Penulis: Ust. Dr. K. Asmawi Mahfudz, M.Ag.
Artinya: Katakanlah (ya Muhammad): “Sesungguhnya aku dilarang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku; dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam(66). Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes, air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya)(67). Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia (68).
Ayat 66-68 ini merupakan kelanjutan dari penjelasan Al-Qur’an dalam membuktikan kebenaran tauhid dan keagungan Allah Swt. Pada ayat sebelumnya Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa kekuasaan Allah dapat dibuktikan di alam sekitar manusia(kauniyah) dan dalam diri manusia sendiri (nafsiyah). Yang ada di sekitar manusia adalah penciptaan siang dan malam, langit dan bumi berserta fasilitas kehidupan lainnya, yang diperuntukkan untuk manusia. Sedangkan bukti yang ada alam diri manusia sendiri adalah penciptaan kejadian manusia itu sendiri, yang ditaqdirkan dalam bentuk yang paling sempurna (ahsan shuwar) dibanding dengan makhluq yang lain. Dari sebagian bukti-bukti keagungan Allah tersebut wajib bagi manusia untuk menyembah hanya kepada Allah, tanpa ada persekutuan dengan yang lain (musyrik).
Maka dari itu pada ayat 66 surat Ghafir di atas Allah memerintahkan kepada Rasulullah Saw. supaya melarang umatnya atau manusia untuk merubah kepercayaannya, yang sebelumnya menyembah kepada selain Allah menuju ajaran Tauhid yakni menyembah hanya kepada Allah semata. Karena dalil-dalil sebagai bukti kebenaran ajaran tauhid sudah banyak sekali, baik berupa dalil naqli dari nas, maupun dalil aqli yang dapat diambil pelajaran oleh manusia secara keseluruhan, baik yang ada disekitarnya maupun diri manusia sendiri. Larangan untuk menyembah selain Allah pada ayat di atas juga diiringi dengan adanya kepatuhan (inqiyad) terhadap semua perintah Allah Tuhan yang mengatur Alam seisinya. Juga mengandung makna keyakinan terhadap ajaran tauhid juga berpengaruh terhadap kemurnian (ikhlas) seseorang untuk menyembah Allah. Inilah yang dimaksud dalam ayat tersebut untuk menyuruh berserah diri kepada Allah Tuhan sekalian alam (an uslima li rabbi al-alamin). Mungkin dari ayat tersebut dipahami bahwa makna dari berserah diri adalah (al-khulush) keikhlasan atau memurnikan ibadah hanya kepada Allah dan al-inqiyad (kepatuhan dalam menjalankan perintah Allah dan semua larangan-larangannya.
Pada ayat 67, Allah menjelaskan tentang proses penciptaan manusia pada permulaannya maupun pada saat akhir dari kehidupan manusia. Ini dijelaskan oleh Allah berkaitan dengan dalil-dalil tauhid juga yang terbagi dalam beberapa bagian, di antaranya; empat perkara terdapat dalam penciptaan malam dan siang, penciptaan langit dan bumi, sedangkan dalil yang lain ada dalam proses pembentukan kejadian manusia sendiri, yang dibentuk dengan rupa yang paling baik. Hal itu kemudian diiringi dengan pemberian rizki yang baik-baik oleh Allah Swt kepada manusia ini.
Selanjutnya bagian dari penjelasan semuanya adalah proses kejadian manusia yang dimulai dengan a. penciptaan dari tanah. Hal ini berhubungan dengan bapaknya manusia yaitu Adam As. atau ada yang berpendapat pada dasarnya asal dari air mani adalah sari makanan, dan sari-sari makanan itu tumbuh di tanah. b). Penciptaan dari air mani c). penciptaan berupa segumpal darah, yang terjadi setelah umur 40 hari. d). kemudian dilahirkan menjadi seorang anak-anak. e). setelah itu manusia berkembang sampai bentuk yang paling sempurna. Yakni ketika manusia berumur 30 sampai 40 tahun. F). kemudian menjadi orang-orang yang sudah tua (syuyukh). Dan ada yang sudah mati sebelum menjadi tua. Allah menjadikan proses penciptaan itu semua, supaya kamu semua dapat berfikir dan mengambil pelajaran, yang pada akhirnya mau beriman kepada Allah Swt.
Pada ayat 68 Allah memberikan keterangan bahwa Dia dzat yang maha menghidupkan dan mematikan kehidupan, apabila Allah menghendaki niscaya cukup dengan berfirman”jadilah’ maka jadilah apa yang dikendaki Allah. Hal ini menunjukkan bahwa mulai dari ayat-ayat sebelumnya, al-Qur’an telah memberikan penjelasan tentang kebesaran kekuasaan Allah dari berbagai sudut pandang, baik tentang kejadian alam, manusia atau alam sesisinya ini. Untuk itu seandainya Allah menghendaki segala sesuatu Allah tinggal memerintahkan “jadilah”, maka terjadilah apa yang dikehendaki adanya oleh Allah. Karena semua yang ada di alam ini tidak dapat lepas dari kekuasaan Allah, dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu. Inilah yang menjadi kesimpulan dari ayat-ayat sebelumnya tentang bukti kekuasaan Allah dzat yang wajib disembah oleh semua makhluqnya.
Tentang penulis: Beliau adalah Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar dan menjadi pengajar di Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung.
Ayat 66-68 ini merupakan kelanjutan dari penjelasan Al-Qur’an dalam membuktikan kebenaran tauhid dan keagungan Allah Swt. Pada ayat sebelumnya Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa kekuasaan Allah dapat dibuktikan di alam sekitar manusia(kauniyah) dan dalam diri manusia sendiri (nafsiyah). Yang ada di sekitar manusia adalah penciptaan siang dan malam, langit dan bumi berserta fasilitas kehidupan lainnya, yang diperuntukkan untuk manusia. Sedangkan bukti yang ada alam diri manusia sendiri adalah penciptaan kejadian manusia itu sendiri, yang ditaqdirkan dalam bentuk yang paling sempurna (ahsan shuwar) dibanding dengan makhluq yang lain. Dari sebagian bukti-bukti keagungan Allah tersebut wajib bagi manusia untuk menyembah hanya kepada Allah, tanpa ada persekutuan dengan yang lain (musyrik).
Maka dari itu pada ayat 66 surat Ghafir di atas Allah memerintahkan kepada Rasulullah Saw. supaya melarang umatnya atau manusia untuk merubah kepercayaannya, yang sebelumnya menyembah kepada selain Allah menuju ajaran Tauhid yakni menyembah hanya kepada Allah semata. Karena dalil-dalil sebagai bukti kebenaran ajaran tauhid sudah banyak sekali, baik berupa dalil naqli dari nas, maupun dalil aqli yang dapat diambil pelajaran oleh manusia secara keseluruhan, baik yang ada disekitarnya maupun diri manusia sendiri. Larangan untuk menyembah selain Allah pada ayat di atas juga diiringi dengan adanya kepatuhan (inqiyad) terhadap semua perintah Allah Tuhan yang mengatur Alam seisinya. Juga mengandung makna keyakinan terhadap ajaran tauhid juga berpengaruh terhadap kemurnian (ikhlas) seseorang untuk menyembah Allah. Inilah yang dimaksud dalam ayat tersebut untuk menyuruh berserah diri kepada Allah Tuhan sekalian alam (an uslima li rabbi al-alamin). Mungkin dari ayat tersebut dipahami bahwa makna dari berserah diri adalah (al-khulush) keikhlasan atau memurnikan ibadah hanya kepada Allah dan al-inqiyad (kepatuhan dalam menjalankan perintah Allah dan semua larangan-larangannya.
Pada ayat 67, Allah menjelaskan tentang proses penciptaan manusia pada permulaannya maupun pada saat akhir dari kehidupan manusia. Ini dijelaskan oleh Allah berkaitan dengan dalil-dalil tauhid juga yang terbagi dalam beberapa bagian, di antaranya; empat perkara terdapat dalam penciptaan malam dan siang, penciptaan langit dan bumi, sedangkan dalil yang lain ada dalam proses pembentukan kejadian manusia sendiri, yang dibentuk dengan rupa yang paling baik. Hal itu kemudian diiringi dengan pemberian rizki yang baik-baik oleh Allah Swt kepada manusia ini.
Selanjutnya bagian dari penjelasan semuanya adalah proses kejadian manusia yang dimulai dengan a. penciptaan dari tanah. Hal ini berhubungan dengan bapaknya manusia yaitu Adam As. atau ada yang berpendapat pada dasarnya asal dari air mani adalah sari makanan, dan sari-sari makanan itu tumbuh di tanah. b). Penciptaan dari air mani c). penciptaan berupa segumpal darah, yang terjadi setelah umur 40 hari. d). kemudian dilahirkan menjadi seorang anak-anak. e). setelah itu manusia berkembang sampai bentuk yang paling sempurna. Yakni ketika manusia berumur 30 sampai 40 tahun. F). kemudian menjadi orang-orang yang sudah tua (syuyukh). Dan ada yang sudah mati sebelum menjadi tua. Allah menjadikan proses penciptaan itu semua, supaya kamu semua dapat berfikir dan mengambil pelajaran, yang pada akhirnya mau beriman kepada Allah Swt.
Pada ayat 68 Allah memberikan keterangan bahwa Dia dzat yang maha menghidupkan dan mematikan kehidupan, apabila Allah menghendaki niscaya cukup dengan berfirman”jadilah’ maka jadilah apa yang dikendaki Allah. Hal ini menunjukkan bahwa mulai dari ayat-ayat sebelumnya, al-Qur’an telah memberikan penjelasan tentang kebesaran kekuasaan Allah dari berbagai sudut pandang, baik tentang kejadian alam, manusia atau alam sesisinya ini. Untuk itu seandainya Allah menghendaki segala sesuatu Allah tinggal memerintahkan “jadilah”, maka terjadilah apa yang dikehendaki adanya oleh Allah. Karena semua yang ada di alam ini tidak dapat lepas dari kekuasaan Allah, dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu. Inilah yang menjadi kesimpulan dari ayat-ayat sebelumnya tentang bukti kekuasaan Allah dzat yang wajib disembah oleh semua makhluqnya.
Tentang penulis: Beliau adalah Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar dan menjadi pengajar di Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung.