Kimiya' Sa'adah Lil Imam Al-Ghozali #11  Keajaiban-Keajaiban Qolbu
Allah SWT menciptakan qolbu dua bagian untuk mencapai pengetahuan tentang-Nya. Pertama, Allah SWT menciptakan indera yang dapat merasa, melihat semua ciptaan Allah SWT di alam semesta, sehingga manusia bisa berpikir dengan tanda-tanda tersebut tentang Dzat pencipta dan mengatur segala. Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT melalui surat Yunus ayat; 101

قُلِ انْظُرُوْا مَاذَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗوَمَا تُغْنِى الْاٰيٰتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُوْنَ.

Terjemah;
Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman.
Kedua, Allah menciptakan bagian dalam qalbu sesuatu yang tidak bisa dilihat secara dhohir. Manusia menggunakan mata batinnya untuk menemukan dan dalil-dalil sehingga menuju-Nya.
Dua bagian hati yang diciptakan oleh Allah SWT di atas bermedia mimpi/alam bawah sadar dan alam sadar. Mimpi/hilm adalah setiap yang dilihat seseorang dalam tidurnya. Pun ketika yang dilihat dalam tidurnya itu dominan jelek tetap masuk definisi mimpi/hilm. Berbeda dengan ru’ya, ru’ya adalah mimpi yang dominan kebaikannya. Namun dalam hal ini Al-Imam Al-Ghozali tidak menyatakan perbedaan apakah yang dominan baik atau buruk. Beliau bermaksud menjelaskan bahwa setiap yang dilihat manusia dalam tidur itu adalah mimpi.
Alam gaib dan malakut tidak akan terlihat dengan mata telanjang. Alam ini akan terlihat dengan mata lain. Allah SWT telah menjadikan mata batin dalam setiap hati manusia. Mata batin manusia tidak bisa serta merta bisa diakses, karena Allah SWT menutupnya dengan sahwat dan perkara duniawi. Oleh sebab itu mereka tidak bisa menggunakannya bahkan membayangkan apa yang dilihat dari alam gaib dan malakut selain melenyapkan hijab-hijab itu dari mata batin. Ketika penutup itu sirna dari hati para nabi, tidak diragukan lagi mereka akan melihat alam malakut dan keajaiban-keajaibannya.
Pengalaman spiritual ini tidak bisa dirasakan oleh seluruh manusia. Mereka -para nabi, auliya’- yang dapat menjelajahinya. Namun demikian para manusia biasanya bermimpi seperti mimpinya nabi, dan mimpi itu termasuk salah satu media nubuwah yang dulu diberikan Allah swt kepada para nabi.
Nabi Muhammad SAW bersabda:

 

{{الرُؤياَ الصَالِحة جزءٌ مِن ستة وأربعين جزء من النبوة}}

Terjemah:
Penglihatan orang sholih (Orang dalam tidur) salah satu dari empat puluh enam media nubuwah.
Mereka tidak akan bisa menyingkap ta’bir kecuali menghilangkan penutup mata hatinya. Oleh sebab itu tidak boleh mempercayai penglihatan orang (dalam tidur) kecuali bersih hatinya. Barang siapa banyak bohongnya maka tidak bisa dipercaya mimpinya. Barang siapa yang banyak kerusakan dan maksiatnya maka pekatlah hatinya. Orang-orang seperti ini akan bermimpi atas cerminan kemarahan dan kedengkian. Itu sebabnya Nabi Muhammad SAW menyuruh umatnya untuk thaharah ketika sebelum tidur. Hal ini mengisyaratkan selain thaharah badaniyah adalah thaharah batiniyah. Thaharah badaniyah hanya berstatus pelengkap, sedangkan subtansinya adalah thaharah batiniyah. Ketika batin manusia bersih maka terbukalah ketajaman mata batin dan mengetahui kejadian-kejadian yang belum terjadi. Hal ini seperti kasyaf-nya Nabi Muhammad SAW ketika memasuki Kota Makkah. Hal ini dijelaskan pada surah Al-Fatih ayat 27;

 

لَقَدْ صَدَقَ اللّٰهُ رَسُوْلَهُ الرُّءْيَا بِالْحَقِّ ۚ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ اٰمِنِيْنَۙ مُحَلِّقِيْنَ رُءُوْسَكُمْ وَمُقَصِّرِيْنَۙ لَا تَخَافُوْنَ ۗفَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوْا فَجَعَلَ مِنْ دُوْنِ ذٰلِكَ فَتْحًا قَرِيْبًا.

Terjemah;
Sungguh, Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti akan memasuki Masjidilharam, jika Allah menghendaki dalam keadaan aman, dengan menggundul rambut kepala dan memendekkannya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui dan selain itu Dia telah memberikan kemenangan yang dekat.
Mengetahui hal gaib dengan mimpi termasuk salah satu keajaiban-keajaiban Allah SWT yang ditampakkan. Beberapa mereka ada yang lalai dengan nikmat ini. Baik itu keajaiban yang bersifat ruhani atau indrawi. Mimpi ini menurut Al-Ghozali terbagi menjadi tiga hal;
1. Mimpi Aneh. Mimpi aneh ini ada mimpi yang campur aduk tidak bisa dinalar dan kejadiannya tidak bersandar secara ilmiah. Pendapat Zamahsari bahwa mimpi ini datang dari dorongan diri atau setan.
2. Mimpi was-was. Mimpi ini adalah mimpi yang terjadi ketika seorang didunia mempunyai harapan namun tidak tercapai, ia akan mewujudkannya dalam mimpi.
3. Mimpi kabar gembira dari Allah SWT. Mimpi ini seperti yang dijelaskan di atas. Mimpi orang-orang sholih.
Dalam hal ini (mimpi ketiga) cerita dari Al-Imam Syarafudin Muhammad Bushiri shohibul burdah. Al-Busyiri diberi gelar “Sayyidul Maddah” yang berarti pemimpin para pemuji Rasulullah SAW, sebab shalawat burdah karyanya dipandang sebagai puncak karya sastra dalam memuji Rasulullah. Lalu, bagaimana sejarah perjalanan Al-Busyiri ketika mengarang shalawat tersebut?
Asal muasal shalawat ditulis oleh Al-Busyiri, yakni ketika ia sedang menderita sakit lumpuh. Dia mengisi kekosongan waktunya dengan berharap ia mendapat syafaat Nabi Muhammad. Ia pun menulis sajak-sajak indah tentang Nabi Muhammmad SAW, yang saat ini sering kita lantunkan di kegiatan keagamaan seperti diba’an, muslimatan, dll.
Meskipun Al-Busyiri merupakan sastrawan dan penyair yang ulung, akan tetapi ia masih harus menghadapi berbagai rintangan dalam mengarang dan menyusun shalawat burdah. Suatu ketika saat Al-Busyiri mengarang shalawat burdah, sampai akhirnya dia harus berhenti di kalimat “Fa mablaghul ilmi fihi annahu basyarun.” Al-Busyiri sama sekali tak bisa melanjutkan penggalan kalimat syair yang dikarangnya. Hingga akhirnya dia bermimpi bertemu dengan Nabi. Dalam mimpinya ia membacakan syair yang ia buat untuk Nabi. Sampai pada kalimat “Fa mablaghul ilmi fihi annahu basyarun” dia terdiam dan tidak bisa melanjutkan. Kemudian Nabi bersabda “Bacalah.” Al-Busyiri pun menjawab bahwa ia tidak bisa melanjutkan potongan syair tersebut. Lalu, Nabi bersabda lagi “Wa annahu khairu khalqillahi kullihimi.” Al-Busyiri pun menambahkan lanjutan syair yang disabdakan Nabi pada karangannya. Setelah itu Nabi Muhammad melepas jubahnya, dan diselimutkan kepada tubuh Al-Busyiri. Nabi juga mengusap wajah Al-Busyiri. Saat itu pula Al-Busyiri terbangun, dilihatnya jubah pemberian Nabi menyelimuti tubuhnya. Dan dia sembuh dari penyakitnya. Dia juga mendapati potongan syair yang tak tuntas dikarangnya.
Bagian kedua dari qolbu adalah yaqdhah (Kesadaran). Pintu dari kesadaran ini melalui panca indera. Ketika seorang tidur maka tertutuplah pintu kesadaran ini lalu terbukalah akses gaib menuju alam malakut seperti yang dijelaskan sebelumnya.  Hal ini seperti cahaya yang jelas tidak membutuhkan takwil (Tafsir) dan terkadang ada yang membutuhkan takwil (tafsir) seperti mimpi. Menurut orang awam apa saja yang terjadi dalam dhohir itu adalah kejadian dhohir. Padahal yang dhohir ini tidak akan mampu tanpa batin. Seperti halnya jasad manusia adalah kendaraan yang disopir oleh ruh. Lalu apa jadinya mobil tanpa sopir? Kesadaran adalah pengetahuan utama walaupun dalam kesadaran manusia tidak bisa melihat alam malakut, tetapi kondisi dimana tidur dan sadar lebih utama-utamanya pengetahuan yang didapat dari pada dengan jalan panca indera. Hal ini masyhur pada cerita asal mula adzan. Ketika itu bilal diantara sadar dan tidur didatangi seseorang lalu mengajarinya adzan. Lalu bilal menceritakannya kepada Nabi Muhammad SAW dan Nabi meminta Bilal untuk menunjukan lafadz-lafadznya. Setelah itu Nabi Muhaamad memerintahkan Bilal untuk adzan. Sekali lagi, pengalaman spiritual ini tidak bisa dijajaki kecuali orang-orang sholih, auliya’ dan anbiya’ karena mereka menenggelamkan hati untuk-Nya. Wallahu’alam.
Ditulis oleh : Afrizal Nurali Syahputra, M.Pd (Wakil Ketua Dewan Pengurus Markaz PPTA)
Terjemah Kimiya’ Sa’adah Lil Imam Al-Ghozali #11