Oleh: Dr. Asmawi Mahfudz, M.Ag
Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Tulungagung
Tema ini sekarang lagi marak dijalankan di kampus-kampus, seiring dengan dimulainya kegiatan di perguruan Tinggi kita, baik negeri maupun swasta. Kegiatan ini dulu bernama dengan orientasi pengenalan kampus (Orspek), berubah menjadi Orientasi pengenalan akademik dan kemahasiswaan (Opak). Kegiatan ini diberikan kepada calon mahasiswa baru yang bertujuan untuk memberikan wawasan kepada mereka tentang visi dan misi kampusnya, gambaran tentang kegiatan akademik, bagaimana menjadi mahasiswa yang baik, menjadi bagian dari kaum akademik yang memiliki tiga prinsip utama yakni Tridarma Perguruan Tinggi.
Dalam menjabarkan program-program di atas ke dalam kegiatan Opak, pihak panitia meramunya dalam berbagai jadwal kegiatan. Ada sebagian yang melakoninya dengan menitik beratkan pada kegiatan-kegiatan lapangan, berimplikasi pada (phisic oriented). Sebagian yang lain berorientasi kepada aspek-aspek intelektual, sehingga jadwalnya banyak dilakukan di dalam gedung ansich. Tetapi mungkin juga sebagian perguruan tinggi yang menjalaninya dengan aksentuasi kepada aspek-aspek psikologis. Dari Variasi program Opak itu, menggambarkan tentang kualitas kegiatan Opak di Perguruan tinggi kita sebagai wahana untuk menanamkan visi dan misi Perguruan Tinggi pelaksana.
Visi dan Misi perguruan tinggi idealnya adalah elaborasi dari Tridarma Perguruan Tinggi yang kemudian diramu dengan aspek-aspek keilmuan, keindonesiaan dan lokalitas di mana Perguruan Tinggi tersebut berada. Dengan menggabungkan aspek disiplin keilmuan, keindonesiaan dan lokalitas akan mencetak para sarjana-sarjana yang mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu tertentu, mempunyai sikap nasionalisme dan membumi di manapun dia akan berada. Artinya persinggungan antara idealisme akademik dan tradisi akan membentuk para mahasiswa yang mempunyai perform komprehensif (utuh). Dia seorang ilmuwan, yang dengan ilmunya akan dapat menjawab tantangan dan tuntutan kebutuhan masyarakatnya. Taruhlah dia seorang sarjana ilmu politik yang menguasai teori-teori politik, dia juga akan mampu mengkontekstualisasikan ilmunya dalam suasana perpolitikan di Indonesia. Karena selama ini banyak kita jumpai banyak ilmuwan-ilmuwan kita yang hanya mampu untuk mengudar (mendeskripsikan) teori-teori sesuai dengan bidang ilmu yang dia kuasai, tetapi tidak piawai untuk menjadi praktisi-praktisi di berbagai sector lapangan kerja. Baik dia yang berlatar belakang ilmuwan-ilmuwan sosial maupun ilmu-ilmu eksak.
Buktinya banyak sekali problematika masyarakat Indonesia yang belum bisa dijawab oleh para teoritisi kita. Kadangkala jawaban-jawaban yang diberikan tidak berdasarkan teori, tetapi berdasarkan pengalaman yang selama bertahun-tahun dia menjalani pekerjaannya. Sehingga tidak menyelesaikan masalah secara tuntas, secara sepotong-potong. Inilah tuntutan kepada dunia akademis atau keilmuan untuk selalu dinamis, berkembang, tidak boleh mengalami stagnasi. Dunia ilmu pengetahuan harus selalu melakukan penelitian (research) untuk merelevansikan ilmunya dengan dunia nyata yang mengitarinya.
Kegiatan lain dari Opak mahasiswa yang membutuhkan perhatian kita adalah “sikap mahasiswa itu sendiri”. Di lihat dari sisi kacamata sejarahnya mahasiswa-mahasiswa Indonesia selalu menampilkan dirinya pada posisi garda terdepan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini dapat dibaca pada masa orde lama (orla), orde baru (orba) sampai orde reformasi. Artinya sikap kemahasiswaan mencerminkan sebuah kepedulian, motivasi, energik, resposif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya. Sebuah sikap-sikap yang menebar kebaikan dan sesuatu yang positif dalam kehidupan umat manusia. Bukan sikap arogansi, anarkisme, egoisme, yang menebar aroma negative. Kita mungkin dapat mencontohkan figur-figur aktivis gerakan mahasiswa di Indonesia, seperti bung Karno, bung Hatta, bung Tomo, Gus Dur, Amien Rais, Akbar Tanjung, Syafi’i Maarif, Moh. Iqbal Assegaf dan lain sebagainya. Mereka semua aktiv dalam gerakan-gerakan kemahasiswaan pada masanya, yang selalu menebar aroma positif pembaruan dan perubahan di masyarakatnya. Baik perubahan dalam usaha kemerdekaan, nasionalisme, pembaruan kehidupan politik, pemikiran dan kehidupan keagamaan, pembaruan kebudayaan dan bidang-bidang kehidupan yang lain. Profil para aktivis senior tersebut mencerminkan bagaimana menjadi mahasiswa yang baik, yakni menjadi agen-agen pembaruan sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka kuasai.
Apalagi tantangan dan godaan pembaruan, dengan cara gerakan kemahasiswaan masa sekarang dari hari ke hari semakin berat seiring dengan dinamika masyarakat Indonesia. Tantangan ini bisa berasal dari masalah ekonomi yang semakin melilit, sistem kaderisasi yang tidak dalam kondisi membaik, kehidupan politik yang tidak selalu baik, ketahanan mental manusia Indonesia yang rentan, ekspansi budaya dari luar yang begitu pesatnya, sehingga menggerus budaya-budaya atau tradisi ke-Indonesiaan. Untuk itu konsistensi kepada prinsip-prinsip akademik dan gerakan perubahan kemahasiswaan merupakan hal yang niscaya. Supaya idealisme mahasiswa kita tetap terjaga dan mempunyai sikap yang ideal untuk mewujudkan cita-cita individu dan masyarakatnya.
Dari gambaran ideal Opak di atas, seseorang selama menjadi mahasiswa, diharapkan mampu mengaplikasikan Tridarma Perguruan Tinggi sesuai dengan bidang ilmu yang dia tekuni. Baik dari sisi akademiknya, penelitiannya, maupun pengabdian kepada masyarakatnya. Jangan sampai seorang mahasiswa hanya menekuni bidang akademiknya tanpa melakukan penelitian. Hal ini tidak baik, karena akan berakibat kepada stagnasi (kemandekan) ilmu yang menjadi kompetensinya dan tidak peka terhadap aspek-aspek sosial di sekitarnya. Juga mahasiswa yang hanya tekun mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan, tetapi tidak pernah mengikuti dinamika perkuliahan, maka dia akan menjadi mahasiswa yang miskin teori dan kaya akan aspek-aspek sosialnya. Artinya dia rajin pada sisi pengabdian masyarakatnya, tetapi tidak mempunyai kompetensi akademik. Demikian pula mahasiswa yang aktiv di dunia akademik perkuliahan, juga rajin pengabdian masyarakat, tetapi kalau dia tidak pernah melakukan research juga tidak akan pernah menjadi kaum akademisi yang sempurna. Untuk itu menjadi mahasiswa yang ideal harus berpartisipasi terhadap ke tiga Tri Darma Perguruan Tinggi, sebagai wujud cita-cita perguruan tinggi di mana dia bernaung.
Kondisi-Kondisi di atas dapat disinergikan dengan kegiatan Orientasi pengenalan Akademik dan kemahasiswaan (Opak) pada perguruan Tinggi kita saat ini. Dengan harapan kampus-kampus kita dapat menelurkan para sarjana-sarjana yang mumpuni dalam bidangnya, baik dalam aspek akademik, pengabdian masyarakat maupun penelitian. Dengan begitu para sarjana alumninya menjadi para ilmuwan yang sekaligus cendekiawan. Dia tidak hanya seorang figur yang menguasai ilmu-ilmu tertentu, tetapi seorang yang dengan ilmunya dapat berpartisipasi membangun bangsanya menyelesaiakan problematika masyarakat Indonesia. Inilah tugas utama dan mulya Perguruan Tinggi kita, selamat untuk ber Opak bagi Perguruan Tinggi yang menyelenggarakannya, semoga menghasilkan para kader pemimpin bangsa yang tangguh sesuai dengan ketahanan mereka ketika mengikuti Orientasi pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan.