Fiqih Walimah

الوليمة تطلق على كل طعام يتخذ لسرور حادث من املاك

Walimah biasa diucapkan untuk setiap makanan yang dibuat untuk kegembiraan yang baru diperoleh, dari beberapa kepemilikan. Biasanya kegembiraan itu macam macam dapat diperoleh misalnya gembira karena baru akad nikah memperoleh istri atau suami kemudian disebut walimatul ursy, selamat baru datang dari perjalanan disebut walimat al-safar, baru selesai membangun rumah (walimat al-wakirah), baru mengkhitankan anak (walimat al-khitan), baru kelahiran anak(walimat al-maulud atau aqiqah), baru khatam sekolah atau ngaji, dan semua kegembiraan baru yang diperoleh. Dalam acara walimatul ursy di jawa, acara ini biasanya dirangkai dengan akad nikah, walimah undang tetangga dan saudara, kemudian temu temanten yang diiringi dengan kedua besar, kadang undangan mencapai 100, 500, atau bahkan ribuan sesuai dengan kemampuan keluarga untuk menyiapkan akomodasi makanan, dan rampadan untuk acara walimah. Formulasi acara walimah di adat Jawa diisi dengan serah terima penganten dari pihak laki-laki dan perempuan, kemudian dirawuhkan seorang kyai untuk memberikan nasehat-nasehat pernikahan menuju sakinah mawaddah wa rahmah.
Dari rangkaian walimah itu sungguh mulia ajaran Islam yang dijalankan oleh masyarakat Jawa ini. Di dalamnya ada sisi ketaatan menjalankan sunnah Rasul, maka senyampang dijalani dengan ikhlas, maka ini termasuk ibadah kepada Allah swt. Karena ajaran walimah jelas
tertuang dalam nash al-Quran

واما بنعمت ربك فحدث

Dan adapun dengan nikmat Tuhanmu ceritakanlah.
Dengan walimah kita taat kepada perintah Allah untuk memberitahu kepada sanak handai taulan tentang nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita yakni terjadinya ikatan sakral kedua mempelai yang akan menjalani rumah tangga bersama-sama. Ini adalah nikmat Allah untuk.mempertemukan dua orang yang berlainan jenis, bukan siapa-siapa, tetapi bisa bersatu untuk hidup bersama, hanya kebesaran Allah yang bisa menaqdirkan kejadian pernikahan kedua orang yang menikah.

ومن ايته ان خلق لكم من انفسكم ازواجا…

dan sebagian tanda tanda kuasa Allah adalah menciptakan untukmu berpasangan dari jenismu…
Maka hanya ungkapan rasa syukur kepada Allah lah yang pantas kita lakukan untuk.anugerahnya. Sisi lain dari walimahan adalah terjadinya persaudaraan, persahabatan dan persatuan antar sesama. Persaudaraan antar teman, sahabat, saudara yang bersatu, menikmati hidangan. Terjalinlah hubungan emosional antara orang yang diundang disitu. Semua ceria, gembira, memakai pakaian baru, dalam satu tujuan yakni menghormati orang yang mempunyai hajat, mendoakan untuk.kebaikan kedua mempelai, merasa dalam satu kekuarga besar. Sesuai dengan pepatah jawa ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Ketika saudara mendapatkan.nikmat kita juga ikut senang dan gembira.
Inilah akhlaq Islam mulia, untuk.menghindari sifat hasud, dengki, dan kebenciaan. Kadang bias saja terjadi antar anggota masyakat kita yang terkena penyakit hati, kalau saudaranya mempunyai nikmat, iri, benci, tidak suka. Seperti bunyi dawuh لكل نعمة محسود (setiap ada kenikmatan pasti ada yang iri, tidak suka), kalau saudarnya mendapat anugerah dari Allah. Malah kadang berharap supaya nikmat yang didapat oleh saudara kita hilang atau rusak dari kita. Maka dengan adanya walimahan ini dapat.meminimalisir sifat.iri hati atas nikmat yang didapat saudara kita. Atau dalam dawuh Rasul الصدقة تدفع البلاء shadaqah itu bisa menolah.mara bahaya, dalam konteks pernikahan adalah walimatul ursy. Sisi lain dalam walimah adalah ngopeni tradisi para pendahulu kita yakni para ulama yang telah berinisiatif memformulasikan ajaran walimah dalam.konteks budaya masyarakat. Para ulama dulu pasti sudah memikirkan bagaimana mempertemukan sunnah dengan tradisi masyarakat jawa yang kuat dalam mempertahankan budayanya, maka melaksanakan walimah dengan budaya, senyampang tidak ada perbuatan perbuatan maksiat di dalamnya, ini termasuk nguri-nguri sunnah, tradisi nabi dan para ulama yang telah mensyiarkan Islam di bumi ini. Dalam bahasa yang lain ada dawuh:

جالس العلماء فإن مجالسة العلماء ينبت الحكمة وينور القلب

berkumpulah dengan para ulama karena dengan berkumpul ulama dapat.memunculkan hikmah dan menyinari hati.
Artinya dengan menjalani walimah, mengikuti sunnah, tradisi ulama, kita akan mendapatka kebaikan-kebaikan dan pencerahan hati, sebagai manfaat dari mengadakan walimatul Ursy. Semoga kita tetap diberi kekuatan istiqamah kepada sunnah Nabi dan kumpul.dengan para ulama, sehingga dapat memperoleh pencerahan hikmahnya.
Sisi lain dari mempertahankan budaya yang baik, kita dapat memfilter budaya-budaya yang tidak baik dalam masyarakat kita. Misalkan ketika walimah diisi dengan acara-acara kemaksiatan, makan minum yang dilarang, adab pergaulan yang diharamkan. Maka disini pasti Islam melarangnya, karena bertentangan dengan syariat. Apalagi zaman milenial, dengan budaya-budaya asing yang begitu deras.mempengaruhi tata kelola dan kehidupan masyarakat kita yang tanpa batas. Baik budaya nikah, budaya pergaulan, budaya berpakaian, budaya yang sebenarnya tidak sesuai dengan adat kita dan syariat. Maka jalan satu-satunya adalah.mengikuti budaya hasil kreasi para ulama dulu, ketika ingin meramu akhlaq islam dengan tradisi.
Tradisi yang sudah lama dijalani masyarakat kita. Tradisi walinah ini sebenarnya sama dengan tradisi doa ngamperne netton, syukuran, doa leluhur, ulang tahun, haul, yang semua ini adalah ijtihad mengisi content-kontent ajaran Islam dalam acara budaya jawa, dengan tetap berpegang teguh kepada syariah tauhid, sunnah, atsar sahabat dan ijtihad ulama islam kuno. Dengan cara seperti inilah patut disyukuri budaya jawa, tradisi Muslim masih.kuat dijalankan oleh umat kita. Dengan berpegang teguh kepada ajaran ulama dalam mengamalkan ajaran dan budaya insyaalloh Islam akan tetap luhur, relevan fi kulli zaman wal makan. Islam akan selalu ya’lu wala yu’la alaih, dan bisa kita rasakan nikmatnya beragama Islam, menjadi umat Muhammad SAW. Sesuai dawuh Allah SWT,

 وما ارسلناك الا رحمة للعالمبن

Tidaklah kami mengutusmu, melainkan menjadi rahmat bagi seluruh Alam. Amiiin
Penulis adalah pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar, dan juga dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung.