Filosofi Jum'atan

سيد الأيام عند الله يوم الجمعة

Ini potongan dari dawuh jeng Nabi SAW, yang menjelaskan keutamaan jum’ah, yang disebut lebih baik dari hari raya kurban dan hari fitri. Kelanjutan dari Hadits tersebut menjelaskan lima hal dari Jumat, diantaranya; Allah menciptakan Nabi Adam pada hari jumat, Allah mengeluarkannya dari surga diturunkan ke bumi, Allah mewafatkan Adam hari Jumat, Allah mengabulkan permintan Hamba pada hari jumat selama bukan dosa atau maksiyat dan bukan doa memutus shilaturrahim, hari kiamat terjadi di hari Jumat, tidak ada malaikat, langit, bumi, angin, gunung dan batu didekatkan disisi Allah melainkan ia khawatir kiamat terjadi hari Jumat (Riwayat Imam Syafii dan Ahmad).
Beberapa kemuliaan Jumat yang disebutkan di atas disambung dengan kemuliaan yang lain, misalnya dianjurkan bagi umat Muhammad untuk memperbanyak baca sholawat Nabi SAW. Barang siapa membaca satu kali pahalanya dilipatgandakan 10 kali. Ini juga menunjukkan fadhilah hari Jumat. Lebih penting lagi dalam al-Quran diperintahkan umat Muhammad Saw, untuk melaksanakan ibadah sholat wajib pada hari jumat, dan ini sudah kesepakatan para ulama, untuk setiap pribadi laki-laki wajib sholat Jumat.
Dalam studi Agama memang Allah SWT memerintahkan umat agama samawi untuk beribadah yang sifatnya yaumiyah (harian). Umat Muhammad sholat lima waktu, umat Nasrani ada sendiri, Yahudi juga sembahyang sendiri. Juga ibadah usbu’iyah (ibadah mingguan), umat Muhammad shalat Jumat, Yahudi ibadah hari Sabtu, Nasrani ibadah mingguan hari Minggu. Hal ini menunjukkan adanya kebenaran ajaran tauhid dari aspek kesejarahan agama samawi. Bahkan lebih lanjut, al Dihlawi dalam bukunya Hujatullah al Balighah, ada bab yang judulnya al-dinu wahidun, wa syariatuhu mukhtalafatun (agama itu satu, islam, tauhid, syariatnya yang berbeda-beda), sesuai dengan aturan yang diterima oleh Rasul-Rasul agama samawi. Bagi kita umat akhir zaman, beriman kepada Nabi akhir Muhammad SAW dan patuh terhadap syariat Nabi Muhammad SAW. Mulai ajaran ibadah shalatnya, zakat, puasa, haji, khitan, nikah, dan sebagainya. Hanya sebagai manusia biasa kita selalu khilaf, lalai, lupa, dan sembrono. Maka tiap Jumat umat Muhammad.disuruh untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Pada hari Jumat kita diperintahkan untuk mendengarkan khutbah sebagai nasehat, sebagai pengingat, sebagai sarana untuk kembali kepada Rasululla SAW. Sehingga tidak heran, sewaktu muraqi mengingatkan para jama’ah “barang siapa gurauan maka jumatnya tidak sah”. Ini sebagai peringatan bagi seorang muslim untuk menyadari semua kesalahannya selama seminggu ini, untuk segera kembali ke jalan Allah. Karena dengan komitmen seorang pribadi muslim yang kuat, akan terkumpul kekuatan kolektif umat Islam pada hari Jumat itu. Mereka dengan hati yang sama, waktu yang sama, fisik dalam tempat yang sama, maka power muslim menjadi sebuah realitas. Maka Ju’mat terdapat realitas kenyataan pribadi secara jasadiyah, ruhaniyah dan ijtimaiyah. Realitas ragawi, spiritual dan sosial. Inilah yang diharapkan dari ibadah Jumat, terwujudnya pribadi yang sholih, umat yang shalihah. Akhirnya dalam Ju’mat merupakan sebuah tanda-tanda kebesaran Allah dan kebenaran Agama Islam sesuai dawuh Allah: “Inna al-Diina inda Allahi Al-Islam” Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah adalah Islam. Wa Allahu A’lamu
Tentang penulis: Dr. KH. Asmawi Mahfudz, M.Ag adalah pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar, dan juga dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung.