Penulis: Dr. K. Asmawi Mahfudz, M.Ag
Islam mengajarkan melalui al-Qur’an, Sunnah Nabi Saw. Bahwa manusia pada hari kiamat akan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Orang-orang yang ingkar kepada ajaran Allah dan Rasulullah akan dibalas sesuai dengan perbuatannya. Demikian juga sebaliknya orang-orang yang beriman dan ta’at akan dibalas sesuai amal perbuatannya. Kondisi atau keadaan balasan terhadap orang mukmin dan orang kafir dijelaskan dalam al-Qur’an sebagai berikut:
“Orang-orang kafir dibawa ke neraka jahannam dengan berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah para penjaganya”apakah belum pernah datang kepadamu Rasul-Rasul di antaramu yang membacakan ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan hari ini?”. Mereka menjawab “Benar telah datang”, tetapi telah berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang kafir.(71). Dikatakan kepada mereka”masukilah pintu-pintu neraka jahanam itu sedang kamu kekal di dalamnya”, maka neraka jahanam itulah seburuk buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri (72)”. (Khadim al-haramayn al-Syarifayn, Madinah:1413H, 756-757).
Ayat di atas dan sesudahnya merupakan perincian dan penjelasan dari ayat sebelumnya (al-Zumar:39,70) yang mengatakan bahwa setiap orang akan dibalas sesuai dengan perbuatannya. Maka dalam ayat 71 ini diperjelas bahwa orang-orang kafir dibawa ke neraka jahanam dengan berombong-rombongan. Dalam tafsir jalalain dikatakan bahwa maksud dengan rombongan di situ adalah golongan yang terpisah-pisah dan di bawa dengan cara yang kasar (bi ’anafin). (Al-Shawi al-Maliki, Beirut: 2002, III, 470-471). Maksudnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dibawa ke neraka bergerombol sesuai dengan dosa-dosa yang telah di lakukan. Bisa jadi golongan pencuri bersama pencuri, orang yang biasa berzina bersama golongan pezina, orang ynag minum khamr bersama peminum khamr dan seterusnya.
Kemudian ketika sudah sampai di neraka dibukakanlah pintu-pintu neraka itu, dan ditanyai tentang penjelasan ajaran kitab Allah yang di bawa oleh para Rasul, mereka mengakuinya dan telah mengabaikannya. Karena tidak akan bisa mereka menghindar dari hukum Allah di hari kiamat, yang didukung dengan bukti-bukti, saksi-saksi, baik berupa pengakuan anggota badan yang telah melakukan dosa maupun dengan lisan-lisan mereka.(Ibid).
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa nanti di hari kiamat kelak, orang-orang yang durhaka kepada Allah akan digiring menuju neraka dengan hina dan tersiksa, akibat dari keingkaran mereka kepada ajaran-ajaran Allah ketika di dunia. Berbalik dari orang-orang kafir adalah kondisi orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Akan di giring menuju surganya Allah dengan penuh kenikmatan dan kehormatan.
Ibn Katsir menyatakan ayat 71-72 dari surat al-Zumar itu menjelaskan tentang keadaan orang-orang kafir yang celaka. Ini tergambar dengan kondisi mereka yang digirng secara kasar, dibentak-bentak, ancaman menuju neraka. Pada ayat yang lain dikatakan ”Yawma Yud’awna ila Nari Jahannama Da’a”, artinya pada hari kiamat mereka diundang dengan undangan yang benar-benar keras. Sedangkan pada waktu itu mereka dalam keadaan yang sangat haus.(Ibn Katsir,  tt: IV, 64). Bahkan pada waktu itu sebagian dari mereka berjalan dengan wajahnya dalam keadaan bisu, tuli, buta (ibid). Ini menggambarkan bagaimana pedihnya siksa Allah di akhirat dan keadaan terhina yang akan diterima oleh orang-orang kafir.   Dijelaskan dalam ayat selanjutnya,
“ Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhannya dibawa ke surga dengan berombong-rombongan pula. Sehingga apabila mereka telah sampai di surga itu, sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka kepada penjaganya, “kesejahteraan dilimpahkan atasmu, berbahagialah kamu! maka msukilah surga ini sedang kamu kekal di dalamnya (73). Dan mereka mengucapkan segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janjinya kepada kami dan telah member kami tempat ini, sedang kami diperkenankan menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki”.Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal (74)”. (Khadim al-haramayn al-Syarifayn, Madinah:1413H, 756-757).
Sama dengan ahl neraka yang dibawa secara berombongan, orang-orang yang bertaqwa juga akan digiring ke surga dengan berombongan. Hanya saja para malaikat Allah penjaga surga menghormatinya layaknya tamu yang akan datang. Ini dijelaskan dalam tafsir Jalalayn yang mengatakan rombongan para ahli surga nanti akan diperlakukan dengan lemah lembut (bi luthfin). (Al-Shawi al-Maliki, Beirut: 2002, III, 471).
Maksud digiring menuju surga dengan “berombongan/Zumara” bagi orang-orang yang bertaqwa dalam ayat ke 73, menurut Ibn Katsir dilakukan dengan bergilir secara berkelompok ”jama’atan ba’da jama’atin”. Artinya dimulai dari kelompok atau golongannya orang-orang yang dekat kepada Allah (al-Muqarrabun), kemudian kelompok orang-orang baik (al-Abrar), dilanjutkan kelompok yang lain sesuai dengan golongan masing-masing. Misalnya golongan para Nabi, orang-orang jujur (al-Shidiqun), para syuhada’ dan seterusnya (Ibn Katsir, tt: IV, 65).
Perlakuan terhormat lagi  yang diterima oleh ahli surga adalah dibukakannya pintu sebelum mereka orang yang beriman/bertaqwa datang. Artinya penghormatan kepada penduduk surga itu dikarenakan penghormatan berupa kesenangan dan kenikmatan, yang berbeda dengan penduduk neraka bagi orang-orang kafir yang berupa penyiksaan. Dijelaskan pula bahwa orang-orang mukmin setelah melewati pengadilan Allah, Shirat al-Mustaqim, akan bertemu dengan Nabinya. Mulai dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad Saw. Sebagaimana bunyi Hadits Nabi Saw, “Ana Awalu Syafi’in fi al-Jannah”(aku orang yang pertama kali memberikan pertolongan di surga). Dalam redaksi imam Muslim dikatakan, “ Ana Awalu Man yaqra’u Bab al-Jannah” (Aku orang yang pertama kali mengetukkan pintu surga) (Ibn Katsir, tt: IV, 65).
Bentuk penghormatan lain adalah ungkapan salam yang diucapkan oleh para penjaga surge kepada calon penduduk surga, “semoga keselamatan akan selalu mneyertaimu dan kamu semua dalam keadaan bahagia” Kemudian dengan kehormatan yang diterima oleh penduduk surga, para penduduk surga merasa bersyukur, ternyata janji Allah memang betul, telah menempatkan orang-orang yang bertaqwa di surga, dan mereka dapat memilih tempat disurga sesuai yang mereka kehendaki. Dan itulah sebaik-baik bal;asan bagi orang-orang yang taat terhadap perintah-perintah Allah.
Dalam kondisi kenikmatan tersebut, para penduduk surga akan menyaksikan bagaimana para malaikat Allah berkeliling di sekitar Arsy, dan selalu membaca tasbih (pensucian kepada Allah) dan tahmid (pujian) kepada Allah. Sebagai penutup surat al-Zumar,yang artinya:
”Al-Qur’an menyatakan,”Dan kamu Muhammad akan meliahat malaikat-malaikat berlingkar disekeliling Arsy bertasbih sambil memeuji Tuhannya, dan diberi putusan diantara hamba-hamaba Allah dengan adildan diucapkan “segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”. (Khadim al-haramayn al-Syarifayn, Madinah:1413H, 756-757).
Bagi penduduk surga dapat melihat malaikat adalah kenikimatan yang luar biasa. Hal ini hanya dapat dilakukan bagi manusia-manusia yang ruhaniyah (jiwa) nya bersih. Kenapa di dunia tidak dapat melihat para malaikat Allah?. Jawabannya adalah Manusia ketika di dunia selalu kalah dengan nafsu atau syahwatnya, sehingga membuat kejiwaannya lemah dan terdapat hijab (penghalang) di hati mereka, yang akhirnya tidak dapat melihat muqarrabin (yang digiring menuju para malaikat yang dekat dan patuh kepada Allah). (Al-Shawi al-Maliki, Beirut: 2002, III, 471-472).
Dari beberapa keterangan di atas dapat dipahami perbedaan balasan antara orang-orang yang ta’at (bertakwa) dengan orang-orang durhaka (kafir). Orang-orang yang ingkar terhadap Allah dan Rasulullah digiring dan didatangkan ke neraka tempat penyiksaan mereka dengan keadaan terhina lagi kasar. Imam Khazin mengumpamakan layaknya seperti para tawanan yang digiring menuju penjara atau menuju tiang gantungan. (al-Khazin, Beirut:1976, III, 85). Sebaliknya orang-orang mukmin digirng dengan penuh kehormatan dan kemulyaan, dalam naungan keridlaan Allah Swt. Wa Allahu A’lamu bi al-Shawab.
 
Disampaikan di Majlis Ta’lim Tafsir Jalalayn dan Minhaj al-Abidin PP al-Kamal Kunir Wonodadi Blitar Jawa Timur, Jumat Malam Sabtu, 29 November 2012.
Tentang penulis: Beliau adalah Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar dan menjadi salah satu pengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung.