Ngaji dan Ngabdi 83: Fadhilah Tahajud (Edisi Pengajian Ahad Wage Kifayat al-Atqiya’)

فلركعتان من الصلاة بليلة # كنز بدار الخلد ادوم انبل

فاستكثرن من الكنوز لفاقة # تأتى عليك ولا نسيب ولا ولا

Bait ini adalah penjelasan tentang kelanjutan keutamaan tahajud, yang maknanya “Sungguh dua rakaat salat malammu menjadi simpanan kebaikan untuk mendapatkan surga di akhirat, yang abadi juga lebih baik. Maka perbanyaklah simpananmu dengan melakukan ibadah shalat di malam hari, karena itulah kebutuhanmu ketika kamu akan menyongsong kehidupan hari kiamat menuju akhirat kelak, yang di sana tidak ada yang bisa menolong baik dari kerabat atau orang yang dikasihi. Pada saat itu tidak ada bagian untukmu, tidak ada yang bisa menolongmu atau bermanfaat melainkan ibadah yang dilakukan di malam hari yang semata-mata ikhlas dikerjakan karena Allah. ini adalah motivasi kepada umat Muhammad untuk beribadah salat malam yang memang nilainya begitu besar. Keutamaannya digambarkan bahwa sebagai simpanan untuk kehidupan di akhirat yang abadi (adwamu) tidak tergeser oleh apapun, juga lebih mulia (anbala) dibanding amalan-amalan sunnah lainnya. Simpanan untuk masa depan yang langgeng, juga paling mulia dilihat dari berbagai perspektif terhadap salat malam. Baik dilihat dari kesungguhannya, dari keikhlasannya yang yang tahu tentang ibadah ini adalah hamba yang shalih dan Allah saja, juga dari sisi kekhusyu’an dalam pelaksanaannya tidak terganggu oleh aktifitas yang lain, selain bermunajat kepada Allah.
Maka anjurannya untuk memperbanyak ibadah shalat malam sebagai sebuah kebutuhan hamba untuk memperoleh simpanan yang banyak, yang dapat dijadikan bekal untuk akhiratnya, di saat tidak ada amalan lain yang dapat dijadikan penolong, tidak ada yang bermanfaat, yang bisa menolongnya di saat nanti perhitungan amal menghadap Allah Swt. Karena begitu pentingnya ibadah shalat di malam hari, jeng Nabi SAW memberikan penjelasan beberapa Hadits, “ Ibadah yang paling mulia setelah shalat wajib adalah shalat di malam hari”. Juga Dawuh Nabi SAW, tetaplah kamu selalu beribadah di waktu malam, karena itu merupakan kebiasaan orang-orang shalih (da’bu al-shalihin) sebelum kamu, dapat mendekatkan dirimu kepada Allah (qurbatun), dapat melebur perbuatan-perbuatan buruk (mukafiratun li alsayyiat), dapat menghentikan perbuatan dosa (wa munhatun ‘an al-itsmi), dapat menolak penyakit dari badan (mutharidatun al-da’i ‘an al-jasad).
Paparan jeng Nabi Saw. tentang keutamaan salat tahajud itu melampaui tinjauan syar’inya, yang sudah dikerjakan secara continue oleh para shalihin. Dalam bahasa lain ukuran keshalihan seseorang berarti dilihat dari sisi ibadah shalat malamnya, kemurnian atau ketulusan dalam beribadah kepada Allah. Orang shalih beribadah dengan khusyu’, akan merasakan kenikmatan bermunajat kepada Allah, tidak ada yang lebih membahagiakan dia kecuali bermunajat dengan Allah. Hal ini dapat terjadi ketika dia beribadah di malam hari di saat aktifitas duniawi sudah istirahat, dia dengan kekhusyuannya beribadah dengan tenang, thumakninah, tidak ada keributan, kebisingan, dan hanya berharap kemurnian ibadah untuk Allah SWT. Pada saat itulah seorang hamba merasakan salat malam sebagai sebuah kebutuhan, karena memang dia yang membutuhkan kenikmatan, kebahagiaan, yang mengantarkan dia menjadi hamba yang mulia di sisi Allah SWT. yang pada akhirnya juga mulia di sisi manusia (maqama mahmuda).
