Selamat Hari Amal Bakti Kementrian Agama (Edisi Ngaji Dan Ngabdi Ke 100)

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya (menancap) kokoh (ke dalam tanah) dan cabangnya (menjulang) ke langit” (QS Ibrahim:24).
Dilihat dari sisi umurnya kementrian ini sudah berumur sama dengan umur Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kementrian Agama ini didirikan oleh para ulama Indonesia, dengan tujuan memfasilitasi umat beragama untuk menjalankan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinannya masing-masing dalam rangka membangun bangsa bersama-sama. Baik umat beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Protestan dapat membangun bangsa ini dengan jalur agamanya. Walaupun berbeda dalam keyakinan tetapi semua mempunyai negara yang sama yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka dari latar belakang ini di dalam struktur kementrian direktorat jenderal (dirjen)-nya sesuai dengan  jumlah agama di Indonesia. Dengan adanya akomodasi semua agama dalam level pengelolaan administrasi pemerintahan tentunya akan lebih mudah diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di sini penulis hanya menuangkan sisi-sisi kontribusi Kementrian Agama tempat penulis bekerja, mengabdi, menyalurkan kompetensi di kementrian selama 20 tahun mengabdi, di unit kerja Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Kementrian Agama telah menjalankan fungsinya untuk melaksanakan fungsi Pendidikan, terutama berkaitan dengan Pendidikan Islam, mengingat konteks keIndonesiaan mayoritas adalah berkeyakinan ama Islam. dalam Direktorat jenderal Pendidikan Islam telah dijalankan Pendidikan formal maupun non formal, mulai dari tingkat anak usia dini sampai Pendidikan tertinggi yakni program doctor.
Inovasi-inovasi pendidikan Islam di bawah kementrian agama begitu dinamisnya dari tahun ke tahun, menuju pendidikan yang unggul yang tidak kalah dengan sistem pendidikan yang lain, di bawah kementrian  yang lain pula. Misalnya secara kelembagaan, kalau lembaga pendidikan tinggi yang universal disebut dengan universitas, di kementrian agama juga sudah berdiri universitas-universitas Islam negeri di seluruh Indonesia. Ini artinya kementrian agama telah sukses menyelenggarakan programnya untuk mensinergikan antara aspek relitas empiris ke-Indonesia-an dengan sisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan di sebagian Unversitas Islam Negeri (UIN)  sudah berjalan fakultas kedokteran, sebagai simbol kemajuan ilmu.
Sisi kontribusi yang lain dalam bidang pendidikannya adalah di kementrian agama mengatur berjalannya sekolah madrasah-madrasah diniyah dan pondok pesantren. Institusi pendidikan yang paling tua, dilihat dari pengajarannya bersamaan dengan penyiaran Islam di Nusantara. Kalau kita survey di kampung-kampung sekarang ini masih berjalan madrasah diniyah yang dikelola oleh kyai di desa, fasilitasnya seadanya, kurikulumnya juga mapan, santrinya juga banyak, kita akan menyaksikan betapa lembaga-lembaga ini dapat menyiapkan kader-kader Islam, melanjutkan dakwah, mengisi pembangunan bangsa dalam aspek keagamaan masyarakat, semuanya di bawah koordinasi Kementrian Agama Republik Indonesia.
Kelebihannya lagi yang ini menjadi jasa para pendiri kementrian dan bangsa ini adalah dengan adanya pendidikan agama, baik formal maupun non formal dapat menyiapkan lapangan pekerjaan yang tidak sedikit. Misalnya yang bisa dilihat sehari-hari para pengajar Pendidikan Islam mulai dasar sampai perguruan tinggi, tingkat ula samapai ma’had ali mereka banyak yang menjadi tokoh masyarakat, dapat menyalurkan ilmunya, bekerja sesuai dengan kompetensinya, lewat jalur-jalur dakwah Islam. Mulai dari khatib, muadhin, imam, penceramah agama dan sebagainya. Melalui jerih payah mereka itulah akhirnya Islam tentunya dapat berkembang sedemikian rupa, tidak hanya dalam sisi teopritis kurikulum tetapi juga actual di tengah-tengah masyarakat.
Dengan model pengelolaan agama sebagaimana yang dilaksanakan kementrian, akhirnya Islam dalam konteks ke-Indonesia-an menjadi Islam yang dapat diterima mayoritas. Karena Islam tidak disampaikan secara formalitas teoritis saja, tetapi dikawal, ditunggoni, para kyai, ustaz, da’i semua terjun ke tengah-tengah masyarakat untuk menyampaikan ajaran Islam, sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Sampai di sini kontribusi Kementrian Agama dalam mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara lewat keagamaan begitu besarnya, ini baru dilihat dari sebagian perspektif pendidikan dan pengajaran agama Islam saja, belum lagi di bidang yang lain. Misalnya dalam bidang ekonomi melalui program zakat dan wakaf, bidang praktik pelaksanaan hukum Islam yang dilaksanakan oleh Kantor Urusan Agama, bidang kerukunan umat beragama, bidang sumber daya manusia, bidang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semuanya mempunyai kontribusi menjalankan program mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang maju lewat kementrian agama. Selamat hari amal bakti Kementrian Agama, semoga selalu jaya, mendapat keberkahan, mebawa Indonesia baldatun thayibatun wa rabbun ghafur. Amiin
*Asmawi Mahfudz (Pengajar UIN Sayyid Ali Rahmatullah dan Khadim PP Al-Kamal Blitar)