinamika perekonomian untuk masyarakat sekitar pesantren. Mereka dapat bekerja dengan profesi yang beragam, ada yang berdagang, menjadi guru, penjaga sekolah, petugas kebersihan, penyuplay kebutuhan pokok santri, bekerja dalam urusan logistik, bekerja di program pembangunan, pertanian-pertanian di keluarga pesantren. Akhirnya hubungan simbiosis mutualisme pesantren dan masyarakat terwujud. Maka adanya acara haul inilah yang mempertemukan mereka dalam bentuk hubungan yang komprehensif, yakni hubungan yang sifatnya lahir dan batin, hubungan emosional spiritual,  hubungan simbiosis fungsional, yang berangkat dari hubungan sosial. Semoga niat baik kalian semua diterima, diridhai oleh Allah, menjadi keluarga besar yang mendapat keberkahan dari Pondok Pesantren Al-Kamal. Selamat Haul 2024! Amiiin Ya Rabbal Alamin.
*Asmawi Mahfudz (Khadim Pondok Pesantren Al-Kamal Blitar, Pengajar UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung dan Fungsionaris NU Blitar)