Ngaji dan Ngabdi 76: Tunduknya Alam kepada Allah (Edisi Pengajian Rutin Tafsir: Surat al-Insyiqaq)
Segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk ciptaan Allah, atas kehendak dan perintah dari sang Khaliq. Makhluk berupa alam dunia seisinya, tata surya, air, daratan, udara, manusia, jin, setan, semua hidup dalam kuasa Allah, dan menuruti hukum-hukumnya. Senyampang makhluk ini melakukan sesuatu sesuai dengan perintah dan kehendak Allah, mereka akan mendapatkan balasannya, demikian juga ketika mereka membangkang, berperilaku kafir, maka itupun juga ada balasanya. Sebagaimana digambarkan dalam surat al-Insyiqaq di bawah ini, bahwa Allah menjelaskan ketundukkan dari langit dan bumi seisinya. Juga menjelaskan hisab bagi orang-orang mukmin dan orang kafir dengan cara yang dikehendaki Allah, dan sesuai dengan amal perbuatanya di dunia.

إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ . وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ

“Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh”.
Tafsir Jalalayn memberikan makna, langit mendengarkan dan patuh atas kehendak Allah untuk menjadi terbelah. Shawi al-Maliki menjelaskan, terbelahnya langit disebabkan oleh mendung yang keluar daripadanya, mendung dimaksud adalah sesuatu yang berwarna putih di sekitar langit dikarenakan turunnya para malaikat. Sedangkan makna dari “ketundukan langit” atas perintah Allah diserupakan antara kondisi langit dengan pengaruh kemahakuasaan Allah, ketika langit mengetahui kehendak Allah, sedang kehendak Allah berhubungan dengan membelahnya langit, maka langit pasrah dan menerima perintah Allah, tanpa ada perlawanan sama sekali.  “Dan sudah semestinya langit itu patuh”, dan hak Allah untuk didengarkan, karena langit mengetahui bahwa kehendak Allah pasti akan terjadi. Maka langit sebagai makhluk Allah sudah semestinya pada posisi mendengarkan dan mematuhi.

وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ  وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ  وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ

“Dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh”
“Dan apabila bumi diratakan” ditambah luasnya sebagaimana kulit dilebarkan dan tidak tersisa sesuatu pun di atasnya bangunan dan gunung. Dihubungkan dengan hari kiamat bertambah luasnya bumi sebagai tempat keberadaan makhluk menjalani hisab amal perbuatanya dari Allah Swt. Pada saat ini seluruh manusia berkumpul, sehingga tidak ada tempat kecuali tempat dia berpijak dikarenakan banyaknya makhluk yang di dalamnya. Pada saat itu bumi memuntahkan apa yang ada di dalamnya termasuk makhluk-makhluk yang sudah mati ke permukaannya, tidak ada lagi yang tersisa di dalam perut bumi. Sama dengan langit yang mematuhi perintah Allah, bumi juga sama mematuhi perintah Allah untuk memuntahkan dan mengosongkan apa yang ada di dalam bumi.  Jawab dari kalimat-kalimat syarat di atas, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya).

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ

“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya”
Dalam tafsirnya, dimaknai wahai semua manusia sesungguhnya kamu sudah bersungguh-sungguh dalam melakukan amal perbuatanmu, berupa amal baik atau amal buruk, sampai bertemu kepada Tuhanmu yakni al-mawt, kematian. Untuk dipertemukan amal perbuatannya, mempertanggung jawabkan perbuatannya.

 فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ  فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا  وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira”
Maksud dari orang yang diberi buku catatan amalnya dengan tangan kanan adalah orang beriman, walaupun dia berbuat maksiat dan akan masuk neraka dahulu. Sedangkan dimaksud hisab yang mudah adalah, amalnya dihadapkan kepadanya dengan cara yang mudah, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits, “barang siapa yang disulitkan hisabnya maka dialah orang yang rusak, dan akan mendapatkan balasanya”. Dalam tafsir yang lain maksud dari hisab yang mudah adalah, “la syidata fihi”, ‘ala shahibihi, wa la munaqasyata” (tidak ada yang memberatkan kepada pelakunya dan menyulitkan”. Ini dikuatkan oleh Hadits Nabi, “barang siapa dipersulit dalam hisabnya, maka dia akan celaka. Untuk itu bagi orang yang beriman akan menjalani hisab dari Allah di hari kiamat dengan cara yang mudah. Ending dari kebahagiaan bagi mereka yang beriman adalah mereka akan kembali bertemu dengan keluarganya di surga dalam keadaan gembira. Yang di dalam surga terdapat berbagai macam kenikmatan berupa makanan, hidangan, bidadari, orang tuanya, anak-anaknya.

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ (10) فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا (11) وَيَصْلَى سَعِيرًا 

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak,  “Celakalah aku.” Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”
Maksud dari orang yang diberi buku catatan amal dari belakang adalah orang kafir yang dibelenggu tangan kanannya diletakkan di lehernya dan tangan kirinya di belakang punggungnya, dengan keadaan itu mereka mengambil buku catatan amalnya. Maka Ketika mereka melihat hasil perbuatanya yang ada, mereka berteriak “aduh celakalah aku” dan kemudian mereka masuk neraka yang amat pedih siksanya. Orang-orang kafir demikian dikarenakan beberapa hal, sebagaimana didawuhkan Allah,

  إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُورًا  إِنَّهُ ظَنَّ أَنْ لَنْ يَحُورَ  بَلَى إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيرًا

“Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). Sesungguhnya dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya”.
Beberapa hal yang menjadikan orang kafir celaka adalah, mereka ketika di dunia bersifat sombong, angkuh, riya’ di komunitasnya, dengan selalu mengikuti hawa nafsunya. Maka di akhirat Allah menggantinya dengan keprihatinan, kesusahan yang tidak ada hentinya, yaitu neraka. Mereka menyangka tidak akan kembali kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatanya saat di dunia. Yang benar tidak seperti yang mereka sangkakan, bahwa mereka akan Kembali untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dihadapan Allah Swt.
Beberapa catatan yang perlu diperhatikan adalah, 1) Kepatuhan atau ketundukkan langit kepada perintah Allah, dhat yang maha kuasa atas segala sesuatu. 2) Sama dengan langit, bumi juga mematuhi perintah Allah untuk memuntahkan dan mengosongkan seluruh isinya, sehingga bumi menjadi lebar sebagai tempat berpijak manusia menerima hisab amalnya dari Allah. 3) Pada saat menerima hisabnya, orang yang beriman akan menerima hisabnya dengan cara yang mudah, tidak menyulitkan atau memberatkan. Kemudian mereka akan masuk surga dengan berbagai kenikmatan di dalamnya, mulai dari hidangan, berkumpul dengan keluarganya. 4) Adapaun cara orang kafir menerima hisab dari Allah, dengan cara diberikan dari arah belakang. Dan Ketika mereka mengetahui isi catatan amalnya, mereka berteriak sebagai orang yang celaka, dimasukkan ke Neraka oleh Allah Swt. 5) Hal-hal yang menyebabkan orang kafir celaka di akhirat adalah kesombongan dan keangkuhan mereka di dunia, maka kegembiraan, keangkuhan sebagai orang kafir yang mengikuti hawa nafsunya itu diganti oleh Allah dengan kepedihan dan beratnya siksa api neraka di akhirat. Akibat kesombongan dengan tidak mererima kebenaran dari ajaran Allah dan Rasulullah, mereka menyangka bahwa tidak akan kembali menghadap Allah, nanti tidak mempertangung jawabkan perbuatanya ketika di dunia. 6) Dan kebenaran yang hakiki adalah Allah dhat yang maha mengetahui terhadap apa yang dilakukan oleh makhluk atau hambanya, baik berupa keimanan yang tidak kelihatan (khafiyah), maupun yang kelihatan (syahadah).  Wa Allahu A’lam bi al-Shawab.
*Pengajar UIN Satu Tulungagung, Alumni PP Lirboyo dan Pengasuh PP al-Kamal Blitar