Ngaji dan Ngabdi 21: Lembaga Kader
Seiring dengan perjalanan kurikulum Pondok Pesantren al-Kamal Blitar, terdapat dinamika yang isinya adalah tantangan dan peluang yang dihadapi oleh pengasuh, pengurus atau santri. Di antara peluang dan tantangan yang harus segera direspon adalah adanya tamatan-tamatan yang secara istiqamah dikeluarkan oleh pondok pesantren, baik dalam jumlah kecil maupun jumlah besar, relatif sesuai dengan kondisi pesantren saat itu. Keistiqamahan dapat menamatkan santri dalam program pembelajaran madrasah, merupakan peluang adanya generasi-generasi Islam yang mumpuni dalam bidang agama Islam. Ini harus segera direspon untuk ditindak lanjuti dalam sebuah program lanjutan pengajian di pesantren. Maka pada tahun 2013 kita pengelola pesantren membuka pengajian lanjutan yang kemudian disebut dengan Ma’had Aly. Program pengajian lanjut ini diisi oleh mayoritas tamatan Pesantren Al-Kamal, yang pada waktu itu angkatan pertamanya hanya berjumlah lima orang.
Program ini di buka mempunyai misi sebagai wadah yang dapat mencetak generasi-generasi pejuang Islam yang berhaluan ahlu sunnah wal jamaah. Dalam bahasa sederhana pesantren lembaga ini disipakn untuk mengahasilkan kyai-kyai yang siap berjuang di tengah masyarakatnya masing-masing. Ini pada tempo dulu memang ingin menjawab kegalauan umat Islam kala itu, semakin banyak ulama kita yang telah diambil oleh Allah, tetapi sangat sulit untuk mencetak kader yang sama. Bahkan ketika ada seorang ulama yang wafat kita selalu menangis karena kealiman mereka-mereka juga akan dibawa wafat. Maka dengan adanya pengajian lanjutan bagi para santri tamatan pesantren, minimal sudah ada ikhtiyar dari lembaga untuk menghasilkan kader-kader kyai. Sebagaimana dawuh Rasulullah “al-Ulama Waratsah al-Anbiya”.
Di samping itu, kegelisahan pesantren tentang kaderisasi asatidz juga harus dijawab. Dengan adanya pengajian lanjutan ini, maka akan banyak para tamatan Pesantren Al-Kamal untuk mengajar, masih menetap di pesantren, mengabdi menjadi pengurus sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Sehingga kalau kita lihat sekarang, banyak kader-kader pengurus yang telah kita siapkan untuk mengelola pesantren di masa-masa yang akan datang. Mungkin kalau dikumpulkan secara keseluruhan kader-kader kepengurusan ini mencapai sekitar 50 orang. Mereka rata-rata adalah tamatan-tamatan pesantren, masih menetap di pesantren dengan niatan melanjutkan pengajian, mengabdi ke pesantren, juga meneruskan studi perkuliahan di kampusnya masing-masing.
Materi pengajian yang diajarkan di lembaga pengajian tinggi ini adalah materi-materi kitab kuning kelanjutan di madrasah diniyah sebelumnya. Misalnya tafsir Rawa’i Al-Bayan, fiqih Mizanul Kubra, Jawharul Maknun, Ihya’ Ulumudin, Bidayatul Mujtahid, ilmu falak, ilmu waris, studi hadits Ahkam Subulusalam dan sebagainya. Kalau dilihat materi yang diajarkan dalam pepngajian ini, nampaknya kecenderungan kepada konsentrasi fiqih lebih dibanding dengan materi yang lain. Memang kajian hukum Islam yang didalamnya adalah fiqih usul fiqih, sampai sekarang masih menjadi tujuan studi favorit oleh peminat studi Islam, baik di perguruan tinggi atau pesantren. Maka tidak salah kalau anak-anak mahasantri Al-Kamal juga mempunyai kurikulum pengajian yang fokus kepada fiqih usul fiqih. Sesuai dengan namanya dan pengertiannya, fiqih adalah aturan-aturan realitas kehidupan umat Islam dalam menjalankan ajaran agama. Maka sejak ilmu fiqih ini dikonsepsikan oleh para ulama sampai sekarang ilmu fiqih masih menjadi jujugan studi oleh para santri dan mahasiswa.
Hanya saja karena anak-anak di samping ngaji, juga kuliah maka keterbatasan waktu dan pikiran mereka menjadikannya harus all out dalam menjalani program ini. Misalnya saja kuliah biasanya dijalani samapai malam, sedangkan pengajian juga dijalankan pada malam hari, akhirnya keterbasan waktu dan tenaga ini menjadikan hasil dari studi di Ma’had Aly Al-Kamal kurang maksimal. Tetapi ini sudah menjadi prestasi tersendiri, karena pesantren sudah disipakan kader-kader pengurus dan asatidz, tanpa harus susah-susah untuk menjaring para alumni untuk mengabdi di Al-Kamal. Hanya saja catatan-catatan kekuarangan tentu ada, dan akan diperbaiki secara konsisiten oleh para pengurus pesantren dan Ma’had Aly secara bersama-sama.
Untuk urusan operasional selama ini pembiayaan operasional untuk unit mahasiswa ini mayorits dibiayai oleh Pesantren. Para mahasiswa yang tinggal di asramanya hanya dimintai biaya listrik, yang itupun belum tentu cukup untuk biaya operasional. Yang terpenting bagi pesantren adalah dapat berinovasi dalam menyiapkan kader-kader masa depan, baik untuk pesantren atau masyarakat muslim yang akan datang. Alhamdulillah sejak didirikan pada tahun 2013, sudah ada 8 angkatan telah menyelesaikan pengajian di Ma’had Aly Al-Kamal ini. Mulai tahun 2020 asrama mahasiswa yang laki-laki sudah kita bangunkan 1 unit mushala, kamar mandi jumlahnya 6, kamarnya 4 dan kita beri nama asrama mahasantri At-Thahiriyah. Harapanya kedepan jumlah santrinya bertambah, kamarnya bertambah, dalam rangka mempertahankan eksistensi lembaga baru ini dan pengembangan pesantren secara keseluruhan.
*Penulis adalah pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar