Kimiya’us Sa’adah Lil Imam Al-Ghozali # 17 MA’RIFATULLAH ADALAH KEBAHAGIAAN TERBESAR BAGI ANAK ADAM

Jangan kau menyangka bahwa kekhususan yang dijelaskan pada kajian lalu hanya untuk para nabi dan auliya’ sebab inti dari manusia pada asal penciptaannya memang dipersiapkan untuk ma’rifatullah. Sebagaimana besi yang digunakan sebagai kaca untuk melihat gambar dunia. Kecuali memang besi itu sudah  berkarat maka akan membutuhkan penggosokan supaya dapat digunakan kembali atau sudah cacat maka besi itu perlu ditembel karena sudah rusak.
Sebagaimana hati manusia jika dia dikalahkan oleh sahwat dan maksiat maka tidak akan mencapai derajat para anbiya’ dan auliya’. Jika hati tidak terjajah oleh sahwat dan kemaksiatan maka dia akan mencapai derajat itu. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda:

“ما من مولود إلاّ يُولد على الفطرة”

Terjemah : “Tidak ada satu anak yang dilahirkan kecuali dia dalam keadaan suci”
Selain itu Allah berfirman dalam surah Al-‘Araf ayat : 172:

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

Terjemah :  172. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”
Begitupula Bani Adam fitrah mereka murni, artinya tertanam mempunyai keyakinan bahwa Tuhan adalah Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT pada surah Al-Rum ayat : 30 :

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Terjemah : 30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,.
Disamping itu para anbiya’ dan auliya’ juga merupakan Bani Adam, seperti firman Allah SWT pada surah Al-Kahfi ayat 110.

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

Terjemah : 110. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
Setiap orang yang menanam pasti akan menuai. Barang siapa yang berjalan pasti akan sampai. Siapa pun yang mencari pasti akan mendapatkannya, tetapi pencarian tidak akan berhasil kecuali dengan kesungguhan dan mencari syaikh kamil mukamil yang menapaki jalan ini. Jika seseorang telah berhasil menyingkirkan dua perkara –sahwat dan maksiat- maka Allah SWT akan memberikan pertolongan dan kebahagian sebagaimana yang telah ditetapkan pada zaman azali, sehingga orang itu bisa mencapai derajat tinggi.
Kenikmatan dan kebahagiaan bagi anak cucu adam adalah ma’rifatullah –Mengetahui Allah SWT- . Ketahuilah bahwa kebahagian dan kenikmatan sesuai dengan tuntutan kodratnya. Setiap sesuatu mempunyai kodrat kenikmatannya sendiri-sendiri, seperti kenikmatan mata dengan memandang pemandangan-pemandangan yang indah, kenikmatan telinga mendengarkan suara-suara yang baik, begitupun anggota badan lainnya. Hati –qolbu– juga mempunyai kenikmatannya yaitu ma’rifatullah karena hati –qolbu– diciptakan untuk itu.
Segala sesuatu jika belum diketahui oleh anak adam maka dia akan gembira ketika sudah mengetahuinya, seperti bermain catur, ketika dia sudah mengetahuinya maka dia akan asyik dengannya walaupun dilarang untuk bermain catur pun dia enggan meninggalkannya sehingga dia tidak sabar untuk memainkannya. Begitu pun ketika seseorang sudah jatuh cinta kepada Allah SWT maka dia akan sangat gembira, bahkan selalu tidak sabar untuk musyahadah dengan-Nya, karena kenikmatan dan kebahagiaan hahti-qolbu– adalah mengenal-Nya. Semakin besar kecintaan anak adam maka akan semakin besar pula kenikmatan dan kebahagian yang dirasakan. Hal ini sudah umum dan menjadi aksiomatik, misalnya seseorang yang bertemu dengan menteri tentua dia senang, kemudian dia bertemu dengan raja maka dia akan menjadi sangat senang, dan tidak ada yang lebih mulia dan agung dialam semesta ini kecuali Allah SWT. Karena segala kemulian dari-Nya dan untuk-Nya, bahkan keajaiban-keajaiban pada alam semesta hanya merupakan dampak penciptaannya saja, tidak ada yang lebih berhak dicinta kecuali Allah SWT dan kenikmatan terbesar bagi seorang hamba adalah ma’rifatullah, tidak ada pula pemandangan yang lebih indah kecuali memandang hadrah ilahiyyah.
Setiap kenikmatan dunia akan terputus dengan kematian, tetapi kenikmatan dan kebahagian ma’rifatullah tidak akan terputus oleh kematian karena hati- Qolbu – tidak akan  hancur, rusak dengan kematian bahkan dengan meninggal dia malah mendapat banyak kenikmatan dan pencerahan karena telah keluar dari kegelapan menuju cahaya yang terang.
*Ditulis oleh Afrizal Nur Ali Syahputra, M.Pd (Pengurus Pusat PPTA)

Tags :

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *