Ngaji dan Ngabdi 66: Madrasah Halal Bi Halal pada Jamiyat al-Hujaj
Minggu-minggu ini adalah momentum yang baik bagi jamaah haji dan calon jamaah haji untuk belajar dan mengenang kembali saat-saat menjalankan ibadah haji dalam suasana halal bi halal yang dijalankan oleh Kelompok Bimbingan Haji dan Umrah masing-masing. Bagi calon jamaah haji juga dapat belajar ilmu tentang haji di bulan Syawal ini, karena dalam waktu dekat, bagi yang dikehendaki Allah, mereka akan berangkat ke tanah suci melaksanakan ibadah haji bersama-sama kelompoknya dan difasilitasi oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama. Tetapi sebelumnya perlu didahului dengan gambaran umum tentang Kelompok Ibadah Haji dan Umrah yang mendermakan dirinya untuk melayani jamaah haji Indonesia. Salah satu kelompok yang menjalankan fungsi pengabdian masyarakat Muslim di Indonesia adalah organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan ibadah haji, yang kemudian dinamakan dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh (KBIHU). Organisasi ini biasanya didirikan oleh masyarakat atau swasta yang mempunyai kepedulian dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah umat Islam Indonesia. Legalitasnya biasanya didapatkan dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Maka sejal awal tahun 2000-an sampai sekarang tumbuh dan subur kelompok-kelompok bimbingan haji di berbagai wilayah nusantara. Sebagai partner Kementerian Agama (Kemenag) dalam rangka pendampingan ibadah haji dan umroh. Misalnya pendampingan dalam melakukan pendaftaran haji di Kemenag, pendampingan untuk mengurus kelengkapan administrasi, baik administrasi yang berhubungan dengan kemenag sendiri, pihak Bank, kementerian Kesehatan, kementrian dalam Negeri, pendampingan tatacara ibadah haji atau manasik haji saat sebelum berangkat, saat di tanah suci, maupun sesudah selesai haji, pendampingan sisi psikologi jamaah dan tugas-tugas pengabdian lainnya. Ini belum lagi tugas-tugas lainnya yang secara teknis begitu banyak karena masa pelayanan kepada jamaah haji atau umroh begitu panjangnya yakni satu tahun penuh bahkan forum silaturahminya tidak terputus mulai tergabung dalam KBIHU sampai dengan jamaah meninggal dunia.
Pengabdian kepada jamaah haji dilihat dari fungsinya melayani, yang beraneka ragam latar belakang mungkin dapat dikatakan sebagai tugas yang berat. Belum lagi kalau jamaah hajinya lebih banyak yang sudah umur lanjut usia, secara fisik dan psikologis membutuhkan pelayanan prima, keikhlasan dari para pengabdi (khadim) di kelompok bimbingan haji, maka tidak mengherankan kalau para khadim KBIH itu dibutuhkan orang-orang yang sehat secara lahir dan bathin. Apalagi kalau dibenturkan dengan masalah pembiayaan, mengelola KBIHU dapat menguras finansial yang begitu besar. Pengalaman kita di Kelompok Bmbingan Ibadah Haji al-Kamal Blitar, para pengurus biasanya harus nomboki (membayar duluan) sekian ratus juta, karena para jamaah membayarnya tidak tertentu jadwalnya, ada yang di awal sudah membayar, ada yang nunggu panenan, ada yang membayar ketika mendapatkan uang saku dari kementerian. Di tambah lagi kalau jumlah jamaah yang dikelola tidak begitu banyak mungkin hanya sekitar 70an, sudah dipastikan pengurus KBIH harus menyiapkan dana talangan pribadinya untuk membayar porsi haji bagi pembimbing.
Apa yang dipaparkan itu adalah mengabdi di KBIHU dalam kondisi normal, tidak dalam masa pandemi seperti sekarang ini. Sejak pandemi tahun 2020 pemerintah Saudi Arabia telah mengambil kebijakan untuk menutup akses ibadah Haji dan Umrah bagi warga muslim seluruh dunia, tak terkecuali bagi muslim Indonesia. Dengan berhentinya pelaksanaan ibadah Haji dan Umrah sudah pasti juga berpengaruh terhadap pelayanan ibadah haji di Indonesia, termasuk kelompok bimbingan haji. Persoalan yang muncul akhirnya adalah keistiqamahan bimbingan haji karena memang dibatasi oleh protokol kesehatan, solidaritas jamaah yang merenggang akibat pandemi, sebagaian pengurusnya mendapatkan musibah wabah covid 19, pembatasan kuota haji yang belum sepenuhnya diberikan oleh Arab Saudi, melemahnya kondisi ekonomi jamaah yang terkena imbas pandemi. Dalam situasi seperti ini memang harus kerja luar biasa oleh pengabdi KBIHU, yang dalam bahasa agama membutuhkan jihad, baik sosial maupun finansial. Maka momentum Halal bi Halal ini mungkin nanti akan bisa dijadikan sebagia media untuk membangun solidaritas sosial jamaah KBIHU lagi.
Dengan halal bi halal di forum jamaah KBIHU akan dirasakan suasana ibadah haji kembali oleh semua elemen jamaah alumni haji dari berbagai angkatan. Mereka akan menyambung tali silaturahim kembali dengan materi cerita-cerita saat menjalankan manasik haji. Mulai dari proses menabung bertahun-tahun sehingga dapat mendaftar haji, ada yang haji wahyu karena menjual sawahnya payu, ada haji abidin atas biaya dinas, ada haji sokeh karena sokongane wong akeh (bantuan orang banyak), dan lain sebagainya. Ada juga yang bercerita ketika di tanah suci dapat menikmati jamaah di masjid al-Haram Mekkah dan masjid Nabawi Madinah dengan istiqamah dan nikmat karena lantunan imam jamaahnya sangat merdu. Ada yang bercerita ketika di tanah suci kekurangan uang saku tetapi mendapatkan pertolongan (maunah) dari Allah, ada yang bercerita dapat beribadah dengan mencium Hajar Aswad, ada yang bercerita dapat melakukan ibadah umrah tiap hari, ada yang bercerita mendapatkan kenalan akhirnya menjadi mertua atau saling menjodohkan anaknya, ada lagi yang bercerita terkesan dengan haji selama 40 hari karena harus meninggalkan keluarga, ada yang bercerita bahwa ketika ibadah di masjid dapat masuk tetapi tidak mengetahui jalan keluarnya karena bingung, ada yang bercerita mendapatkan kitab kuning yang tidak dapat didapatkan di Indonesia, ada yang bercerita mendapatkan pengalaman berteman dengan orang-orang muslim di seluruh dunia, ada yang bercerita penyakitnya malah sembuh ketika menjalankan ibadah haji, ada yang bercerita dapat merasakan menjadi muslim ynag kuat dan taat setelah menjalankan ibadah haji dan masih banyak cerita kenangan para jamaah haji saat mereka menjalani acara halal bi halal yang diseleranggakan oleh KBIHU masing-masing di seluruh Nusantara.
Ungkapan-ungkapan seperti itu adalah common sense, isi hati yang dirasakan oleh seluruh jamaah yang pernah menjalankan ibadah haji. Yang pada akhirnya dalam forum Halal bi halal itu nanti seolah menjadi forum kangen-kangenan dengan suasana ibadah haji di tanah suci kembali. Apalagi kalau dalam ceramah halal bi halal nanti narasumber atau kyai dapat menggugah semangat kebersamaan itu, akhirnya nanti dapat menjadi therapi kejiwaan bagi para alumni haji setelah dua tahun lebih merasa tertekan dengan kondisi pandemi ini. Maka forum halal bi halal begitu pentingnya bagi para jamaah haji untuk merefresh kembali semangat hidupnya, semangat ibadahnya, semangat kerjanya, sehingga pasca halal bi halal jamaah haji akan menjadi orang yang dinamis, kembali sesuai dengan tugas kekhilafahannya masing-masing. Yang menjadi petani semangat ke sawah lagi, yang menjadi pedangan semangat jualan lagi, yang jadi pegawai rajin ke kantor lagi, yang jadi kyai akan semangat mengaji lagi, yang jadi dokter rajin menolong pasiennya lagi dan sebagainya, dinamisasi jamaah haji pasca halal bi halal adalah tujuan bersama.
Lebih penting lagi bagi jamaah haji yang mau berangkat tahun 2022 ini dapat menjadikan forum halal bi halal sebagai madrasah untuk belajar dan menimbu ilmu pengalaman dari para jamaah haji yang sudah berpengalaman. Ini penting dilakukan karena ibadah haji tidak cukup dilaksanakan dengan teori atau bicara saja, bekal ilmu pengalaman pelaksanaan ibadah haji adalah pengetahun yang lebih mencapai sasaran, mudah dipahami, sehingga calon jamaah haji akan lebih mudah mendapatkan dan melaksanakannya. Misalnya kalau di forum-forum pengajian secara retoris (ceramah), gambaran manasik haji sifatnya deskriptif, hanya gambaran global saja, sedang yang dibutuhkan calon jamaah adalah gambaran empiris pelaksanaannya. Dan ini yang mempunyai adalah para pengurus KBIHU, pendaping haji yang telah berpengalaman baik secara ilmu maupun praktik empirisnya. Misalnya penjelasan tentang teknis thawaf, sa’i, melempar jumrah, memakai pakaian ihram, mengambil miqat, tehnis wukuf, mabit di muzdalifah, mabit di mina, dan ibadah lainnya yang mempunyai pengalaman nyata adalah pembimbing haji yang memang berbasis keilmuan yang matang, tidak hanya penjelasan teoritis sekali dua kali, atau praktik-praktik manasik yang tidak didasari ilmu tentang haji.
Untuk itu halal bi halal jamaah haji dapat dijadikan sebagai madrasah haji bagi kita semuanya, untuk mendapatkan ilmu-ilmu tentang haji. Di forum inilah berkumpul para kyai, pembimbing haji, jamaah yang telah berpengalaman haji bertahun tahun, curhatnya dalam forum halal bi halal adalah sumber ilmu dalam pelaksanaan ibadah haji. Di sini bisa jadi nanti kita menjadi guru tentang haji (mu’alim), atau menjadi orang yang sedang membutuhkan ilmu haji (muta’alim) atau menjadi mustami’ (pendengar yang baik dalam menerima ilmu haji), atau menjadi pecinta terhadap ilmu dan jamiyatul hujaj (muhibban), asal jangan menjadi orang yang membenci haji, atau membenci pembimbing haji, membenci ilmu tentang haji, membenci panitia haji, dapat mengantarkan kita menuju kerusakan dan kehancuran, lebih-lebih ingkar terhadap ibadah haji sebagai rukun Islam yang kelima, ini adalah dosa besar, yang sama saja ingkar kepada syariat Allah dan Kanjeng Nabi Saw.
Dalam tulisan ini saya pribadi memotivasi, membesarkan para pengurus KBIHU dan jamaah haji yang tahun ini dengan kehendak Allah mau berangkat ke tanah suci, semoga diberi kesabaran dalam menjalankan beratnya melayani jamaah haji, di tengah suasana pandemi. Beratnya sudah pasti dirasakan sejak tahun 2020 kemarin sampai sekarang, semoga perjalanan dan pengelolaan haji tahun ini lancar, sehat wal afiyat, dan mendapatkan pahala, jaza’ adhiman dari Allah Swt. Aamiin
*Pengajar UIN Satu, Fungsionaris NU Blitar Khadim PP al-Kamal Blitar