Kīmīyā' Al-Sa'ādah lil imām Al-Ghozālī #5  Tugas-Tugas Tentara Qolbu
Perlu diketahui bahwa syahwat dan angkara murka adalah pelayan jiwa. Mereka menarik dan menjaga urusan makanan, minuman dan pernikahan untuk mendukung indra. Angkara murka bertugas untuk menolak sesuatu yang jiwa tidak sukai sedangkan syahwat bertugas untuk menarik sesuatu-sesuatu yang bermanfaat bagi jiwa.
Diri (Tubuh) merupakan pelayan indra. Indra sendiri merupakan jaring – jaring dari akal serta mata-matanya yang bertugas untuk melihat, mengobservasi ciptaan-ciptaan Allah SWT.
سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰفَاقِ وَفِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَقُّۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
Terjemahan :
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alquran itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Lalu, indra merupakan pelayan dari akal. Ia bagi hati adalah cahaya dan lentera untuk melihat hadrah ilahiyah. Karena surgawi perut dan kelamin tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan nikmatnya melihat hadrah ilahiyah.
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ:تَلاَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم هَذِهِ الآيَةَ : {لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ} قَالَ : “إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ نَادَى مُنَادٍ : يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ إِنَّ لَكُمْ عِنْدَ الله مَوْعِدًا يُحِبُّ أَنْ يُنْجِزَكُمُوهُ. فَيَقُولُونَ وَمَا هُوَ أَلَمْ يُثَقِّلْ الله مَوَازِينَنَا وَيُبَيِّضْ وُجُوهَنَا وَيُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَيُخْرِجْنَا مِنَ النَّارِ. قَالَ فَيُكْشَفُ الْحِجَابُ فَيَنْظُرُونَ إِلَيْهِ فَوَالله مَا أَعْطَاهُمْ الله شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَيْهِ
Terjemah:
Dalam hadits Suhaib, disebutkan bahwa Rasulullah SAW membaca surah Yunus ayat 26 “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya…”
Lalu beliau SAW bersabda, “Bila penduduk surga telah memasuki surga dan penduduk neraka telah memasuki neraka, maka ada seorang penyeru yang memanggil, ‘Wahai penduduk surga, sesungguhnya kalian mempunyai apa yang telah dijanjikan di sisi Allah, Allah ingin memenuhinya untuk kalian.’Mereka pun bertanya, ‘Apa itu? Bukankah Allah telah memberatkan timbangan (amal baik) kami, memutihkan wajah kami, memasukkan kami ke dalam surga, dan menyelamatkan kami dari neraka?’
Lalu beliau SAW berkata, “Dibukalah hijab untuk mereka, lalu mereka melihat kepada wajah-Nya. Maka demi Allah, tidak ada sesuatu pun yang Allah berikan kepada mereka yang lebih dicintai oleh mereka dan lebih menyenangkan mereka daripada melihat wajah-Nya.” (HR Ahmad dan Muslim).
Barang siapa yang memaksimalkan potensi-potensi jasad, indra, akal dan hati maka dia adalah sejatinya hamba Allah SWT. Sejalan dengan firman Allah SWT pada surah Ad-Dzariyat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Terjemah :
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Maksud dari ayat di atas adalah, bahwa Allah SWT menciptakan hati dan telah memberikannya kerajaan dan bala tentara sehingga ia bisa berkelana dari alam debu basyariyah menuju alam yang paling tinggi (Maqom yang paling dekat dengan Allah SWT). Jika seseorang tadi ingin mencapai maqom itu maka dia harus berperan sebagai raja dikerajaannya. Menjadikan hadarah ilahiyah qiblatnya, akhirat kampung halaman kediamannya, dunia persinggahannya, tangan dan kaki pelayanannya, akal perdana menterinya, syahwat pejabatnya, amarah tentaranya dan indera adalah mata-matanya.
Setiap dari mereka mempunyai tugas dan fungsinya yang mengumpulkan data di wilayahnya masing – masing. Daya imajinasi dibagian depan akal sebagai komandan yang mengumpulkan informasi dari para mata-mata. Daya ingat berada ditengah-tengah sebagai pemegang administrasi yang mengumpulkan catatan-catatan dari tangan komandan dan mengarsipkannya sampai saat diajukan kepada akal. Ketika informasi-informasi itu sampai kepada perdana menteri maka ia dapat melihat keadaan sebagaimana adanya.
Manakala kau melihat ada di antara mereka yang durhaka kepadamu, nafsu dan amarah misalnya maka kau harus melakukan mujahadah dan jangan sampai kau membunuhnya. Sebab kerajaan tidak akan stabil tanpa mereka.
Kalau itu semua kau lakukan, kau akan berbahagia serta berarti kau telah menunaikan kewajiban-kewajiban sebagai orang yang dianugerahi kemikmatan (telah menunaikan hak kenikmatan yang dianugerahkan padamu). Dan kau berhak memperoleh kehormatan pada saatnya. Kalau tidak berlaku demikian, kau akan celaka dan mendapatkan hukuman serta siksa.
Ditulis oleh : Afrizal Nurali Syahputra, M.Pd. (Wakil Ketua Pengurus Pusat PPTA)
Terjemah kitab Kīmīyā’ Al-Sa’ādah lil imām Al-Ghozālī.