Sebagaian keutamaan yang lain dipaparkan oleh Rasul SAW. adalah ibadah malam hari dapat melebur perbuatan-perbuatan buruk berubah menjadi perbuatan yang baik. Hamba yang istiqamah salat malam, pikirannya jernih, hatinya bersih, akan dapat merubah pola pikir seseorang dalam menjalani kehidupan duniawi ini. Dia menilai dengan obyektifitasnya kejadian-kejadian dunia, dapat memilah dan memilih yang terbaik untuk dirinya, dia akan berpikir untuk jangka panjang yang visioner, perbuatan-perbuatan yang dapat memberikan manfaat untuknya, untuk keluarganya, santrinya, masyarakatnya. Maka bagi orang yang rajin salat malam akan memilih perbuatan yang baik-baik demi memberikan kebaikan untuk dirinya dan umatnya, apalagi kalau dipertimbangkan tentang pertanggung jawaban (responsibility) amalnya nanti di akhirat, pasti kebaikan-kebaikan akan dia tebarkan di muka bumi ini. Akhirnya salat malam dapat merubah perbuatan buruk seseorang menjadi perbuatan baik, dapat melebur dosa seorang hamba menjadi prestasi-prestasi yang mulia di sisi Allah SWT.
Dari perspektif fisik salat malam juga memberikan pengaruh yang baik kepada badan pelakunya yaitu dapat menghindari datangnya penyakit kepada tubuh manusia (mutharidatun al-da’i ‘an al-jasad). Pada saat seorang hamba beribadah di waktu malam, dia menggerakkan badannya sesuai dengan jumlah rakaatnya, udaranya bersih, malaikat turun kelangit dunia, suasananya bersih, seorang hamba berkonsentrasi penuh kepada Allah Dzat Yang Maha Kuasa, Maha Kuat, Maha Pengasih dan Penyayang. Pikiran seseorang, hatinya secara totalitas bermunajat, maka yang akan muncul adalah energi positif, lancarnya peredaran darah, yang dengan kuasa Allah akan meningkatkan imunitas seseorang menolak segala keburukan-keburukan yang datang kepada dia. Malaikat akan memintakan kepada Allah untuk dia segala kebaikan yang dia minta, dan menolak keburukan-keburukan yang terjadi.
Terdapat sebuah hikayah dari khalifah Umar bin Abdul Azis, salah satu pemimpin muslim besar masa Bani Amawiyah, selalu mendatangi masjid yang sepi pada malam hari, terus dia melaksanakan salat malam, terus ketika datang waktu sahur, dia meletakkan keningnya, pipinya di tanah, menangis tidak berhenti sebelum terbit fajar. Kebiasaan salat malam ini secara istiqamah dilakukan oleh sang khalifah seolah menjadi sebuah kebiasaan dirinya. Sehingga pada suatu malam tatkala dia melakukan ibadah salat malamnya, sesudah selesai dia mengangkat kepalanya, seraya memandang ke langit, dia menelihat sebuah cahaya hijau memanjang ke langit, tertulis di cahaya itu, “Cahaya ini adalah pertanda kebebasan dari siksa neraka untuk raja yang mulia Umar bin Abdul Azis”. Semua kehidupan ini adalah milik Allah baik yang berhubungan dengan ibadah, muamalah atau politik. Maka dengan beribadah kepada Allah di malam hari, mendekatkan diri kepadanya, maka semua urusan umat manusia di muka bumi ini pasti akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. maka itulah yang dilakukan oleh Umar bin Abdil Azis, dapat menyelesaikan urusan-urusan kemasyarakatan tidak hanya dengan perbuatan lahiriyah saja, tetapi dia juga selalu mendekat kepada Allah di malam hari, yang pada akhirnya masyarakatnya dinilai sebagai umat yang baik, terangkat derajatnya di sisi Allah. Kebesaran Umar bin Abd Azis tidak hanya milik dia seorang diri tetapi juga dapat mengangkat derajat umat yang dia pimpin berkat ibadah salat malam mendapatkan inayah dan hidayah dari Allah SWT. Akhlaq mulia demikianlah yang patut ditiru oleh hamba Allah baik kita sebagai anggota masyarakat biasa atau sebagai pemimpin masyarakat, yang dapat menggabungkan beberapa hal penting dalam kehidupan manusia yang beriman ini. Yaitu 1. Istiqamah dalam beribadah salat malam sebagai dasar keikhlasan beribadah kepada Allah. 2. Menyandarkan segala sesuatu kepada Allah SWT. 3. Beribadah kepada Allah dengan totalitas. 4. Selalu berharap (raja’) kepada rahmat dan pertolongan Allah. Wa Allahu A’lam bi al-Shawab.
*Penulis adalah Pengasuh PPTA, Fungsionaris NU Blitar, Pengajar UIN Tulungagung

Tags :

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *