Opini: Benturan PKI dan NU dalam Film PKI Perspektif Santri

Oleh : Fatna Fauziana*

Viralnya film PKI kali ini, memunculkan sifat mengikuti arus yang sengaja dibuat beberapa oknum, memang kalau bung karno jas merah, tapi kalau saya sendiri lebih cenderung bukan soal menonton filmnya tapi efek dibelakang yang perlu diperhatikan”, haruskah dengan film tersebut satu komando dengan PBNU dan masayikh, sebenarnya jika kita amati pada akhir-akhir ini tema PKI lagi viral, arah dan polanya sepertinya sama, akhirnya sampai pemerintah juga. Sesuai dengan amanat PBNU sebagaimana disampaikan sendiri oleh Rois Aam KH. M. Sahal Mahfudz (1999-2014) bahwa NU harus berbuat seperti saat menghadapi PKI dan para pendukungnya. Sebagaimana dimuat oleh majalah tempo edisi Oktober 2012 yang mewakili pandangan barat pada umumnya. Baik Amnesty Internasional maupun Mahkamah Internasional, mereka tidak mau tahu bahwa saat itu terjadi perang saudara, maka tidak ada pelaku tunggal. Baik NU maupun PKI sama-sama pelaku pertempuran itu. Campur tangan Negara barat beserta sejumlah perwakilannya seperti Komnas HAM, Kontras dan sebagainya ini memperkeruh masalah ini. Karena mereka, anak-anak baru yang tidak tahu menjadi tahu masalah yang sebenarnya.

Maka selain memberikan penjelasan pada warga NU secara langsung melalui forum seminar, brefing dan sebagainya. Sebagimana yang sudah dilakukan selama ini, juga memberikan perintah untuk menulis buku sejarah konflik NU yang dilihat dari sudut pandang NU sendiri. Menggali, dan memaparkan apa yang dialami, dipikirkan, dirasakan dan dilakukan para kiai, santri dan pemimpin NU dalam menghadapi PKI sebagai kelompok bughot.

Seperti halnya yang kita ketahui sesuai dengan konteks realita saat ini banyak kalangan NU terutama generasi mudanya yang tidak lagi mengenal sejarah NU , termasuk sejarah benturan NU dengan PKI, sehingga mereka mengikuti saja cara berfikir orang lain. Baik akademisi maupun politisi yang memojokkan NU dalam peristiwa G -30S/PKI. Ada kelompok NU yang tidak tau sejarah, akhirnya tidak bisa membela diri, karena mereka tidak memiliki cukup argumen. Mereka tidak mengetahui bahwa PKI melakukan propaganda, memprovokasi, meneror, menyerang NU dan pesantren dan kemudian NU dan pesantren mempertahankan diri, menyerang balik, dan menangkap mereka yang bersalah dengan menyerahkan pada aparat keamanan baik polisi, TNI bahkan kejaksaan sesuai dengan hukum dan undang-undang yang berlaku, dengan realita seperti ini saya mengambil kesimpulan dari hadirnya film tetang PKI, dilihat dari sudut pandang santri saya menegaskan Bukan soal menonton filmnya tapi efek dibelakang yang perlu diperhatikan, kita satu komando dengan PBNU dan Masayikh. Hidup Kader Penggerak NU!!!!!!!

*Mahasiswa Pascasarjana IAIN Tulungagung dan Mahasantri Ma’had Ali Ashabul Ma’arif Al-Kamal.

Tags :

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *