Penulis : Dr. KH. Asmawi Mahfudz, M.Ag
Salah satu pengalaman Rasulullah Saw dalam rangka mendidik umat manusia adalah pengalaman isra’ dan mi’raj. Peristiwa isra’ dan mi’raj direkam dalam beberapa tempat dalam al-Qur’an. Terutama dalam surat al-Isra’, yang juga bernama surat bani Israil. Karena memang banyak membicarakan kaum bani Israil. Dan memang isra’ adalah peristiwa napak tilas nabi Muhammad untuk melihat sambungan (transmisi)  dari misi risalah beliau dengan misi nabi-nabi sebelumya yang dalam konteks Timur Tengah sebagian besar adalah keturunan nabi-nabi Israil. Israil artinya adalah hamba Allah, ia adalah gelar nabi Ya’qub, anak dari nabi Ishaq, cucu dari Ibrahim. Sepintas kita dapat merenungkan makna dari isra’ mi’raj ini, dan kita tarik pelajaran dari peristiwa isra’ mi’raj ini untuk kehidupan kita dalam beragama di masa-masa yang akan datang.
Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Isra’:1 yang artinya: Maha suci Allah yang telah memperjalankan hambanya pada suatu malam dari masjidil haram ke masjidil aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya, agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran kami, Sesungguhnya dia maha mendengar lagi maha melihat. Ayat-ayat (tanda-tanda yang diperlihatkan Allah kepada Nabi Muhammad pada waktu isra’ itu tidak lain adalah Riwayat para Nabi sebelumnya dan perjuangan mereka dalam rangka memberi penyegaran kembali kepada nabi kita tentang tugas suci sebagai akhir dari para nabi dan rasul. Maka dari itu di Yerusalem itulah Nabi mempunyai pengalaman shalat dengan semua nabi yang pernah ada dan beliau sendiri menjadi imamnya. Abu Dzar pernah bertanya kepada Rasulullah,”berapakah jumlah nabi seluruhnya wahai Rasulullah?, Rasulullah menjawab, “124.000 orang”, 315 orang di antaranya adalah rasul”. Suatu jumlah yang sangat besar. Ini semua memberikan landasan, untuk bisa mengerti mengapa nabi menyebutkan jumlah yang begitu besar. Karena jumlah itulah yang ditemui nabi di al-Quds. Di masjid yang disebut masjidil al-Aqsa di Yerusalem dan beliau menjadi imam.
Perlu diketahui bahwa masjid Aqsa didirikan oleh Nabi Daud sekitar 200-an tahun setelah nabi Musa. Nabi Musa bertugas hanya mendidik kepada bani Israil untuk taat kepada hukum dengan jalan sembahyang menghadap sebuah kota, yang kota itu isinya adalah teks dari the ten commandements. Dalam al-Qur’an disebut Tabut. Selama 40 tahun nabi Musa mendidik kaumnya, dengan pengorbanan yang luar biasa banyaknya. Tapi setelah 40 tahun, maka dibentuklah sebuah komunitas yang teratur dan tunduk kepada hukum yang dalam bahasa ibrani disebut medinat (bahasa arabnya madinah), suatu pola menetap yang tunduk kepada hukum.  Inilah modal bagi bani Israil dibawah Daud untuk melaksanakan rencana yang lebih lanjut yaitu kembali ke kanaan, tanah yang dijanjikan (al-ardl al-muqadasah). Maka Daudpun memilih  salah satu bukit ditengah Yerusalem itu yang disebut bukit Muria. Di bukit datar itulah dia mendirikan taber nakelnya tadi. Miskan yang besar dan diletakkan tabut. Maka di sana mereka sembahnyang.
Ketika nabi Sulayman mengganti Daud, kemah tadi diganti dengan bangunan yang besar, indah dan megah sekali, yang disebut masngit dalam bahasa ibraninya. Yaitu sebuah masjid yang orang-orang Makkah menyebutnya sebagai masjid Aqsa, karena jauh dari Makkah. Kadang-kadang juga disebut dengan Haykal Sulaiman. Yang menjadi dasar bagi istilah Inggris solomon temple. Didirikan kira-kra 3000 tahun yang lalu, 1000 tahun lebih muda dari pada Ka’bah di Makkah yang didirikan kembali oleh Ibrahim bersama putranya Ismail 4000 tahun yang lalu. Inilah yang dihancurkan oleh Nebukadnezar setelah berdiri selama 500 tahun. Kemudian orang Yahudi diboyong ke Babilonia dan dijadikan budak. Lalu dibebaskan bangsa Persi dibawah raja Darius yang menang perang dengan Babilonia orang yahudi dibolehkan kembali ke Palestina dan mendirikan masjid tadi. Masjid Yerusalem itulah yang dalam literatur Inggris disebut the second temple. Ini terus berlangsung samapai zaman Isa al-Masih. Suatu saat Nabi Isa pergi ke kota kelahiranya Yerusalem, beliau marah karena masjid itu sangat mewah tetapi akhlaq  bani Israil rusak. Di luar masjid banyak sekali bangku-bangku lintah darat, kemudian dia marah dan mengutuk bahwa masjid itu akan dihancurkan oleh Allah. Kutukan itu menjadi kenyataan pada tahun 70 M, ketika kaisar Romawi Titus menyerbu Palestina dan menghancurkan semuanya.
Dari sejarah di atas, menunjukkan transmisi religious yang diperlihatkan Allah kepada nabi Muhammad ketika Isra’ tentang riwayat-riwayat Nabi sebelumnya. Untuk itu Nabi dengan isra’nya tersebut adalah Napak tilas. Secara langsung disebutkan dalam al-Qur’an maksud dalam surat al-Isra’ yang disebut juga surat Bani Israil.
Kemudian Rasulullah Saw Mi’raj ke sidratul muntaha. Sidrah adalah pohon sidrah (luth tree). Muntaha artinya penghabisan. Pohon sidrah adalah pohon kebijaksanaan dan kearifan. Maka kalau nabi kita sampai ke sidratul muntaha artinya mencapai tingkat kearifan yang tertinggi, yang tidak ada lagi kearifan setelah itu sepanjang kemampuan manusia. Nabi melihatnya dalam bentuk pohon yang terang ketika pohon itu diliputi sesuatu. Jadi secara misterius penglihatan Nabi tidak bisa berkutik, dan hatinya tidak bisa menyimpang, malah terpukau oleh keindahan pohon itu. Inilah sidratul muntaha. Dalam agama semitik ada lambang pohon terang. Pada peringatan natal ada pohon terang. Pohon terang itu adalah lambang dari wisdom (kebijaksanaan). Sama dengan yang dilihat Musa As di gurun Sinai. Pada malam yang sangat gelap dia melihat seolah pohon terbakar, tetapi tidak terbakar. Di balik pohon itulah dia dengar suara Allah yang menyatakan dia sebagai Rasul.
Tapi yang lebih penting ialah nabi Muhammad yang sudah sampai ke sidratul muntaha, yang sudah sampai kepuncak pengetahuan dan kearifan masih diajari Allah supaya berdoa “Ya Tuhan tambahilah ilmuku”. Karena ilmu tidak akan habis, karena itu nabi sepulang dari sana disuruh untuk shalat. Dalam shalat, bacaan yang paling penting adalah al-Fatihah. Dalam al-Fatihah bacaan yang terpenting adalah memohon petunjuk ihdina al-sirat al-mustaqim. Karena kebenaran itu tidak mudah diperoleh, setiap kali kita harus bertanya kepada Tuhan. Ujungnya adalah setiap kali kita harus rendah hati. Kita selalu mempunyai kemungkinan untuk salah dan tidak akan mungkin mempunyai kebenran mutlak. Sehingga dalam bergaul sehari-hari kita harus demokratis. Yaitu mau mendengarkan pendapat orang sebagaimana kita mempunyai hak untuk menyatakan pendapat kepada orang. Maka sebetulnya sholat adalah pendidikan untuk rendah hati dengan inti  al-sirat al-mustaqim. kalau kita memohon petunjuk kepda Allah kita harus membersihkan diri dari pengakuan bahwa kita sudah tahu. Wa Allahu a’lamu.
Wal hasil, banyak sekali pendidikan dari perjalanan isra’ mi’raj Rasul Saw yang ditujukan untuk kebaikan umatnya. Di antaranya, tarbiyah tauhidiyah, yakni hikmah keimanan kepada kepada Allah dan semua yang dibawa oleh Rasulullah termasuk pembenaran kepada kejadian isra’ mi’raj Nabi. Selanjutnya adalah pelajaran transmisi keagamaan (religious transmition) agama-agama tauhid (samawi). Artinya semua agama samawi bermuara kepada keesaan Allah Swt. Baik melalui rasul Ibrahim, Musa, Daud, Isa, Muhammad Saw. Selain itu perjalanan isra’ mi’raj juga mempunyai hikmah yang berdimensi khuluqiyah (etika) manusia penganut agama tauhid. Para penganut agama tauhid harus berakhlaq mulia dan bijaksana, yang tercermin dari sidratul muntaha. Sebuah Pohon kebijaksanaan yang dilihat Rasulullah ketika berada di langit tujuh. Dengan pohon tersebut umat tauhid harus berakhlaq mulia, rendah hati, dan bersikap bijaksana, sebagai ekspresi derajat manusia yang telah diciptakan oleh Allah sebagai makhluq yang paling mulia di muka bumi.
 
Tentang penulis : Pengajar IAIN Tulungagung dan Pengasuh PP al-Kamal Blitar