Inovasi dalam berkhidmah: Catatan Rapat Umum al-Kamal (Edisi Ngaji dan Ngabdi 103)

لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ . إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ.  فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْت . الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ 

(Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah), Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan rasa lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan).
Ini menjelaskan bahwa Allah Swt telah memberikan keberkahan kepada kaum Quraisy dengan dilimpahkannya sumber makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Suku Quraisy dianugerahi oleh Allah Swt beberapa kemuliaan. Mereka secara turun-temurun menjadi pengelola Ka’bah dan penguasa Mekkah. Sama halnya pada seorang pengurus al-Kamal, enterpreneur, Allah Swt telah menyediakan sumber daya, potensi, sebagai modal yang dapat dikelola menggunakan upaya dan daya pikir yang telah dianugerahi-Nya.
Akhir tahun ini Yayasan Pondok Pesantren Al-Kamal mengadakan acara yang belum pernah diselenggarakan tahun-tahun yang lalu, yaitu rapat umum yang dihadiri seluruh pengurus yayasan, baik dari pengelola lembaga pendidikan, pondok pesantren, madrasah, lembaga kesejahteraan sosial anak, kelompok bimbingan ibadah haji, para kepala madrasah negeri dan swasta, para guru atau asatidh, staf tata usaha, satpam, karyawan, yang jumlahnya sekitar 170 an orang. 170 orang inilah yang berpartisipasi menggerakkan program-program Al Kamal yang dinamis. Di antara program yang ada di al-Kamal adalah 1. Menjalankan program Pendidikan, pengajaran kepada para santri yang dilaksanakan oleh para kyai, asatidh, yang dilembagakan dalam wadah madrasah, baik negeri atau swasta, mulai Tingkat Pendidikan anak usia dini, Pendidikan dasar, Pendidikan menengah. Pendidikan tinggi, Pendidikan untuk Masyarakat umum dan lain-lain. 2. Program sosial kemasyarakatan yang dilaksanakan dalam bentuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). 3. Program-program sosial keagamaan di antaranya majlis pengajian baik yang sifatnya harian, mingguan, atau bulanan, juga tahunan.
Dari sekian program yang ada secara garis besar itu menjadi evaluasi bersama, baik dari sudut pandang pengurus yayasan atau para pengelola atau asatidh pelaksana program. Sebagaimana acara ceremonial, dimulai dengan pembukaan oleh MC, kemudian dilanjut pembacaan tahlil yang dipimpin oleh ustadh senior Kyai Thohib al-Gendisiy, terus kemudian sambutan Yayasan oleh H. Johar Wardani, baru kemudian masuk pada musyawarah sesuai dengan pembidangan kegiatan yang dijalankan sehari-hari, dimoderatori oleh Ust. Minan al-Rahim.
Untuk yang pertama disampaikan paparan program bidang sekolah formal dan Lembaga kesejahteraan sosial Anak oleh H. Aminudin Fahruda. Gus udin menyampaikan dinamika pengelolaan program Pendidikan formal mulai dari sisi kegiatan pembelajaran siswa, keaktifan guru, pengembangan infrastruktur, pemberdayaan dan pembinaan guru, kontekstualisasi kurikulum, pengelolaan keuangan lembaga. Dari berbagai program yang ada mempunyai banyak potensi, prestasi juga kekuarangan-kekurangan yang akan disempurnakan di tahun-tahun yang akan datang. Kedua tentang Pembangunan dan KBIH yang diwakili oleh pak Minan (karena KH. Ahmad Hasanudin berhalangan hadir) yang menjelaskan secara global tentang perkembangan pembangunan di KBIH dan lembaga lembaga yang lain. Diharapkan program pembangunan di lembaga manapun dapat disinergikan sehingga dalam pengelolaan lebih maksimal dan terkoordinasikan dengan baik.
Paparan yang ketiga adalah bidang ketakmiran, Pesantren dan madrasah-madrasah yang ada didalamnya. Disampaikan oleh KH. Asmawi Mahfudz, untuk Pesantren dan madrasah-madrasah yang ada di dalamnya tidak ada masalah yang berarti karena memang sudah secara rutin, baik bulanan ataupun tiga bulanan mengadakan pertemuan untuk membahas masalah-masalah internal pesantren dan madrasah. Kalaupun ada masalah mungkin sifatnya klasik, yaitu honorarium yang diberikan kepada asatidh semampunya kekuatan pesantren, keaktifan asatidh madrasah yang kurang maksimal dikarenakan banyak acara-acara keluarga, tingkat kenakalan santri beragam dikarenakan efek dari Pendidikan di era pandemi. Era pandemi mengakibatkan kejiwaan santri dan asatidh menjadi rapuh dari sisi ketahanannya. Membutuhkan terapi pskologis santri sehingga dapat membuat kejiwaan mereka lebih kuat dan tangguh dalam proses pembelajaran di pesantren.
Di dalam Pesantren sudah banyak diinisiasi Lembaga-lembaga yang beragam untuk melayani santri sesuai dengan kebutuhannya. Selain pondok pesantren, ada madrasah diniyah, madrasah bahasa, madrasah Murotil al-Qur’an, madrasah pengembangan bakat santri, madrasah digital (AVD), perpustakaan, ketakmiran, terakhir adalah madrasah ekonomi Pembangunan Pesantren. Dari berbagai madrasah ini untuk pelaksanaan programnya membutuhkan sumber dana yang memadai, sumber daya manusia yang mumpuni, fasilitas yang memenuhi. Hal ini harus dipikirkan bersama-sama sehingga perjalanan pesantren dan madrasah di dalamnya dapat istiqamah, tanpa harus mengalami kesulitan dari berbagai sisinya. Misalnya kita sebenarnya sudah berinovasi dengan adanya program seragam bersama di semua lembaga yang ada di lingkungan al-Kamal ini, dan hasilnya lumayan akhirnya Yayasan sudah mempunyai kas keuangan walaupun sedikit. Inovasi-inovasi dari berbagai lini lembaga inilah yang dibutuhkan untuk mengembangan al-Kamal ini. Sehingga kesannya para pengelola ini tidak sekedar menikmati apa yang sudah ada tanpa bisa mengembangkan modal yang sudah diberikan oleh para sesepuh.
Sesi selanjutnya adalah beberapa masukan dari para peserta rapat, yaitu ustadh Heri dari SMK al-Kamal meminta untuk dilakukannya pembinaan dari Yayasan secara berkala, mengingat SMK ini sudah berumur begitu lama tetapi belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan ini perlu dicarikan solusinya, agar SMK ini lebih baik sebagai wadah perjuangan agama lewat sekolah menengah kejuruan. Pertanyaan selanjutnya dari Bapak Bahrudin yang mempunyai ide yang sama dari pak Heri, berharap kehadiran Yayasan dalam pembinaan sekolah formal lebih ditingkatkan lagi. Ini disambung oleh Saudara Khairur Raziqin yang mengatakan dinging sebagai operator sekolah, dikarenakan sering menjadi jujugan bagi guru-guru yang akan mencairkan tunjangannya. Bapak Syahrul juga usul untuk segera diwujudkan Pendidikan tinggi secara formal, walaupun sudah ada ma’had aly, mengingat potensi al-Kamal begitu besarnya dibanding lembaga-lembaga yang lain, tetapi kita terlalu pasif untuk merespon dinamika zaman.
Dari beberapa usulan itu dapat direview bahwa inisiatif untuk melakukan program harus dijalankan oleh semua lembaga, baik lembaga pendidikan atau madrasah, ataupun pengurus yayasan, agar problematika yang terjadi di masing-masing lembaga segera terselesaikan, tanpa harus menunggu adanya akumulasi masalah sehingga semakin sulit untuk mencari jalan keluarnya. Menjadi kebiasaan masyarakat Jawa yang selalu sederhana, guyub, santai, seandainya dibenturkan oleh masalah, tidak segera ada gerakan. Ini harus segera diperbaiki oleh para pengabdi di al-Kamal baik di level apapun.
Catatan lagi sebagai generasi penerus harus ada keberanian untuk membuat sesuatu yang baru, dalam rangka mempertahankan program-program lama. Sebagaimana al-muhafadhah ala qadimi shalih wa al-akhdu bi aljadidi al-aslah, menjaga yang lama dan melakukan improvisasi program baru yang lebih baik. Dalam kajian para aktivis, kita jangan hanya sebagai penikmat dari masa kejayaan masa lalu tanpa ada kontribusi untuk kemajuan lembaga ini. Sebagaimana orang yang sudah mapan secara ekonomi, tetapi tidak pandai untuk mengelola potensinya, maka modal ekonominya juga akan habis untuk menutupi kebutuhannya, padahal nilai ekonomi dari modal yang dia miliki akan terus menerus berkurang, sedangkan nilai ekonomi dari kebutuhannya akan selau bertambah. Kalau kaidah ini tidak dapat kita sesuaikan, suatu saat kita akan mengalami devisit secara kelembagaan, baik dari sisi sosial, SDM, politik, ekonomi atau dari sisi yang lain.
Maka ajakannya adalah mari semua unsur yang ada dalam al-Kamal  dari berbagai levelnya bahu membahu berinovasi sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Semoga dengan sikap inovatif, lembaga-lembaga yang kita kelola benar-benar tumbuh, berkembang sesuai dengan karakteristik Pesantren Ikhlas, kemanfaatan dan keberkahan dalam hidup. Wa Allahu A’lamu.
*Khadim PP al-Kamal Blitar, Pengajar UIN Sayid Ali Rahmatullah Dan Fungsionaris NU