Menjaga Adab Di Hadapan Guru
Beberapa waktu belakangan ini, kita sering mendengar beragam masalah persetuan yang terjadi antara murid atau walinya dengan sang guru yang berakhir ricuh, bahkan sampai harus dibawa ke meja hijau.
Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Dalam Islam, guru termasuk orang berilmu yang benar-benar dihormati, selagi yang disampaikannya merupakan bentuk kebenaran syariat sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw.
Coba kita tengok kisah Harun al-Rasyid. Ketika beliau menjabat sebagai khalifah, beliau pernah mengirim putranya untuk berguru kepada Syekh Burhanuddin. Suatu saat, tatkala sang khalifah berkunjung untuk membesuk putranya, ia melihat putranya sedang menuangkan air wudhu untuk gurunya. Lantas, sang khalifah berkata dengan nada menegur kepada putranya:
“Wahai anakku, kenapa engkau menggunakan tangan kananmu untuk menuangkan air, sementara tangan kirimu kau biarkan diam saja?! Pakailah kedua tanganmu itu. Satu untuk menuangkan air wudhu dan satunya untuk mmembasuh kaki gurumu”.
Disarikan dalam kitab Lubab al-Hadits terdapat untaian sabda Rasulullah Saw berikut:

مَنْ أَكْرَمَ عَالِمًا فَقَدْ أَكْرَمَنِي، وَمَنْ أَكْرَمَنِي فَقَدْ أَكْرَمَ اللهَ، وَمَنْ أَكْرَمَ اللهَ فَمَأْوَاهُ الجَنَّةُ

“Barangsiapa memuliakan orang alim, niscaya ia telah memuliakanku. Siapapun yang memuliakanku, niscaya ia telah memuliakan Allah. Dan siapapun yang memuliakan Allah, maka tempat kembalinya adalah surga-Nya”
Jika kita sebagai santri, sebaiknya kita perlu memerhatikan beberapa adab berikut ketika nyantri dan mencari ilmu, antara lain:
Pertama, tidak berjalan di depan guru.
Tatkala kita melihat guru kita sedang berjalan di depan kita, maka janganlah kita mendahului langkahnya. Namun, jika guru menghendaki kita berjalan di depannya, maka bungkukkan badan, lalu menepilah serta tundukkan pandangan ketika guru melintas di depan kita.
Kedua, tidak duduk di tempat duduk guru.
Sebagai murid tidaklah layak dan pantas bilamana kita menduduki tempat yang biasa diduduki oleh guru ketika mengajar, sebab ini merupakan adab yang patut dijaga.
Ketiga, jangan mendahului pembicaraan tanpa izin guru
Dihadapan guru, seorang murid sebaiknya tidak mengawali pembicaraan, kecuali kita sudah mendapat izin untuk menyampaikan sesuatu.
Keempat, sedikit berbicara dan tidak bertanya hal yang membuat guru tidak nyaman
Setelah mendapat izin untuk berbicara, hal yang sebaiknya dihindari adalah menjelaskan terlalu dalam atas apa yang ingin ditanyakan kepada guru. Berbicaralah secukupnya dan hindari bertanya yang membuat guru tidak nyaman.
Kelima, Ketika bertamu, Sabarlah menunggu hingga guru keluar
Sebagai murid, adab kita ketika bertamu yaitu mengetuk pintu tidak lebih dari tiga kali. Jika guru atau salah satu keluarga tidak kunjung keluar, maka kita sebaiknya undur diri atau datang di lain waktu. Jeda mengetuk pintu juga jangan terlalu sering. Jangan masuk, jika belum dipersilahkan.
Inilah adab yang perlu dipahami oleh seorang santri terhadap gurunya agar ilmu yang diperoleh menjadi berkah dan bermanfaat. Wallahu a’lam…
*Dinda Dewi Ratih. Santri Kelas 1 Ulya MAN PK. Firqah Hidayati Mahmud