Perspektif tentang Eco Pesantren

imagesalkamalblitar.com- Dua Hari Ini, yakni hari kamis dan Jumat, tanggal 11-12 september 2014, kami pondok pesantren al-Kamal Blitar  mengadakan kegiatan sosialisasi tentang eco pesantren dan launching eco pesantren. Pada hari pertama acara diikuti oleh  150 peserta yang berasal dari pondok pesantren se eks Karisidenan Kediri. Beberapa elemen tokoh masyarakat juga turut Hadir memeriahkan acara ini. Di antaranya Pengasuh Pesantren al-Kamal Dr. KH. Asmawi Mahfudz, yang juga Mustasyar PCNU Kab Blitar. Bapak KH. Masdain Rifa’I selaku ketua Tanfidz PC NU, Bapak Aminudin Fahruda, S.Ag sebagai ketua pabnitia Internal Pesantren, Bapak Drs. H. Ahmad Mubasyir kepala Kementrian Agama Blitar. Dari Pihak Pemerintah Hadir Dari Kementrian Lingkungan Hidup yang di Hadiri Asisten Deputi bidang peranan masyarakat, dari Badan Lingkungan hidup Pem Prov. Jatim dan BLH Kabupaten Blitar, Lembaga Kemaslahatan keluarga NU(LKKNU) dan tokoh-tokoh pesantren sekitar. Selain diisi sosialisasi tentang eco pesantren pada acara ini juga dilanjutkan Bimbingan Teknis Pengelolaan Bank Sampah oleh BLH dan LKKNU yang mendatangkan nara sumber dari Surabaya. Untuk hari Jumatnya acara dilanjutkan dengan Deklarasi dan Launcing Eco Pesantren Al-Kamal yang kemudian dilanjutkan dengan peresmian bank Sampah al-kamal Oleh Wakil Bupati Blitar Drs. H. Riyanto, MM.
Acara ini sangat fenomenal sebagai wahana untuk membuka pemahaman sebagian orang yang berpersepsi tentang pondok Pesantren. Selama ini orang awam beranggapan bahwa Pondok Pesantren sebagai gumulan para santri yang mempunyai kebiasaan lingkungan tidak baik. Taruhlah ungkapan pejorative “ gudiken, jorok, Koproh, tidak pernah Mandi” dan lain sebagainya selalu di atributkan kepada lembaga pendidikan tertua di Indonesia ini. Sehingga wacana tentang pesantren berhubungan dengan kebersihan lingkungan selalu kurang baik. Tetapi harus diingat bahwa penampilan fisik atau bangunan Pesantren dan lingkungannya, tampil semacam itu bukan tanpa sebab, melainkan disebabkan oleh keterbatasan dan kesederhanaan dalam kehidupan santri.
Sejauh pengetahuan penulis terhadap kondisi beberapa pesantren di Indonesia, mereka selalu kekurangan tempat tinggal santri, kekurangan kamar mandi, kekurangan kelas tempat belajar, kekurangan air sebagai kebutuhan pokok harian, kekurangan bahan pokok, kekurangan sarana buang Air, dan masih kekurangan-kekurangan yang lain. Ibi dapat dicontohkan di Pondok Pesantren al-Kamal dengan ukuran kamar 3X4 saja biasanya dihuni oleh 20-25 santri. Sehingga para santri kadang kalau mandi harus antri, makan antri, kamar sebagai tempat tidur juga tidak cukup. Akhirnya dengan segala keterbatasan ini menampilkan lingkungan yang terkesan kurang perhatian terhadap kebersihan. Walaupun demikian hikmah keterbasan ini akan membentuk kepribadian santri untuk mempunyai ketahanan hidup yang kuat, kesederhanaan dengan segala keterbatasan. Juga  dengan model kesederhanaan semacam ini pesantren tumbuh dan berkembang sebagai lembaga yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat yang ingin belajar ilmu-ilmu Agama di Pesantren dengan biaya yang murah.
Peresmian bank sampah dan launching eco-Pesantren ini harus disambut baik oleh semua komunitas Pesantren, sebagai ikhtiyar untuk memperbaiki kondisinya  dan santri-santrinya. Dengan pengelolaan sampah yang sistematis, akan membantu pesantren mengatasi salah satu problematika yang selama ini dirasakan oleh pesantren, yaitu penumpukan Sampah. Berkas-berkas atau sisa-sisa bahan-bahan ajar atau bekas-bekas bungkus makanan di komunitas pesantren selama ini belum menemukan jalan keluarnya. Kalau Pesantren mempunyai yang bersangkutan mempunyai lahan yang luas, mungkin tidak terlalu mempunyai kendala, karena bisa dibuang di lahan yang dimiliki. Tetapi bagi pesantren yang lahan miliknya sempit atau terbatas, tempat pembuangan menjadi problematika yang penting. Ini lo yang kemudian menjadi akumulasi masalah di banyak Pesantren di Tanah Air, yang harus menjadi perhatian banyak kalangan. Mulai pengelola Pesantren, Dermawan, Pemerintah dan elemen yang lain yang mempunyai empati kepada pesantren.
Bank Sampah sebagai bagian dari program Eco Pesantren dilihat dari satu sisi akan mengatasi masalah kebersihan lingkungan Pesantren yang bersangkutan. Mungkin kalau dilihat dari sisi ekonomi kegiatan Bank sampah juga akan mendatangkan rizki bagi pesantren dan Santri. Sampah-sampah hasil bekas-bekas kegiatan mereka dapat dikelola dengan baik, dipilah dan dipilih, mana sampah yang plastic dan yang non plastic, sampah yang bisa di daur ulang dan yang tidak, sampah yang dapat membusuk dan yang tidak bisa membusuk. Kemudian dilakukan penimbangan untuk selanjutnya dilakukan transaksi tiap satuannya. Inilah yang kemudian mendapatkan hasil secara ekonomis, karena walaupun wujudnya sampah tetapi bisa didayagunakan menjadi bahan-bahan baku yang lain.
Dari aspek teologis, kegiatan eco Pesantren merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, untuk menjaga kesucian dan kebersihan diri dan lingkungannya. Sudah banyak dalil al-Qur’an atau al-Sunah menjelaskan tentang ajaran kesucian dan kebersihan dalam rangka menjalankan kekhalifahan di muka Bumi ini. Bahkan dalam khazanah kitab-kitab kuning yang menjadi referensi utama di Pesantren, Bab pertama dalam kitab fiqih selalu di dahului dengan kitab ahkam al-Thaharah (bab hukum bersuci), sebelum dilanjutkan terhadap bahasan hukum yang lain, misalnya kitab tentang ibadah, muamalah, jinayah, peradilan, siyasah atau politik. Bab bersuci ini dapat dipahami sebagai syarat masuk untuk menuju bab-bab selanjutnya. Seorang muslim yang melakukan kegiatan apapun dalam kehidupannya, harus didahulu dengan kebersihan dan kesucian, baik bersih badannya atau suci batinnya (jiwa).
Sisi lain yang patut menjadi perhatian kita sebagai orang pesantren adalah mendidik kemandirin kepada para santri dengan adanya kegiatan bank Sampah atau Eco Pesantren. Para santri yang menjadi pengurus (pengelola) eco Pesantren ini, dia akan belajar untuk mengelola sampah-sampah yang ada di pesantrennya. Mulai pengepulan dari para nasabah, yakni pra santri dan masyarakat sekitar, pemilahan, penimbangan, transaksi harga dengan pengepul sampah, membuka jaringan dengan badan Lingkungan Hidup, Sosialisasi ke Pesantren yang lain dan seabrek pekerjaan rutin dalam pengelolaan sampah. Sebagai seorang santri dan pekerja dia akan banyak belajar dari pekerjaannya itu. Bisa jadi dia akan mendapatkan ilmu tentang managemen, administrasi, sosiologi, dan ilmu-ilmu yang lain. Maka dari itu semua elemen santri seyogyannya dapat bahu membahu untuk menjadi pengelola bank sampah dan eco pesantren ini. Supaya ilmu yang didapatkan tidak hanya di bangku pengajian kitab kuning, tepai pengalaman empiris berkaitan dengan perhatian lingkungan sekitar merupakan wahana sumber ilmu, yang dapat dijadikan bekal untuk kehidupan masa depan mereka.
Akhirnya selamat dan sukses untuk pondok Pesantren al-Kamal Blitar, menjalankan Eco Pesantren, semoga bermanfaat dan berkah untuk mencetak kader-kader pejuang dan pemimpin bangsa yang kuat atau tangguh secara kepribadian, mental dan fisiknya. Amiin. Wa Allahu A’lamu bi al-Shawab
Penulis : Dr. K.H. Asmawi Mahfudz, M.Ag
Pengasuh PP al-Kamal Blitar
dan Pengajar IAIN Tulungagung

Tags : 

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *