Sejarah

Saksi sejarah: Gerbang lama PPTA

Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal didirikan pada tahun 1940 oleh KH. Manshur salah seorang putra KH. Imam Basyari, salah seorang kiyai di Mangunsari Tulungagung). Keberadaan Pondok ini berawal dari amanat KH. Imam Basyari terhadap putra-putranya yang menginginkan agar tanah babatan hutan di Blitar, ditempati oleh salah seorang putranya. Satu-satunya putra beliau yang bersedia menempati tanah tersebut adalah Manshur yang waktu itu baru pulang menuntut ilmu beberapa tahun di Mekah.

Tahun 1918 M. Manshur berangkat menuju desa Kunir Blitar. Di desa tersebut, mendirikan sebuah langgar dan kemudian mendirikan majelis ta’lim atau pengajian yang santri-santrinya berdatangan dari desa-desa sekitarnya. Pengajian yang diselanggarakan KH. Manshur berkembang terus dan memerlukan beberapa tempat untuk menginap para santri-santrinya. Kala itu pondok ini bernama Pon. Pes. Kunir. Berdasarkan prasasti yang terdapat di Masjid Jami’ Desa Kunir, Pondok tersebut berdiri pada tahun 1940. Selain mengajar santri-santrinya, KH. Manshur juga menjadi imam Masjid Jami’ Kecamatan Srengat dan ikut aktif berjuang melawan penjajah.

Pemuda Manshur kemudian menikah dengan seorang gadis putri dari H. Abdullah bernama Maimunah. Dari pernikahan tersebut menghasilkan keturunan beberapa anak dan cucu yang pada akhirnya menjadi cikal bakal dari pengurus yayasan Pon. Pes. Al-Kamal di masa akan datang. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat silsilah keluarga, KH. Manshur dikaruniai enam (6) orang anak, namun tiga (3) di antaranya meninggal dunia di waktu kecil, dan tiga yang hidup kesemuanya perempuan, yaitu :

  1. SITI MALIKAH menikah dengan H. SHOLEH, bertempat tinggal 1 Km sebelah barat KH. Manshur. Pada akhirnya mendirikan Pondok Pesantren dengan nama MAMBAUL HUDA di Dusun Manggar Desa Kunir.
  2. SITI MUTINAH menikah dengan H. THOBIB, dan dikaruniai tuju (7) anak yaitu: 1) Hj. Sumbulatin, 2) Hj. Miatu Habbah, 3) Hj. Siti Masyithoh, 4) H. Syaiful Habib, 5) H. Syamsul Ma’rif, 6) Hj. Siti Maswah, 7) H. Imam Asy’ari. Hj. Sumbulatin kemudian Nikah dengan KH Zen Masrur dengan 4 orang anak: 1) Hj. Irma Husniah, 2) H. Hafidz lutfi, 3) Aminudin Fahruda, 4) Abdurahman Fauzi. Dari keluarga Hj. Sumbulatin inilah yang kemudian mengelola firqah LKSA Putra Putri dan Adawiyah).
  3. SITI MUNAWAROH menikah dengan KH. THOHIR WIJAYA dan dikaruniai enam (6) anak yaitu : 1) Hj. Astutik Hidayati, 2) Hj. Nur Saida, 3) Hj. Asmawati, 4) H. Jauhar Wardani, 5) Hj. Reni Rahmawati, 6) Hj. Rina Laila Wati.

Hj. Astutik Hidayati, menikah dengan KH Mahmud Hamzah dengan menikahkan putrinya Hj. Erria Masfia dengan Dr. H. Asmawi Mahfudz, sedang Hj. Atik Hatmayanti dengan H. Ahmad Hasanudin dari Pasuruan. Sepert keluarga di atas kelurga yai Mahmud juga mengelola firqah al-Manshur, al-Munawarah dan unir Hidayati Mahmud atau HM).

Setelah KH. Manshur wafat, Pesantren ini diasuh para menantunya, KH. Thohir Wijaya dan KH. Thobib. Pada masa inilah terdapat perubahan nama Pondok Pesantren Kunir diubah menjadi Pondok Pesantren Al-Kamal, hasil istikharah pengasuh saat itu yakni KH. Thohir Wijaya, dengan perubahan dari sistem sorogan dan bandungan menjadi klasikal. Sistem pendidikan Ponpes berubah dari salafiyah murni berubah menjadi Terpadu yakni perpaduan antara salafiyah (klasik) dan Kholafiyah Ashriyah (modern).

Mulai saat itu, wajah dan dinamika pondok pesantren menjadi dinamis, berkembang sampai sekarang dengan sistem pendidikan yang lebih relevan dan akomodatif terhadap perkembangan zaman disertai tantangan modernisasinya.

Organisasi Kelembagaan Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal

Tentang profil organisasi Pondok Pesantren Al-Kamal Kunir Wonodadi Blitar, pesantren ini menerapkan pola pengelolaan managerial dengan mengembangkan sistem kepemimpinan semi demokrasi. Dan Jika dijelaskan secara periodik, pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan Pon. Pes. Terpadu Al-Kamal telah mengalami tiga masa kepemimpinan.

Masa kepemimpinan pertama adalah pendiri KH. Manshur pada tahun 1940 – 1960 M, pada masa ini Pon. Pes. dikelola secara mutlak oleh pendirinya dengan dibantu oleh beberapa orangasatidz (para guru yang mumpuni dalam bidang agama, terutama mereka-mereka yang telah tamat dari pesantren-pesantren sekitar Blitar.

Masa kepemimpinan generasi kedua, pada tahun 1960 – 1998 masa ini penyelenggaraan dan pengelolaan Pon. Pes. ditangani oleh para menantu dari KH. Manshur yakni KH. Thohir Wijaya dan KH. Thobib. Yang kemudian membentuk sebuah organisasi yayasan sebagai pengembangan dari para anggota keluarga yang memang berkompeten dalam memperjuangkan dunia pendidikan Agama Islam dan kepesantrenan. Ini terinspirasikan pada tahun 1977, ketika Bapak KH. Ahmad Thohir Wijaya diangkat menjadi anggota DPR / MPR RI, sehingga membuka akses (Network) pesantren Al-Kamal di lembaga birokrasi pemerintahan. Yang pada akhirnya Al-Kamal berkembang baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Sejak itu Al-Kamal sudah menjadi sebuah lembaga pendidikan pesantren yang didatangi oleh para santri dari berbagai penjuru tanah air.

Perkembangan berikutnya tahun 1981 jajaran pengasuh Pon. Pes. Terpadu Al-Kamal semakin kokoh dengan hadirnya Bapak Drs. KH. Mahmud Hamzah (menantu ke–1 dari KH. Ahmad Thohir Wijaya), yang secara langsung menangani pendidikan baik formal maupun non formal, khususnya menangani kajian kitab – kitab kuning dan pendalaman bahasa Arab baik pasif maupun aktif untuk sehari-hari. Bersamaan dengan itu (Th. 1981) organisasi penyelenggara Pon. Pes. Al-Kamal secara resmi didirikan dengan bentuk yayasan yang didirikan dan diprakarsai oleh KH. Ahmad Thohir Wijaya (Suami dari Hj. Siti Munawaroh, Putra ke tiga dari KH Manshur). Saat itu Ketua I dijabat oleh Bapak KH. Zen Masrur , BA, Ketua II. Bapak Drs. KH. Mahmud Hamzah, Ketua III oleh Bapak Masyhudi Yusuf, BA, Bapak H. Syaiful Habib, SH. M.Hum sebagai sekretaris dan Ibu Hj. Astutik Hidayati, BA. sebagai bendahara Yayasan Pondok Pesantren Al-Kamal.

Nampaknya perkembangan Al-Kamal tidak berhenti di situ, tahun 1986, Bapak KH. Ahmad Thohir wijaya yang pada waktu itu sebagai Anggota DPR/MPR RI melebarkan sayap perjuangannya bersama – sama kabinet Pembangunan Indonesia mendirikan cabang di Kebon Jeruk Jakarta dengan nama yang sama, yaitu Pondok Pesantren Al-Kamal. Selanjutnya pada tahun 1989 kepengurusan yayasan diubah dengan masuknya Drs. H.M. Sunandari Jauhari dan H. Ibrahim Indragiri di jajaran Ketua Yayasan dan Johar Wardani, ST sebagai bendahara.

Demikianlah perjuangan Bapak KH. Thohir Wijaya dalam membesarkan dan menciptakan beberapa pondasi Pon. Pes Al-Kamal Kunir Wonodadi Blitar yang pada akhirnya pada tahun 1999, karena menderita penyakit yang sangat parah beliau menghadap Allah Swt. dan dimakamkan di maqbaroh keluarga besar Pon. Pes Al-Kamal.

Masa kepemimpinan ketiga, tahun 1998 – 2009 adalah dikendalikan oleh generasi dari Bani Manshur. Pada tahun inilah kebersamaan, solidaritas pengurus yayasan mencapai puncak kejayaannya. Kepemimpinan yayasan tidak lagi bersifat personal individual tetapi lebih mengutamakan pada semangat kolektivitas. Ada pemilihan dan pembagian kerja di antara cucu-cucu dari KH. Manshur sebagai antisipasi dalam menyongsong era modernisasi, dengan job diskription sebagai berikut : Bapak Drs. KH. Mahmud Hamzah, sebagai Koordinator Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal ( PPTA) dan pendidikan formal, Bapak KH. Zen masrur, BA sebagai Koordinator keta’miran dan majlis ta’lim, Bapak Mashudi Yusuf, BA (wafat tahun 2004) sebagai Koordinator Hubungan Kemasyarakatan, Bapak Drs. HM. Sunandari sebagai Koordinator Bidang Birokrasi dan Kepemerintahan, Bapak H. Syaiful Habib, SH, M.Hum (wafat tahun 2002) sebagai Koordinator Lembaga Pendidikan dan Ketrampilan. Sedangkan perjuangan untuk mengembangkan Pondok Pesantren yang telah didirikan oleh pendahulunya dengan tugas dan wewenangnya masing – masing sesuai dengan penjelasan di atas.

Pada masa tersebut al-Kamal merupakan respon di tengah hangatnya suasana pertempuran dua sistem pendidikan tradisional (salafi) dan sistem pendidikan modern (‘ashriyah). Pondok ini dibangun di tengah pergumulan masyarakat abangan Kunir Wonodadi Blitar (meminjam teori Clifford Geert) yang membutuhkan keistiqomahan, keteladanan, kesabaran, kesederhanan dan semangat yang tinggi. Sehingga kalau kita melihat Al-Kamal sekarang, nilai-nilai luhur para pendiri sudah terintegrasikan dalam sistem pendidikan pondok pesantren.

Setelah wafatnya Salah satu pimpinan Pon. Pes. Terpadu al-Kamal yaitu Bapak Drs. KH. Mahmud Hamzah (tahun 2009), Sebenarnya struktur Yayasan PP al-Kamal berubah. Ketua Yayasan sebelumnya KH Zen Masrur di jadikan Pembina Yasayasan sekaligus Pengasuh Ponpes. Sedangkan Ketua Yayasan adalah H. Johar Wardani yang berdomisili di Surabaya. Sedangkan dewan Pengasuh PP al-Kamal di berikan kepada, KH. Asmawi Mahfudz. Maka Idealisme, jiwa, dan falsafah hidup yang ruh pesantren diteruskan oleh oleh dua pengasuh yaitu Dr. KH. Asmawi Mahfudz, M.Ag bersama Bapak KH. Zen Masrur, BA. Satu tahun kemudian, pada bulan Ramadhan beliau abah KH Zen Masrur BA dipanggil kehadirat Allah SWT.

Generasi ke-IV tahun 2012, kepemimpinan atau kepengasuhan Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal dilanjutkan oleh Dr. KH. Asmawi Mahfudz, M.Ag dan KH. Hafidz Lutfi S.Ag. Pada masa ini, penanaman ruh pesantren dikembangkan secara efektif, efesien dengan menggunakan sistem dan metode pendidikan pesantren pada umumnya yang mengedepankan penalaran dan berpikir kritis. Cara ini pada berikutnya dapat melahirkan dan mengembangkan etos-etos tertentu yang membuat anak didik menjadi lebih dinamis, kritis dan kreatif.

Selang beberapa saat kemudian, Kepengasuhan Pesantren berubah lagi, dengan menambahkan H. Ahmad Hasanudin, S.HI. Ini bertujuan untuk mengakomodasi kekeluargaan dan memperkokoh organisasinya. Artinya semua program pesantren dapat didistribusikan sesuai dengan kemampuan masing-masing pengasuh yang ada di PPTA. Maka di bagilah tugas-tugas kepengasuhannya, KH Asmawi mahfudz bertugas mengkoordinasikan bidang ketakmiran, madrasah diniyah, ma’had ali, murotili al-Qur’an, majlis ta’lim, atau program-program kepesantrenan dan pengajian. KH Hafidz lutfi mengkoordinasikan lembaga-lembaga formal, panti asuhan, Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dan KH Hasanudin mengkoordinasikan program identifikasi aset kekayaan PPTA, sarana-prasarana dan pembangunan.

Jika dijelaskan secara kronologis Kepengasuhan PP al-Kamal Blitar, adalah sebagai berikut:

Tahun 1940, oleh KH. Manshur (Pondok Pesantren masih bernama pondok Kunir yang masih berupa masjid dan pengajian kalong)

Tahun 1960-1980, oleh KH Thobib dan KH Thohir Wijaya, (sudah ada pondok pesantren dan Madrasah tetapi dengan nama al-Manshuriyah)

Tahun 1980- 1999, oleh KH Thohir Widjaya, KH Zen Masrur dan KH Mahmud Hamzah (Pondok Pesantren berubah menjadi nama PP al-Kamal)

Tahun 1999-2008, oleh KH Zen Masrur

dan KH Mahmud Hamzah (PP al-kamal mengembangkan sistem terpadu dan membuka madrasah diniyah Khusus (MDK)

Tahun 2008-2012 oleh KH Zen Marur dan Dr. KH. Asmawi Mahfudz, M.Ag (PP al-Kamal mencoba mempertahankan diri ditengah tantangan dunia modernisasi yang semakin pesat)

Tahun 2012-2013 oleh Dr. KH Asmawi Mahfudz dan KH Hafidz Lutfi, S.Ag

Tahun 2013-sekarang oleh Dr. KH Asamwi Mahfudz, KH Hafidz Lutfi, S.Ag dan KH Hasanudin, S.HI (PP al-Kamal berusaha untuk memberikan penajaman program dan mengembangkan lembaga-lembaga baru, di antaranya Ma’had Aly, Madrasah Murotil al-Qur’an, dan memperbaiki kompotren untuk santri).

Masyarakat Sekitar

Penduduk desa Kunir pada tahun 2016 sebanyak 4.500-an orang yang mayoritas beragama Islam. Faham keagamaan masyarakat sangat majmuk (plural), baik dilihat dari perspektif kegiatan sosial keagamaannya maupun amaliyah ibadah masyarakatnya, sebagian masyarakat termasuk dalam kelompok Nahdhatul Ulama’, sebagian kecil Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Persis, dan Muhammadiyah. Dari sisi social cultur masyarakat adalah berbudaya jawa dengan mata pencaharian sebagai peternak, petani, pedagang, tukang dan pengrajin serta pegawai negeri Sipil (PNS). Dalam berpolitik masyarakat Desa Kunir, berdasarkan hasil pemilu 20014, berafiliasi dengan berbagai partai Politik baik Golkar, PDI-P, PKB, PBB, PKS, PPP, Nasdem dan partai Demokrat.

Pendidikan dan Ciri Khas

Mengikuti perkembangan jaman, Pondok Pesantren Al-Kamal dirancang secara Terpadu, dalam arti pendidikan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren ini mensinergikan antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Maka namanya adalah Pondok Pesantren Terpadu al-Kamal (PPTA) Sehingga alumni santri –khususnya yang mukim– di Pondok Pesantren ini memiliki kemampuan atau pengetahuan agama yang relatif sama dalam jenjang yang sama walaupun jenis sekolah yang diikuti berbeda. Karena para santri yang mukim diwajibkan mengikuti pendidikan keagamaan, yakni madrasah Diniyah.

1. Pendidikan Kepesantrenan

Pendidikan Kepesantrenan yang diselenggarakan sudah menggunakan system clasikal atau madrasah diniyah dengan kurikulum yang disusun sendiri. Jenjang pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah, dasar dan lanjutan yakni:

TK Al–Qur’an. Santri yang belajar di tingkat TK benar-benar berusia dibawah tuju (7) tahun dan semuanya mukim.

Madrasah Diniyah tingkat Ula atau Ibtidaiyah. Santri yang belajar pada tingkatan ini adalah mereka-mereka yang duduk di MTsN?SMP. Dalam Madrasah ini diberi kuriukulum dasar misalnya, fiqih, Nahwu, Shorof, Aqidah tauhid dan akhlaq, bimbingan baca kitab, bimbingan sholawat Diba’ dan bimbingan berbahasa. Dengan perincian kitab-kitab yang digunakan adalah sebagai berikut ; Kelas I : Aqidah Al Awam, Sifa’ul Jinan, Akhlaq Lilbanin, Awamil Jurjani, Imla’, dan Khot serta mabadi al Fiqhiyah I, Kelas II : Aqidah Al Islamiyah, Jurumiyah,Qowa’idul I’lal, Akhlaqul Lilbanin II, Mabadi al Fiqhiyah II & III dan Al Amtsilah al Tasrifiyah, Kelas III : Taisirul Kholaq, Jawahir al Kalamiyah, Al Amriti, al Kaelani dan fiqh al Wadih, dan pelajaran – pelajaran keagamaan pesantren lainnya.

Madrasah Diniyah Tingkat Wustha. Yaitu tingkatan ini diisi oleh para santri yang duduk ditingkatan Madrasah Aliyah/MA atau SMK. Adapun materi yang diberikan di madrasah Aliyah adalah : Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih, Tauhid, Nahwu, Shorof, Akhlaq, kuliyah umum, bimbingan baca kitab, bimbingan sholawat Diba’ dan bimbingan berbahasa dengan perincian kitab yang digunakan sebagai berikut: Kelas I : al Sanusiyah, Al Fiyah Ibnu Malik I, Fat’hul Qorib,at Tibyan I dan Mustholahul Hadits,Kelas II : Qomi’ At Tughyan, Alfiyah Ibnu Malik II, Qowa’idul I’rob, at Thibyan II, danMustholahul Hadits II, Kelas III : Tafsir Jalalain, Tafsir Al Fatihah, Riyadus Sholihin, Qowa’idullughoh, dan as Sulam,

Madrasah Diniyah Kusus (MDK).Yakni program/kelas khusus, program ini diperuntukkan bagi santri yang belajar di MAK. Selain tersebut diatas ditambah dengan kitab ; al Mu’in al Mubin, Kifayatul Akhyar, Fiqih Al Sunah, Subulus Salam, Nailu al Authar, Tafsir Al Maroghi,Ilmu Ushul Fiqih dan Mabahis fi Ulumil Qur’an.Kekhususn tersebut dimaksudkan sebagai pendalaman materi pendidikan agama yang diberikan di madrasah dengan pemberian materi pendidikan agama dalam bentuk kitab kuning. Metode belajar di kelas ini lebih menekankan kemandirian kepada kajian beberapa kitab kuning dan penguasaan bahasa baik Arab maupun Inggris. Mengenai materi yang diajarkan sama dengan tingkatan madrasah aliyah yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, Fiqih, hadits, Akhalaq, Tauhid, Tasawuf, dan lain-lain. Hanya saja metode belajar di kelas ini lebih menekankan kemandirian kepada kajian beberapa kitab kuning.

Ma’had ‘Aly. Pondok Pesantren Al-Kamal sudah mempunyai pendidikan lanjutan yang memadai, disamping basic sumber daya manusia yang memadai untuk mendirikan sebuah pendidikan tinggi, untuk itu tahun 2013 dijadikan moment untuk mendirikan perguruan Tinggi (al Jami’ah) dan merintis sebuah madrasah diniyah yang dapat mengakomodasi beberapa tamatan Al-Kamal agar dapat berlanjut kependidikan pesantren yang lebih tinggi dengan institusi Ma’had ‘Aly Ashhabul Ma’arif PP al-Kamal. Konsentrasi dari madrasah ini lebih kepada memberikan kajian materi-materi keIslaman dalam bidang fiqih dan usul Fiqih. Pada awalnya tingkatan madrasah ini berjumlah 7 orang, kemudian berlanjut menjadi 11 orang, 17 orang dan yang terakhir adalah 21 orang.

Pengajian Kitab Tafsir Jalalayn. Institusi ini dahulu di asuh oleh bapak pengasuh yakni Drs. KH. Mahmud Hamzah, Kemudian diteruskan oleh pengasuh sekarang Dr.KH. Asmawi Mahfudz, M. Ag, diperuntukkan bagi orang-orang tua warga masyarakat Desa Kunir dan sekitarnya beserta para Asatidz Pondok Pesantren Al-Kamal yang menginginkan memperdalam kajian kitab tafsirnya. Hanya saja waktu pelaksanaanya, dengan pertimbangan waktu dan kesibukan para anggotanya satu minggu sekali. Untuk materinya dikhususkan kepada Kitab tafsirnya imam Jalaludin al Suyuti dan Jalaludin al Mahali yaitu tafsir Jalalain, yang memang sudah termasyhur dikonsumsi oleh pesantren-pesantren di Indonesia dan beberapa perguruan tinggi di dunia Islam.

Majliis Murotil al-Qur’an. Madrasah ini dimulai pada tahun 2016, diperuntukkan bagi pemula santri-santri yang belum bisa mengaji al-Qur’an baik dengan membaca maupun dengan Hafalan (bi nadhar atau bi al-Ghaib). Pada permulaan pembukaannya diikuti oleh sekitar 270 santri yang di bagi dalam 15 kelas. Dengan asatidh sebanyak 13 orang.

Pengajian Alumni Ahad Wage Pondok Pesantren. Sejak berdirinya sampai tahun 2016/2017 kemarin, Pondok Pesantren al–Kamal sudah mengeluarkan tamatan kurang lebih 5056 santri dari berbagai tingkatan. Baik Ibtidaiyah, Wustha, atau lanjutan Aliyah. Mereka terkoordinasikan dalam organisasi alumni Pondok Pesantren Al–Kamal. Kegiatan yang dilaksanakan oleh alumni adalah pengajian rutin ahad wage (satu bulan sekali) yang dibimbing langsung oleh bapak pengasuh. Dengan tujuan supaya para alumni secaracontinue masih dapat bersilaturahmi kepada almamaternya disamping mereka masih bisa memperdalam kajian kitab kuningnya. Materi yang dikaji biasannya adalah kitab-kitab tasawuf dan akhlaq, dikarenakan dengan materi ini bapak pengasuh masih dapat memberikan beberapa nasehat dan motivasi kepada para alumni dalam menghadapi kehidupan yang sangat sulit ini.

2. Pendidikan Formal

Pendidikan sekolah yang diselenggarakan di lingkungan Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal adalah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs N), dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Selain itu diselenggarakan pula pendidikan sekolah umum yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam bidang ekonomi dan jaringan SMEA.

Kegiatan Ekstra Kurikuler dan Ketrampilan

Kegiatan ekstra kurikuler di Pondok Pesantren dibedakan dengan kegiatan ketrampilan. Ekstra kurikuler dimaksudkan sebagai tahap pengenalan, sedangkan ketrampilan lebih menekankan kepada profesionalisme. Kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan meliputi : Bahasa Arab & Inggris yang sifatnya wajib untuk kelas I MD, al Qur’an (membaca bi al nadhor, khotmil qur’andiakhir tahun untuk kelas III dan kursus ilmu tajwid), bimbingan membaca kitab dan praktek sistem bandongan pada bulan Romadhon, muhadhoroh 4 bahasa (Arab, Inggris, Indonesia dan Jawa), latihan kepemimpinan, tahlil, keorganisasian diba’, dan seni baca al–Qur’an, olahraga (senam pagi, jogging, sepak bola dan badminton), pramuka dan drum band, Jurnalistik, pengelolaan Website, pencak silat, dan grup sholawat alfa Sholla.

Kegiatan ketrampilan yang diselenggarakan berbentuk kursus-kursus dan bersertifikat tingkat nasional. Dalam penyelenggaraannya Pondok Pesantren bekerjasama dengan Kementriantenaga kerja dan departemen pendidikan nasional. Jenis kursus yang diselenggarakan ialah; elektronika, sekretaris, menejemen usaha, bahasa Arab dan Inggris, peternakan, perikanan, akutansi dan komputer.

Santri, Kyai, dan Ustadz/Guru

Jumlah santri yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Terpadu Al–Kamal sebanyak 3.661 anak. Mereka secara formal belajar di TK (85 anak), MI (325 orang), MTs (1.450 anak), SLTP (332 orang), SMK (90 anak) serta MA (1058 anak) tidak semua santri tinggal di Pondok, melainkan dilaju dari rumah masing-masing. Jumlah mereka hampir separohnya (30 %), sedangkan asal daerahnya sebagian besar (70%) berasal dari luar daerah kabupaten Blitar, baik propinsi jawa Timur, propinsi-propinsi di pulau jawa atau luar jawa.

Santri sebanyak itu diasuh dan dibimbing dalam belajarnya oleh tiga orang kyai yaitu KH. Asmawi Mahfudz, KH Hafidz lutfi dan KH Hasanudin. Di bantu 170 orang tenaga edukatif (ustadz/ustadzah/guru) dan 50 orang tenaga administrasi (pengurus). Sedangkan status kepegawaian mereka (selain kyai dan badal) adalah PNS Kementrian Agama, PNS kementrianPendidikan, 32 orang pegawai tetap yayasan dan 31 orang pegawai honorer.

Sarana dan Prasarana

Fasilitas untuk kegiatan belajar mengajar dan administrasi yang dimiliki Pondok Pesantren ini adalah 75 ruang belajar/mengaji, 1 ruang laboratorium, 8 ruang administrasi, 8 ruang guru/ustadz, 3 ruang perpustakaan, 1 ruang pertemuan/aula, 18 ruang asrama putra, 26 ruang asrama putri, 2 buah masjid/musholla, 36 unit kamar mandi/WC, 5 unit rumah pengasuh, 4 ruang ketrampilan, 1 bidang lapangan olahraga, 2 ruang kesenian, 2 unit peralatan kesenian.

Sumber Dana

Untuk pembiayaan kegiatan belajar mengajar administrasi pondok, sebagian besar (90% diperoleh dari SPP/sahriyah santri. Untuk itu pesantren sebesar ini menuntut partisipasi dari semua elemen masyarakat, baik pemerintah atau elemen masyarakat lainnya. Karena tanpa ditunjang oleh partisipasi masyarakat lainnya sulit bagi Al-Kamal untuk mengembangkan diri dengan lebih baik, dikarenakan tuntutan dan tantangan sistem pendidikan modern saat ini, tidak hanya mengutamakan basic pesantren tetapi juga sistem pendidikan berbasis masyarakat.

Progam Pengembangan

Progam pengembangan Pondok Pesantren yang dilaksanakan pada tahun 2016/2017meliputiifisik dan non fisik. Pengembangan fisik yang dilakukan adalah; a). penyelesaian bangunan serambi mushola, merehab (memperbaiki) bangunan asrama santri, menyelesaikan bangunan lokal kelas Madrasah Diniyah al–Kamal, membangun asrama putri yang dari tahun ke tahun nampaknya sudah tidak memenuhi kapasitas, membangun asrama TK al–Qur’an, Ma’had Ali dan beberapa firqoh/unit kamar-kamar santri.

Pengembangan ekonomi masyarakat sekitar diupayakan oleh koperasi Pondok Pesantren (Kopontren santri al-Kamal) bekerjasama dengan pihak terkait, yaitu; menanam pohon jati emas bekerjasama dengan pemda setempat, membuka usaha agribisnis pertanian, mengupayakan peningkatan kesejahteraan petani dan bekerjasama dengan pengusaha dalam berbagai bidang yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, dan juga pengembangan sanitasi pondok pesantren dengan bekerjasama dengan dinas pekerjaan Umum. Dalam hal ini PPTA sudah dua kali mendapatkan programnya, yakni tahun 2012 dan 2015. Disamping itu tahun 2015 kemarin kita juga bekerja sama dengan dinas Lingkungan Hidup yang kemudian dicanangkan program eco Pesantren. Untuk menyempurnakan program ini juga dibuka klinik pengobatan santri yang dioperasikan pada tahun 2015 juga.

Dengan berbagai kiprah, minta doa kepada semua komponen masyarakat semoga pp al-kamal Blitar tetap bisa eksis, istiqomah dalam melayani santri dan umat, mewujudkan masyarakat yang yang berbudaya dan berperadaban ditengah-tengah kemajmukan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam naungan ridlo Allah Swt berdasarkan Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Amiin

Blitar 14 Juli 2016

Dr. KH. Asmawi Mahfudz, M.Ag

Pengasuh

Tags :

Share This :