Oleh Kharis Mahmud, S.Ag*
Menjadi santri adalah sebuah pilihan dan juga nikmat yang amat berharga dalam diri seseorang, santri atau pelajar baru yang baru masuk pesantren pada umumnya akan mengalami sedikit masalah dengan proses adaptasi dengan lingkungan pesantren.
Orang tua sangat mengiginkan yang terbaik untuk anaknya, termasuk ketika orang tua telah sepakat untuk memasukan anaknya ke dalam pesantren, ketika semua sudah dipersiapka jauh-jauh hari agar anaknya kerasan dan betah di pesantren, tetapi yang namanya anak baru di pesantren,tetap saja tidak bisa lansung bisa menyesuaikan dengan kondisi system dan lingkungan pesantren.
Meskipun ada beberapa santri baru, yang bisa benar-benar langsung kerasan dan bahagia ketika hari-hari pertama masuk pesantren, tetapi itupun tidak dialami oleh kebanyakan santri baru. Dan hal-hal yang kadang membuat mereka tidak betah ketika awal masuk pesantren adalah seperti tidak punya teman, tidak ingin ditinggal oleh orang tua, bingung dan masih berusaha menyesuaikan dengan segala aktifitas di pesantren, teman se kamar masih sulit untuk berbaur dan bersosialisasi.
Nah, itulah yang biasanya akan dialami oleh santri baru ketika masuk ke pesantren, ketika tanda-tanda diatas dialami oleh santri baru, itu merupakan permasalahan inti dan setalah poin diatas diraskan olah santri baru, maka hal-hal dibawah ini juga akan otomatis mengiringi perasaan tidak kerasan mereka di pesantren. Permasalahan itu pastinya membuat walisantri tambah bingung maka apa yang harus dilakukan walisantri ????? Penulis punya sedikit TIPS untuk walisantri dalam memperjuangkan anaknya yaitu yang terkandung pada kata bahasa Jawa TITIP.
TI (YANG PERTAMA) = TEGA DAN IKHLAS.
Agar anak bisa sukses di pesantren, maka orangtua harus tega dan ikhlas melepas anaknya tumbuh dan berkembang di sana. Harus tega meninggalkan anaknya, meski sang anak menangis ketika ditinggal. Harus tega dan ikhlas melihat anaknya bersusah payah mengatasi segala urusannya sendiri meskipun sampai habis air matanya.
TI (YANG KEDUA) = TABAH DAN ISTIQAMAH
Agar proses pendidikan anak bisa berhasil di pondok, maka orangtua harus tabah menjalani semuanya dan tetap istiqamah (konsisten) dengan niatan itu. Artinya, janganlah mudah surut hanya karena rengekan atau keluhan dari sang anak. Tetaplah konsisten dengan niatan semula. Sebab, menuntut ilmu itu tidaklah mudah, apalagi bagi anak yang terpisah dari orangtua, pastilah banyak halangan dan rintangan yang dihadapi. Jika orangtua tidak tabah dan istiqamah dalam menjalaninya, sedikit saja rengekan dari anaknya, akan dengan mudah membuat mundur dan tidak lagi melanjutkan pendidikan yang sudah direncanakan. Kalau pun ada rengekan dari santri tentang pondoknya pahami masalahnya dan disikapi sebaik mungkin tanpa tergesah gesah.
P = PERCAYA
Dan semua itu dasarnya adalah percaya bahwa PONDOK tidak akan menyia-nyiakan anak didiknya. Dengan niat yang tulus, proses pendidikan akan dijalankan dengan baik. Keikhlasan yang menjadi prinsip utama pendidikan di situ, insya Allah akan mampu memberikan pendidikan yang baik bagi para santrinya. INTINYA PERCAYA !!!!
Mungkin itulah yang bisa saya bagikan. Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan referensi bagi calon santri baru, orang tua, wali santri yang memiliki niat mulia yaitu memasukan anaknya ke pondok pesantren, selamat mondok, Ayo Mondok.!! Semangat Mondok !!!! Pesantrenku Keren..!
*Mahasantri Ma’had Aly Ashabul Ma’arif Al-Kamal