Ngaji dan Ngabdi 78: Selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 77
Bangsa Indonesia saat ini sedang mengadakan syukuran bersama, dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan ke 77. Sebuah ungkapan teologis sekaligus menjadi idiom wajib bagi elemen bangsa ini, ketika masuk bulan Agustus selalu memperingati hari kebebasan sebagai sebuah bangsa yang berdaulat. Bersyukur atas kemerdekaan sebagai bahasa teologis, memang hal ini diperintahkan oleh agama yang memerintahkan untuk bersyukur atas rahmat dan nikmat Allah yang telah menganugerahkan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Sebagaimana dawuh Allah Swt,

وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

(Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka sebut-sebutkanlah),
Maknanya sebagai orang beriman, harus meyakini bahwa semua nikmat yang ada dalam diri kita adalah karena kehendak Allah, termasuk di dalamnya adalah kemerdekaan bangsa Indonesia. Pengakuan terhadap pemberian nikmat Allah ini merupakan keniscayaan bagi orang yang meyakini agama tauhid, tanpa ada pengakuan ini berarti kita merasa apa yang telah diperoleh, yakni kemerdekaan ini adalah usaha manusia sendiri, merupakan sikap kesombongan yang ada dalam diri seseorang. Sebagaimana Qarun dengan kesombongannya menyatakan bahwa apa yang dia miliki adalah hasil dari kerja kerasnya,

إنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي

(Sungguh harta dan kenikmatan yang aku miliki itu, aku dapatkan dari ilmu yang aku miliki).
Hal ini juga selaras dengan pengertian syukur,

الشكر ظهور أثر نعمة الله على لسان عبده: ثناء واعترافا، وعلى قلبه شهودا ومحبة، وعلى جوارحه انقيادا وطاعة

(Syukur adalah memperlihatkan nikmat Allah, melalui lisan seorang hamba berupa pujian atau pengakuan, melalui hati adanya kesaksian dan kecintaan kepada Allah, melalui anggota badan dengan menjalankan kepatuhan dan ketaatan)
Maka peringatan kemerdekaan dengan menyebut nimat-nikmat Allah adalah sikap kerendahan diri kita sebagai sebuah bangsa. Harapannya dengan begitu akan dilimpahkan lagi nikmat-nikmat yang lain dalam mewujudkan cita-cita bangsa untuk masa-masa yang akan datang. Sebagai aktualisasinya semua elemen bangsa pada bulan Agustus ini secara serempak memperingati nikmat kemerdekaan dengan berbagai seremonial dan acara masing-masing warga masyarakat. Ada yang memperingati dengan mengadakan slametan, dengan cara meluapkan kegembiraan dengan berbagai lomba-lomba potensi daerah, dengan upacara bendera, dengan acara menyaksikan cerita-cerita wayangan, ada yang mengadakan bakti sosial. Banyak ilustrasi kegembiraan diluapkan oleh semua elemen bangsa ini pada bulan Agustus, dan ini dalam ajaran agama menemukan relevansinya baik dari al-Qur’an mupun Hadits Nabi Saw.
Dalam Hadits Nabi disebutkan, ”Barangsiapa yang telah berbuat suatu kebaikan padamu, maka balaslah dengan yang serupa. Jika engkau tidak bisa membalasnya dengan yang serupa maka doakanlah ia hingga engkau mengira doamu tersebut bisa sudah membalas dengan serupa atas kebaikannya”. Peringatan hari kemerdekaan ini dalam ajaran Islam merupakan wujud syukur, berterima kasih kepada Allah, juga sebagai wujud terimakasih kepada para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan ini.
Dilihat dari kacamata kehidupan kebangsaan kita, peringatan hari kemerdekaan merupakan sebuah rutinitas formal kenegaraan yang dilakukan oleh semua elemen bangsa. Baik dia sebagai aparatur negara atau kehidupan orang swasta. Semuanya mempunyai naluri yang sama tentang hari bersejarah bagi bangsanya. Kegiatan peringatan kemerdekaan ini sudah menjadi momentum bersama, milik bersama, ekspresi kegembiraan bersama sebagai warga bangsa yang telah sepakat hidup dalam sebuah negara yang berdaulat, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalau dirunut dari sejarahnya memang semua elemen bangsa dari Sabang sampai Merauke ini sudah sepakat dengan negara dan bangsa Indonesia, dan secara kedaulatan telah diplokamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Maka kesepakatan ini harus kita jaga bersama-sama sampai akhir hayat, jangan sampai kesepakatan mulia ini mengalami gangguan baik dari dalam maupun dari luar. Maka dengan peringatan hari kemerdekaan ini akan menumbuhkan ingatan kesepakatan kembali bahwa kita ini adalah bangsa yang berdaulat, bangsa yang merdeka, bangsa yang mandiri, bangsa yang besar, bangsa yang guyub rukun dengan berbagai potensi yang ada di dalamnya, bangsa yang bersatu dalam keragamannya.
Hanya saja dengan segala potensi yang besar bangsa ini, pertanyaannya, sudahkah kita bersyukur kepada Allah, dhat yang telah memberi anugerah kemerdekaan ini? Atau sudahkah bersyukur kepada jasa-jasa para pahlawan yang telah mengorbankan jiwanya untuk bangsa ini? Mungkin sebagian dari kita akan menjawab kita sudah bersyukur kepada Allah baik dengan lisan, dengan hati maupun dengan perbuatan. Ini terbukti dengan telah adanya puji-pujian kepada Allah, adanya pengakuan terhadap nikmat Allah telah dilakukan oleh semua insan bangsa Indonesia ini. Sebagian mungkin akan menjawab kita belum sepenuhnya dapat bersyukur kepada Allah karena nikmat yang diberikan darinya belum dimanfaatkan sesuai dengan perintah Allah dalam menjalankan ketaatan kepadanya. Ini dibuktikan masih adanya korupsi oleh sebagian anak bangsa ini, masih adanya kejahatan, masih adanya kesenjangan, masih adanya perbuatan tidak semestinya terhadap potensi bangsa ini. Taruhlah contoh dalam masalah pengelolaan tanah, air, hutan dan semua potensi alam ini, yang sering diberitakan kurang baik dilakukan oleh oknum-oknum yang kurang bertanggung jawab. Dalam masalah hukum, masih adanya pelanggaran hukum. Dalam masalah pendidikan kita juga masih belum dapat mengantarkan anak bangsa ini menggapai cita-citanya, mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam masalah ekonomi juga belum dapat mensejahterakan semua warga negara Indonesia, dalam masalah agama kadangkala juga masih terdapat pemahaman agama yang tidak kontekstual, dalam masalah budaya kita juga belum konsisten dengan budaya bangsa yang luhur, dalam masalah politik dan sebagainya.
Kelanjutannya adalah aktualisasi syukur dalam mewujudkan cita-cita para pahlawan, para pendiri bangsa. Para pahlawan Ketika mengorbankan jiwanya, para pendiri bangsa Ketika memperjuangkan bangsa ini di masa lalu, berharap banyak bahwa para penerusnya dapat mewujdukan cita-cita luhur bangsa ini. Maka sebagai penerus bangsa, potensi diri ini seyogjanya dapat digunakan untuk membangun bangsa dengan serangkaian potensinya. Bangsa ini banyak sekali memiliki potensi berupa sumber daya manusia, potensi budaya, potensi ekonomi, potensi agama, potensi geografis dan potensi-potensi yang lain. Semuanya seharusnya dapat disyukuri oleh generasi bangsa dengan potensi dirinya. Bagi mereka yang mendapatkan nikmat potensi ekonomi, dapat mensyukuri nikmat ekonominya untuk kesejahteraan bangsa dan negara, bagi mereka yang mempunyai potensi ilmu dapat mensyukurinya dengan mengajarkan ilmunya sehingga dapat memberikan solusi dari problematika bangsa ini, bagi mereka yang mempunyai potensi kekuasaan dapat mengambil kebijakan untuk kehidupan berbagsa dan negara ini, bagi mereka yang mempunyai potensi ketrampilan dapat mensyukurinya dengan memaksimalkan kreatifitasnya dan seterusnya.
Akhirnya kemerdekatan yang ke 77 ini mari digunakan untuk berterimakasih kepada Allah dengan menjalankan ketaatan, sembari bersyukur kepada para pahlawan bangsa ini sesuai dengan potensi yang kita miliki masing-masing. Harapannya dengan semangat kolektifitas bersyukur akan didapat nikmat-nikmat yang melimpah dari Allah untuk bangsa Indonesia ini pada masa-masa yang akan datang. Amiin
*Pengajar UIN Satu, Khadim PP al-Kamal dan Pengurus NU Kab Blitar