Pada bulan Syawal ini umat muslim di penjuru dunia sedang bergembira merayakan sebuah kemenangan. Kemenangan tersebut tidak lain adalah hasil dari jerih payah mereka setelah melakoni puasa selama 30 hari di bulan Ramadhan. Kemenangan mereka tidak hanya dirasakan akan tetapi diaktualisasikan dengan berbagai macam bentuk. Indonesia khususnya yang mewujudkan kemenangannya berada pada eksistensi kata “LEBARAN” yang bahasa jawanya dikenal dengan *_bodo_*. Tradisi lebaran yang ada di Indonesia terkhusus lagi pada Jawa menurut penulis ada 2 macam; Lebaran atau bodo di tang gal 1 syawal (lebaran idul fitri) dan bodo kupatan yang dilaksanakan tanggal 8 Syawal. Dari kedua lebaran tersebut yang menjadi perhatian penulis adalah bodo kupat yang mana semakin tahun semakin ramai diadakan di berbagai tempat bahkan pelosok desa. Dinamakan kupatan karena sebagian besar masyarakat jawa membuat kupat(ketupat) pada hari raya ke-8. Tradisi ini sudah turun temurun dan masih eksis sampai sekarang. Sebagaimana tradisi lain yang ada di bulan Syawal seperti halal bi halal, tradisi bodo kupat ini mengandung makna yang dalam. Meski tradisi ini tidak secara tekstual termaktub dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, namun tentulah tradisi ini merupakan tradisi yang baik yang patut untuk dilestarikan. Tidak diketahui persis kapan mulai tumbuh dan berkembangnya tradisi kupatan dan apa makna filosofi dari perayaan tradisi tersebut. Ada yang berpendapat bahwa kupatan merupakan hari rayanyaorang yang berpuasa 6 hari padasatu Minggu setelah lebaran hari pertama (tanggal 2-7 Syawwal). Pendapat lain mengatakan bahwa kupatan adalah berasal dari kata kupat singkatan dari “ngaku lepat”, artinya adalah mengaku salah. Kupatan berarti ngaku kalepatan, mengakui banyak kesalahan. Apapun makna dan filosofinya, kupatan merupakan bagian tradisi yang penuh dengan makna khususnyaJawa. Secara sosiologis, seolah kupatan telah mengajarkan arti pentingnya saling bertemu dan saling mengakui kesalahan serta memaafkan satu dengan yang lainnya.
Ketupat atau tradisi Jawa-nya kupatan bukan hanya sebuah tradisi Lebaran dengan menghidangkan ketupat, sejenis makanan atau beras yang dimasak dan dibungkus daun janur berbentuk prisma maupun segi empat. Sebab, kupatan memiliki makna dan filososi mendalam. Dan yang paling penting semoga dari rutinitas tahunan yang telah terlaksana tersebut para umat Islam yg menjalankan mendapatkan hikmah dan berkahnya. Mengakhiri tulisan ini ada semboyan yang berbunyi :
المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح
Artinya ; Melestarikan budaya/metodologi/sesuatu yang kuno tetapi masih relevan dan mengambil sesuatu/metodologi /terobosan baru/langkah inovatif.
Dan selamat lebaran atau bodo kupatan bagi yang menjalankan.
Penulis: Kharis Mahmud (Mahasantri Ma’had Aly Al Kamal)