Ngaji dan Mengabdi (7) : Mulai Berkarir di Kampus Dakwah dan Peradaban
Pada tahun 2003, tepatnya bulan Desember adalah tahun bersejarah karena mendapatkan amanah Surat atas Nama Keputusan dari Menteri Agama Republik Indonesia, yang waktu itu ditandatangani oleh Ketua STAIN yakni Prof. Dr. H. Ahmad Fatoni, M.Ag, menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tulungagung (STAINTA), dan ditempatkan sebagai Calon Dosen yang membantu administrasi di Jurusan Syariah. Tidak berselang lama pada tahun 2004 itu juga Asmawi diangkat menjadi pembantu dekan akademik di Fakultas Syariah IAI Tribakti, dengan bidang mengelola bidang akademik dan mengembangkannya. Maka sejak itu juga tugas pekerjaan dan pengabdiannya bertambah, di samping kepala SDI Plus Miftahul Ulum Kras Kediri, pembantu Dekan di IAI Tribakti, pengajar di Madrasah Diniyah HMP Lirboyo, mengajar di Universitas Islam Kadiri dan yang baru STAIN Tulungagung.
Pekerjaan dan pengabdian saya di STAIN, yang menjadi staf di kantor, lingkungan baru harus dapat beradaptasi dengan iklim akademik baru yang berbeda dengan yang ada di Lirboyo, di IAI Tribakti atau di SDI Plus Bendosari. Kita bertemu banyak orang dengan berbagai latar belakang, dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Masyumi, Muslimin Indonesia, ada yang latar belakang Gerakan PMII, HMI, GMNI atau yang muslim tanpa berafiliasi dengan ormas apapun. Di sini banyak belajar untuk bergaul, bermuamalah, dengan semua warga STAINTA. Salah satu strategi yang kita amalkan untuk bisa diterima oleh semua warga kampus adalah sering bertanya, terbuka untuk belajar kepada orang lain, dan mengerjakan tugas dan tanggung jawab berat atau ringan. Sehari-hari kita berkutat di depan komputer kantor untuk melayani kegiatan dosen, surat menyurat kantor, mencetak hasil studi mahasiswa, mengarsipkan surat keluar masuk, melayani tamu, kita lakukan selama kurang lebih 2 tahun menjadi calon dosen (cados).
Kondisi sosial budaya masyarakat kampus STAINTA dengan di kampus Kediri sebenarnya, hampir sama yakni berbasis budaya-budaya keagamaan ala nahdhiyin secara mayoritas, sedikit Muhammadiyah, alumni Pesantren salaf, afiliasi politik juga hampir sama, walaupun tidak diperlihatkan, berpegang teguh kepada budaya lokal, misalnya guyub rukun dan sebagainya. Maka dalam hal sosiologis ketika bekerja di STAIN TA tidak banyak menemui masalah, apalagi kalau kita rajin jamaah di masjid kampus pasti mudah untuk mensosialisasikan diri dengan civitas akademik, karena ketika waktu jamaah, terutama dhuhur dan Ashar, rata-rata teman-teman ke masjid untuk melaksanakan jamaah di Kampus.
Iklim pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dengan bekerja sebagai dosen swasta memang berbeda dengan bekerja sebagai pegawai pemerintah, dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan aturan, regulasi, sistem, yang secara teknis dasar pekerjaannya adalah surat keputusan atasan. Tetapi kalau di lembaga swasta bekerja dahulu surat keputusan belakangan, kalau program sudah berjalan, baru SK belakangan. Misalnya saya menerima surat keputusan sebagai staf kantor jurusan Syariah, maka yang kita lakukan berkisar pekerjaan-pekerjaan teknis administrasi di jurusan itu, tanpa memikirkan tanggung jawab pekerjaan lain yang tidak sesuai dengan SK yang diterima. Maka seandainya pun ada tetangga kantor yang repot sekalipun, karena tidak tertuang dalam SK, seorang pegawai kantor akan pasif, tanpa ada permintaan dari penangungjawabnya.
Suatu tempo pada tahun 2004 akhir, saya harus mengikuti pelatihan pra jabatan di Balitbang Kemenag Provinsi Jawa Timur selama 14 hari. Pra jabatan adalah kegiatan melatih calon-calon Pegawai Negeri yang dijalankan oleh lembaga-lembaga Pendidikan di bawah koordinasi Kantor Wilayah Provinsi Jawa Timur.Materi Pra jabatan adalah tentang aturan-aturan sebagai abdi negara, ketertiban dan kedisiplinan, dedikasi, loyalitas, etika profesi, administrasi, kebangsaan atau nasionalisme. Pelatihan ini diharapkan menghasilkan pegawai-pegawai pemerintah yang cakap bekerja dan kemampuan yang diharapkan oleh Negara.
Setelah tahun 2005, saya baru mendapatkan Surat Keputusan (SK) menjadi PNS penuh dan jabatan asisten ahli di Jurusan Syariah, dengan memegang mata kuliah Filsafat Hukum Islam. Pemilihan mata kuliah ini oleh STAIN Tulungagung biasanya ditawarkan sesuai kompetensi, ketersediaan formasi, juga kekosongan pengampu mata kuliah. Kemudian saya memilih Filsafat Hukum Islam sesuai dengan Ijazah S1 dan S2 saya yang memang berbasis Syariah, terus dikarenakan materi Filsafat Hukum Islam mencakup semua materi dalam wilayah kajian Hukum Islam. Maksudnya Filsafat Hukum Islam di dalamnya membahas tentang Ontologi Hukum Islam, Epistemologi Hukum Islam, dan Aksiologi Hukum Islam. Dengan mengambil materi FHI ini harapan saya dinamika perkembangan kajian hukum Islam yang saya tekuni akan berjalan dinamis, sesuai dengan pendekatan yang digunakan yaitu filosofis. Maka ditetapkanlah saya memegang Filsafat Hukum Islam sebagai spesialisasi keilmuan saya. Dari pihak kampus memerintahkan sebagai persyaratan menjadi dosen yang sesungguhnya, harus mempunyai buku ajar sesuai dengan kompetensi yang dipilih. Maka menulislah saya buku ajar berjudul “Filsafat Hukum Islam”, sebagai buku pedoman dalam kegiatan pembelajarannya.
Pengalaman lain yang penting untuk dibagi, sebagai pegawai Dosen STAIN, Misalnya di awal-awal menerima jadwal kuliah untuk mengajar, walaupun sudah lama mengajar di Tribakti dan Uniska, saya diberi jadwal yang berbeda dengan spesialisasi dalam wilayah hukum Islam, yaitu mata kuliah tafsir siyasi yang ada di Jurusan Ushuludin. Menerima mata kuliah ini sungguh berat, karena harus menguasai berbagai disiplin ilmu yang sifatnya tidak satu rumpun hukum Islam, tetapi mata kuliah tafsir siyasi membutuhkan kompetensi kitab kuning, ilmu al-Qur’an dan tafsir, Ilmu Hadits, sejarah, sampai kepada ilmu politik. Walaupun berat tetap saya terima senyampang belajar kembali ilmu-ilmu yang sudah lama tidak membacanya. Pengalamnya adalah tugas yang diamanahkan kepada kita, kadang kurang bisa diterima oleh kemampuan, tetapi senyampang mau belajar pasti proses pembelajaran tafsir siyasi berjalan dengan lancar, malah nantinya saya yang akan ada pembelajaran baru, ilmu baru yang akan kita dapatkan.
Suasana sosiologis di STAIN, sebenarnya sama dengan di Tribakti atau Lirboyo, yang membedakan dalam pergaulan adalah jumlah oragnnya yang lebih banyak dengan latar belakang yang berbeda, sehingga potensi ketidakcocokan sangat mungkin terjadi, hanya yang patut diacungi jempol kepada civitas akademika STAIN Tulungagung,walaupun kadang ada tidakkecocokan, teman-teman relatif dapat menahan diri, tidak pernah dalam kehidupan kampus yang ekpsresi ketidakcocokan sampai menimbulkan demo karyawan, demo dosen dan lain sebagainya. Teman-teman relatif diam, dapat menahan diri. Inilah keuntungan tersendiri dari STAIN, mempunyai karyawan dan dosen yang bisa menahan diri, tidak sampai terjadi konflik yang berkepanjangan. Karena menurut mereka stabilitas akademik harus dijaga bersama-sama agar supaya perjalanan akademik kampus bisa istiqamah dan berkah.
Sampai kepada tahun 2006, saat itu ada pergantian pimpinan atau ketua STAIN oleh Prof. Dr. H. Mujamil, M.Ag. Saya ditawari untuk menjadi salah satu pejabat untuk mengelola salah satu program Studi di Jurusan Syariah, tetapi keinginan untuk melanjutkan Strata 3 (Doktor), nampaknya lebih berat, dengan pertimbangan masih banyak yang harus saya kembangkan sebagai akademisi yang mengabdi di kampus, terutama studi ilmu-ilmu ke-Islaman (Islamic Studies). Maka pamitlah kepada pimpinan untuk melanjutkan kuliah lagi, dan alhamdulillah diizinkan, dengan pilihan utama tempat studi, kembali ke almamater magister yaitu IAIN Sunan Ampel Surabaya. Dengan berbekal tekad saya menjalani studi S3 di Surabaya, indekost di Jemur Sari Wonokromo. Selama kuliah di Surabaya perkuliahan dijalani selama 3 hari, meninggalkan istri, pamit kepada orang tua dan mertua, dan pulang kalau pas kosong jadwal kuliah. Maka sejak tahun 2006 ini saya lebih banyak di Surabaya, untuk menjalani tugas belajar program Doktor (S3), dibanding dengan di kampus Tulungagung.
Penulis adalah pimpinan PP al-Kamal Blitar, Pengajar IAIN Tulungagung Dan Pembina Yayasan Baiturahman Kras Kediri