Oleh : Arif Rifai
Pendidikan secara universal telah berjalan setua peradaban dan keberadaban manusia di muka bumi ini, apa pun substansi dan bagaimana pun praksisnya. Pendidikan telah ada sejak Adam dan Hawa muncul dipermukaan bumi, bahkan ketika mereka masih di surga. Bukankah “hukuman yang diterima oleh Adam dan Hawa ketika di surga, yang menyebabkan mereka menjadi penghuni bumi ini, merupakan satu bentuk pendidikan sejati? Bahwa setiap pelanggaran akan menerima sanksi, seperti halnya sanksi yang diberikan kepada siswa yang melanggar aturan sekolah di sekolah-sekolah modern saat ini.
Metamorfosis pendidikan terus berlangsung hingga sekarang dan akan terus berlanjut sampai akhir zaman, dengan tidak akan menemukan sosok yang final. Pendidikan merupakan gejala kehidupan setua dan seakhir peradaban manusia. Kebutuhan, tuntutan, substansi, dan praksis pendidikan akan terus mengalami penyempurnaan dengan pembawa sifat yang kontinyu tiada akhir. Pendidikan akan berakhir ketika peradaban manusia berhenti total, di mana semua manusia telah enyah dari muka bumi ini, entah kapan. Secara individual pendidikan berlangsung sejak manusia dalam buaian hingga akhir hayatnya, bahkan mungkin telah dimulai ketika dua pasangan manusia memulai perkenalan pertama. Kalau gen pembawa sifat merupakan titik awal pendidikan, berarti ia dimulai ketika pembuahan berlangsung pada rahim ibu.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia; aspek rohaniah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhan.
Akan tetapi, suatu proses yang diinginkan dalam usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan, yaitu mengarahkan anak didik (manusia) kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Allah yang mengabdikan dirinya kepada-Nya.
Pendidikan Islam, menurut Prof. Dr. Omar Mumammad a-Touny al-Syaebani, diartikan sebagai “usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses pendidikan”. Perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai Islami.
Istilah pendidikan dalam Islam sering diungkapkan dalam bentuk al-tarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dib dan al-riyadhah. Setiap term tersebut memiliki makna yang berbeda, karena disebabkan konteks kalimatnya (al-syiaq al-kalam), walaupun dalam hal-hal tertentu term-term tersebut memiliki makna yang sama.

  1. Al-Tarbiyah merupakan sebuah proses transformasi ilmu pengetahuan mulai dari tingkat dasar sampai menuju tingkat selanjutnya yang lebih tinggi. karena mencakup proses pengenalan, hafalan dan ingatan yang belum menjangkau proses selanjutnya yakni pemahaman dan penalaran. Secara terminologis al-Maraghi membagi tarbiyah dengan dua macam, pertama tarbiyah khalqiyat, yaitu penciptaan, pembinaan dan pengembangan jasmani peserta didik agar dapat dijadikan sebagai sarana bagi pengembangan jiwa. kedua, tarbiyat diniyat tazkiyat, yaitu pembinaan jiwa manusia dan kesempurnaannya melalui petunjuk wahyu ilahi.
  2. Al-Ta’lim menurut Abdul Fatah Jalal memberikan pengertian dengan proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah sehingga terjadi tazkiyah (penyucian) diri manusia dari segala kotoran dan menjadikan diri manusia itu berada dalam satu kondisi yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya.
  3. Al-Ta’dib menurut Naquib al Attas merupakan bentuk yang paling cocok untuk dipergunakan sebagai istilah dalam pendidikan Islam, hal ini mengatakan, bahwa orang yang terpelajar adalah orang baik, dan baik yang dimaksud di sini adalah adab dalam artinya menyeluruh, yang meliputi kehidupan spiritual dan material seseorang yang berusaha menanamkan kualitas kebaikan yang diterimanya. oleh karena itu menurutnya, orang yang benar-benar terpelajar menurut pespektif Islam didefinisikan al-Attas dengan ber-adab.
  4. Sedangkan penggunaan istilah al-Riyadhah ini khusus digunakan oleh al-Ghazali dengan istilahnya Riyadlatu al-sibyan, artinya pelatihan terhadap individu pada fase anak-anak. menurutnya, al-Ghazali dalam mendidik anak-anak lebih menekankan pada domain afektif dan psikomotoriknya, ketimbang domain kognitifnya. hal ini karena menurutnya apabila anak kecil sudah terbiasa untuk berbuat sesuatu yang positif, masa remaja atau muda lebih mudah membentuk kepribadian yang shaleh, dan secara otomatis pengetahuan yang bersifat kognitif lebih mudah diperoleh.

Seluruh kata tersebut termasuk dalam rumpun pendidikan. Karena itu pendidikan dalam Islam mengandung pengertian yang amat luas, yaitu kegiatan dalam bentuk arahan, bimbingan, pembinaan, perintah, peringatan, pemberian pengetahuan, penjelasan, pendalaman pemahaman, pencerahan akal dan spiritual, pencerdasan, pengajaran, dan penyucian diri. Seluruh kegiatan tersebut berkaitan dengan pembinaan dan pemberdayaan seluruh potensi manusia : fisik, intelektual, psikis, spiritual, dan sosial. Melalui berbagai kegiatan tersebut maka pendidikan Islam mengarahkan pembinaan manusia seutuhnya.
Pendidikan Islam merupakan upaya sadar, struktur, terprogram, dan sistematis yang bertujuan untuk membentuk manusia yang berkarakter (khas) Islami. Antara lain :
Pertama, berkepribadian Islam (syaksiyah islamiyah). ini sebetulnya merupakan konsekuensi keimanan seorang Muslim, seorang Muslim harus memiliki dua aspek yang fundamental, yaitu pola pikir (‘aqliyah) dan pola jiwa (nafsiyah) yang berpijak pada akidah Islam.
Kedua, menguasai perangkat ilmu dan pengetahuan (tsaqafah) Islam. Islam telah mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu.
Ketiga, menguasai ilmu kehidupan (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni/IPTEKS) diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dengan baik.
Keempat, memiliki keterampilan yang memadai. Penguasaan ilmu-ilmu teknik dan praktis serta latihan-latihan keterampilan dan keahlian merupakan salah satu tujuan pendidikan Islam, yang harus dimiliki umat Islam dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT.
Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam ialah terbentuknya kepribadian Muslim, sebelum kepribadian Muslim terbentuk, pendidikan Islam akan mencapai dahulu beberapa tujuan sementara. Antara lain kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca dan menulis, pengetahuan dan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan dan keagamaan, kedewasaan jasmani dan rohaniah.
Kedewasaan rohaniah tercapai setelah kedewasaan jasmaniah, tetapi kedewasaan rohaniah, bukan pula merupakan sesuatu yang statis, melainkan merupakan sesuatu proses. oleh karenanya, sangat sukarlah menentukan bila seseorang individu tertentu telah dewasa rohaniah dalam arti kata yang sesungguhnya. Ukuran-ukuran mengenai inipun adalah teoritis sekali dan juga merupakan ukuran yang mengandung unsur-unsur gradual (lebih-atau-kurang).
Ketentuan-ketentuan mengenai apa yang disebut Kepribadian Muslim, adalah lebih abstrak lagi daripada kedewasaan rohaniah. lebih sulit pulalah untuk menentukan bila masanya dan siapa-siapa yang telah mencapai keadaan itu. Sesungguhnya penentuan mengenai hal itu bukanlah wewenang manusia. Tuhanlah yang menentukan siapa-siapa diantara hamba-Nya yang betul-betul telah mencapai kesempurnaan itu. Pendidikan adalah usaha untuk mencapai tujuan itu. Pendidikan dapat diusahakan oleh manusia tetapi penilai tertinggi mengenai hasilnya adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui. Sesungguhnya tujuan pendidikan Islam, adalah identik dengan tujuan setiap orang Muslim.
lebih lanjut, pendidikan keislaman merupakan salah satu macam pendidikan keagamaan, yakni pendidikan yang secara khusus dimaksudkan untuk memberikan bekal profesional di bidang keagamaan kepada peseta didik. Pendidikan ini diselenggarakan dalam rangka untuk mempersiapkan peserta didik agar kelak mampu mengemban tugas yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama Islam. dengan demikian, ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan merupakan bekal untuk memberikan kualifikasi yang harus dimiliki oleh mereka setelah selesai mengikuti pendidikan tersebut. Karena itu, materi ilmu-ilmu keislaman merupakan pokok yang diajarkan dalam pendidikan keislaman.
Referensi:
1. Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan, (Bandung, Alfabeta, 2011)
2. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2012)
3. Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung, AlFabeta, 2013)
4. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Kencana, 2016)
5. Alfiah dan Zalyanaau, Hadis Tarbawi, (Riau, Zanafa Publising, 2011)
6. Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung, Ma’arif, 1989)
7. Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam, (Ponorogo, STAIN Ponorogo Press, 2009)