Alkamalblitar.com- Tahun Baru Hijriyah adalah tahun baru yang jatuh setiap tanggal 1 Muharam. Tahun baru hijriyah ini adalah tahun baru seluruh umat Islam di dunia. Begitu banyak jenis perayaan yang diadakan disetiap sudut bumi ini untuk memperingatinya. Mulai dari tahlil, sholawatan, pengajian, dan perayaan perayaan lain yang mungkin belum pernah kita ketahui sebelumnya. Begitu juga dengan Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal.
Pada hari Kamis malam Jum’at tanggal 5 September 2019 atau bertepatan dengan malam 6 Muharam 1441 H, Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal mengadakan sebuah pengajian bertema “Pesantren dan Tradisi Pembaharuan” dengan Dr. H. M. Muntahibun Nafis, M.Ag. sebagai narasumber. Beliau adalah salah seorang dosen di Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Acara ini diikuti oleh seluruh santri baik putra maupun putri serta para asatidz dan asatidzah. Acara ini diadakan di pendopo KBIH Al Kamal.
Acara pada malam hari ini diawali dengan penampilan sholawat dari grup sholawat putra Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal. Lalu, acara ini dibuka sekitar jam 20.00 WIB, dengan pembacaan Ummul Qur’an yang dipimpin oleh pembawa acara (Milda Nafi’ah : Firqah Hidayati Mahmud). Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an oleh Muhammad Ni’am dari Firqah Al-Manshur. Acara berikutnya adalah sambutan dari pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal, Dr. KH. Asmawi Mahfudz, M.Ag. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan tentang bagaimana cara menanamkan semangat perjuangan dan pembaharuan islam.
Setelah sambutan, acara dilanjutkan yakni muhadharah oleh beliau Dr. H. M. Muntahibun Nafis, M.Ag. Dalam muhadharahnya beliau menyampaikan beberapa poin penting dalam rangka pembaharuan Islam. Beliau juga menyampaikan jika keluarga hancur karena peran ibu (juga bapak) dalam keluarga telah hilang, pendidikan agama telah hancur, dan suri tauladan dari para ulama’nya kepada santrinya telah hilang, maka robohlah suatu peradaban. Dari sini bisa disimpulkan bahwa jika kita ingin menguatkan sebuah peradaban kita harus menjaga peran ibu dalam keluarga (menjaga keluarga dari kehancuran), menjaga pendidikan agama dari kehancuran, serta menjaga agar suri tauladan para ulama’ tidak hancur. Beliau juga berpesan kepada para santri agar para santri tidak pernah berhenti mencoba (dalam artian lain, tidak pernah mencoba untuk berhenti) serta jadilah orang yang berprinsip seperti telur. Lebih baik pecah dari dalam dari pada pecah dari luar. Jika telur itu pecah dari luar, maka hanya akan berakhir menjadi telur dadar. Namun jika telur itu pecah dari dalam, maka telur itu akan menetaskan ayam-ayam yang baru yang nantinya juga bisa menetaskan telur-telur kembali yang juga akan kembali lagi menetaskan ayam-ayam yang baru. Acara ini berlangsung dengan baik dari awal hingga akhir dan ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh Ustadz Thohib.(an_nisaafia.red)