Oleh : Arif Rifai*
Kehadiran kerajaan Bani Umayyah menjadikan pesatnya ilmu pengetahuan, sehingga anak-anak masyarakat Islam tidak hanya belajar di masjid tetapi juga pada lembaga-lembaga yaitu “kuttab” (pondok pesantren). Kuttab, dengan karakteristik khasnya, merupakan wahana dan lembaga pendidikan Islam yang semula sebagai lembaga baca dan tulis dengan sistem halaqah (sistem wetonan). oada tahap berikutnya kuttab mengalami perkembangan yang sangat pesat karena dengan didukung oleh dana dan iuran masyarakat serta adanya rencana-rencana yang harus dipatuhi oleh pendidik dan peserta didik.
Di Indonesia istilah kuttab lebih dikenal dengan istilah “pondok pesantren”, yaitu lembaga pendidikan Islam yang di dalamnya terdapat seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta didukung adanya pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri. Sebelum tahun 1960-an pusat-pusat pendidikan pesantren di Indonesia lebih dikenal dengan nama pondok. Istilah pondok barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, atau barangkali berasal dari kata Arab, funduq, yang artinya hotel atau asrama.
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Profesor Johns berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru, mengaji, sedang C.C. Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci Agama Hindu. Kata Shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Dari asal-usul kata santri pula banyak sarjana berpendapat bahwa lembaga pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendidikan keagamaan bangsa Indonesia pada masa menganut agama Hindu Budha yang bernama “mandala” yang diislamkan oleh para kyai.
Terlepas dari asal usul kata itu berasal dari mana, yang jelas ciri-ciri umum keseluruhan pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang asli Indonesia, yang pada saat ini merupakan warisan kekayaan bangsa Indonesia yang terus berkembang. Bahkan pada saat memasuki millenium ketiga ini menjadi salah satu penyangga yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia.
Sebagai lembaga pendidikan Islam tertua dan berakar cukup kuat di masyarakat, pesantren mempunyai keunikan tersendiri yang terkesan berbeda dari masyarakat luas. Seperti yang diungkapkan KH. Abdurrahman Wahid bahwa di dalam pesantren setidaknya terdapat beberapa aspek dalam dunia pesantren yang merepresentasikan diantaranya sebagai berikut :
- Eksistensi pesantren sebagai lembaga kehidupan yang menyimpang dari kehidupan umum di negeri ini.
- Terdapat sejumlah penunjang yang menjadi tulang punggung kehidupan pesantren.
- Berlangsungnya proses pembentukan tata nilai yang tersendiri dalam pesantren, lengkap dengan simbol-simbolnya.
- Adanya daya tarik keluar sehingga memungkinkan masyarakat sekitar menganggap pesantren sebagai alternatif ideal bagi sikap hidup yang ada di dalam masyarakat itu sendiri.
- Berkembangnya suatu proses saling mempengaruhi dengan masyarakat di luarnya yang akan berkulminasi pada pembentukan nilai-nilai baru yang secara universal dapat diterima kedua belah pihak.
Pondok pesantren memiliki satu pandangan hidup yang secara umum berbeda dari pandangan hidup masyarakat pada umumnya. Dikalangan pesantren pandangan hidup bersumber pada penghayatan terhadap ajaran Islam yang mengajarkan bahwa tujuan kehidupan manusia di dunia ini tidak lain untuk mencari keridhoan Allah yang secara lebih konkret direalisasikan dalam bentuk beribadah sesuai dengan tuntutan syara’. Walaupun aspek-aspek yang bersifat profan atau keduniaan tidak sama sekali dinafikan, namun penekanan terhadap hal-hal yang bersifat ukhrawiyah diposisikan jauh di atas kepentingan yang bersifat duniawiyah.
Serta tujuan pendidikan pesantren menurut Mastuhu adalah menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau menjadi abdi masyarakat mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia. Idealnya pengembangan kepribadian yang ingin dituju ialah kepribadian mukhsin, bukan sekedar muslim.
Sedangkan di dalam pesantren terdapat tokoh sentral yaitu Kyai yang tidak bisa diperoleh sebagaimana gelar-gelar di sekolah formal. Orang yang ahli menguasai sesuatu dari ilmu agama tidak berarti bisa disebut ulama, apalagi kyai. Untuk memperoleh status ulama atau Kyai, selain harus melewati jalur keilmuan yang melembaga pada proses pewarisan melalui mengkaji kitab-kitab klasik kepada kyai tertentu, derajat keulamaan atau kekyaian seseorang juga ditentukan oleh kekuatan adikodrati yang disebut “karomah” atau “maunah” yang dimiliki seorang ulama.
Sedangkan menurut M. Arifin bahwa tujuan didirikan pendidikan pesantren pada dasarnya terbagi pada dua yaitu :
- Tujuan khusus
Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang ‘alim agama yang diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat. - Tujuan umum
Yakni membimbing anak didik agar menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui ilmu dan amal.
Sedangkan ciri-ciri pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama. serta pendidikan yang ada didalamnya adalah :
- Adanya hubungan akrab antara santri dengan kyainya
- Adanya kepatuhan santri kepada kyai
- Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam lingkungan pesantren.
- Kemandirian sangat terasa d ipesantren
- Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pesantren
- Disiplin sangat dianjurkan.
- Keprihatinan untuk mencapai tujuan mulia. hal ini sebagai akibat kebiasaan puasa sunah, zikir, dan i’tikaf, shalat tahajud dan lain-lain.
- Pemberian ijazah, yaitu pencantuman nama dalam satu daftar rantai pengalihan pengetahuan yang diberikan kepada santri-santri yang berprestasi.
Ciri-ciri di atas menggambarkan pendidikan pesantren dalam bentuknya yang masih murni (tradisional). Adapun penampilan pendidikan pesantren sekarang yang lebih beragam merupakan akibat dinamika dan kemajuan zaman telah mendorong terjadinya perubahan terus-menerus, sehingga lembaga tersebut melakukan berbagai adobsi dan adaptasi sedemikian rupa. Tetapi pada masa sekarang ini, pondok pesantren kini mulai menmpakkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan Islam yang mumpuni, yaitu didalamnya didirikan sekolah, baik formal maupun non formal.
Seiring dengan lajunya perkembangan masyarakat maka pendidikan pesantren baik tempat, bentuk, hingga substansi telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang, akan tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman. sedangkan pembagian pesantren yaitu :
- Pesantren Salaf yaitu pesantren yang mempertahankan pelajaran dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum. Model pengajarannya pun sebagaimana yang lazim diterapkan dalam pesantren salaf yaitu dengan metode sorogan dan weton.
- Pesantren Khalaf yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasi). memberikan ilmu umum dan ilmu agama serta juga memberikan pendidikan ketrampilan.
- Pesantren Kilat yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu relatif singkat dan biasa dilaksanakan pada waktu libur sekolah. Pesantren ini menitik beratkan pada ketrampilan ibadah dan kepemimpinan. Sedangkan santri terdiri dari siswa sekolah yang dipandang perlu mengikuti kegiatan keagamaan pesantren kilat.
- Pesantren Terintegrasi yaitu pesantren yang lebih menekankan pada pendidikan vocasional atau kejuruan sebagaimana balai latihan kerja di Departemen Tenaga Kerja dengan program terintegrasi. Sedangkan santri mayoritas berasal dari kalangan anak putus sekolah atau para pencari kerja.
Referensi:
1. Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Media, 2006)
2. Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta, LP3ES, 2011)
3. Abu Yazid, Membangun Islam Tengah, (Yogyakarta, LkiS, 2010), 148-150
4. Sulthon Masyhud dan Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta : DIVA Pustaka, 2003)
5. Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, (Bandung, Pustaka Ilman, 2014)
6. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakata : Bumi Aksara, 1991)
7. Sudadi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta, Pustaka ilmu, 2016)
8. Khosin, Tipologi Pondok Pesantren, (Jakarta : Diva Pustaka, 2006)
* Mudarris di Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal