Mengaji dan Mengabdi 17: Upaya Mempertahankan Tradisi dan Pengembangan

Pasca wafatnya Kyai Haji Mahmud Hamzah tahun 2008, keluarga merasa kehilangan figur panutan santri. Saya sebagai santri dan bagian dari keluarga merasa mempunyai beberapa keprihatinan. Pertama. Kematian seorang kyai atau ulama berimplikasi kepada dibawanya ilmu-ilmu Allah SWT dari kyai tersebut. Tak terkecuali ilmu-ilmu yang dimiliki oleh Yai Mahmud dibawa meninggal menghadap Allah SWT. Dengan dibawanya ilmu berarti berkuranglah ilmu-ilmu Allah SWT di muka bumi ini, dan belum tentu dapat diganti oleh generasi-generasi selanjutnya. Apalagi generasi-generasi penerus di Pondok Pesantren al-Kamal ini masih muda-muda yang harus banyak belajar kepada yang sepuh-sepuh. Terutama belajar dalam berjuang mensyiarkan dan mengajarkan agama Islam. Kita sebagai generasi penerus hanya biasa berikhtiyar, berusaha supaya peninggalan-peninggalan perjuangannya tetap bisa continue, berlanjut sebagaimana harapan, visi-misi para pendiri (muasis) pesantren. Para pendiri Pesantren al-Kamal ini pasti mempunyai harapan-harapan, cita-cita dalam mengembangkan lembaga ini. Sebagaimana Rasulullah SAW memegang risalah Islamiyah dari Allah SWT. Maka para pendiri ini juga meneruskan perjuangan Rasulullah SAW dalam rangka menyampaikan risalah Islamiyah di Desa Kunir dan sekitarnya. Ini sudah didawuhkan oleh Rasulullah SAW:

العلماء ورثة الانبياء

(Ulama itu pewaris Rasulullah)
Dalam redaksi yang lain didawuhkan:

العلماء امناءالرسل

(Ulama itu adalah orang yang menjadi kepercayaan Rasulullah)
Dari sini pertanyaannya adalah, siapa yang kemudian dapat menjalankan fungsi-fungsi keulamaan di Pondok Pesantren al-Kamal, pasca wafatnya Kyai Mahmud Hamzah. Satu hal yang menjadi catatan saya adalah meneruskan pengajian kitab-kitab kuning di Pesantren itu membutuhkan keberanian, artinya membutuhkan kualifikasi lahiriyah dan mental bathiniyah. Contohnya kitab-kitab yang dibaca oleh Yai Mahmud waktu itu adalah pengajian Ahad Wage dengan kitab Nashaih al-Ibad, pengajian malam sabtu kitab Tafsir Jalalayn Juz 17, pengajian pagi kitabnya fath al-qarib, ngaji dan musyawarah asatidz kitabnya Qawaid al-Lughah al-Arabiyah Juz I. Dari perjalanan menjadi badal dari Yai Mahmud ini awal mulanya bertujuan menjaga eksistensi-keistiqamahan, agar Pesantren al-Kamal ini tetap dapat  khidmah kepada umat Islam.
Keprihatinan kedua, pondok pesantren ini adalah sebuah lembaga sosial keagamaan berbasis wakaf keluarga yang seiring perjalanannya tidak hanya mengurusi dakwah keagamaan saja, tetapi juga sosial ekonomi, pendidikan umum, sosial politik, dan sebagainya. Akhirnya dalam pengelolaan juga memberdayakan potensi-potensi yang terkait dengan bidang garapan al-Kamal. Maka memilih figur yang dapat ngopeni lembaga-lembaga yang begitu luas harus melibatkan orang banyak yang mempunyai kepedulian dengan al-Kamal, baik latar belakang orang tersebut dari luar atau alumni atau internal keluarga sendiri. Maka kesulitan kompetensi inilah yang biasanya menjadi keprihatinan kita dalam mengelola lembaga-lembaga kita. Karena kesulitan mendapatkan solusi yang tepat, pengurus atau pengelola lembaga biasanya sekedar mencamtumkan nama-nama seseorang, yang penting terpenuhi sebuah struktur organisasi. Ini adalah murni keprihatinan saya berdasarkan pengabdian-pengabdian yang saya lakukan di berbagai lembaga, sebagaimana telah saya jelaskan di tema-tema sebelumnya.
Sebenarnya lembaga-lembaga sosial keagamaan dengan mengembangkan program-programnya ke dalam berbagai bidang pemberdayaan itu adalah sebuah kemajuan, tetapi kemajuan program ini tidak diimbangi dengan pemberdayaan sumber daya manusia terkait program baru. Sementara sumber daya manusia yang tersedia banyak berhubungan dengan bidang pendidikan dan keagamaan. Sekarang mungkin solusinya kita harus berbenah dengan tetap konsisten kepada program unggulan keagamaan saja atau berkiprah ke bidang-bidang yang lain. Kalau pilihan pertama yang kita pilih, maka kita tetap dengan program-program lama kita, tetapi kalau masalah yang kedua harus menyiapkan sumber daya manusia yang dapat menjalankan program-program baru.
Keprihatinan ketiga adalah lembaga pesantren ini seolah stagnan, jalan di tempat dengan apa yang sudah dihasilkan, belum ada inovasi baru yang sekira dapat menjadi ikon baru di pesantren. Maka Ketika saya mengabdi disini mempunyai ide, penguatan dan pengembangan kelembagaan pesantren dan program-programnya. Ada beberapa terobosan untuk menjawab keprihatinan yang ketiga ini, diantaranya adalah program Madrasah Diniyah Khusus (MDK). Madrasah Diniyah Khusus harus dibuka dalam rangka menjawab kegalauan pengelola-pengelola madrasah yang mendapatkan evaluasi penurunan kualitas dan kuantitas santri. Para santri al-Kamal tempo dahulu dari beberapa referensi yang saya dapatkan mempunyai standar kompetensi pemahaman kitab Kuning, bahasa Arab dan Inggris aktif, juga sukses dalam menempuh pendidikan madrasah formal di tingkatannya masing-masing, mulai Pendidikan Anak Usia Dini sampai santri-santri yang mengikuti pendidikan di Perguruan Tinggi di kampus-kampus sekitar Kunir Wonodadi Blitar.
Dengan membuka program Madrasah Diniyah Khusus akan menampung santri-santri yang telah menempuh Pendidikan dasar di al-Kamal dan pendidikan menengahnya juga masih tinggal. Akhirnya keberlanjutan pendidikan santri terjaga, jumlah santri akan stabil, ditambah dengan santri-santri lama ini lebih mampu untuk pemantapan pengajian keagamaannya di Madrasah Diniyah. Tentunya program kurikulum Madrasah Diniyah Khusus ini akan berbeda dengan madrasah yang regular. Misalnya dalam bidang nahwu sharaf dikuatkan dengan adanya pengajian Alfiyah Ibn Malik, dari sisi akhlaqnya mereka diberi materi pengajian Maw’idhatul Mukminin, dari sisi fiqihnya mereka mengaji Kifayat al-Akhyar, dari sisi kaidah fiqih mereka mengaji Mabadi Awaliyah, dari sisi ushul fiqih mereka mengaji al-Sulam, dari sisi taukhid, tafsir dan lain-lain.  Dari konsistensi para pengelola pesantren dan Madrasah diniyah alhamdulillah satu program MDK ini dapat menjawab keprihatinan mengabdi di Pesantren, yakni meningkatnya jumlah santri dan menjaga kualitas pemahaman kitab kuning dan bahasa.
Stabilitas jumlah santri dan kualitas ilmu ini berimplikasi kepada meringankan beban pengelolaan Pesantren, terutama biaya operasional program dan kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan finansial untuk biaya operasional pesantren, tempo dulu dengan sekarang sudah berbeda. Misalnya kebutuhan listrik pesantren, yang menjadi sumber energi kegiatan sehari-hari membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Karena semua aktivitas pesantren menggunakan listrik. Mulai dari mandi santri, penerangan, mencuci, memasak, administrasi pesantren dan sebagainya. Kalau santri dahulu tingkat pembiayaan listriknya belum banyak, mungkin hanya sekedar penerangan, sementara mandi dan memasak dilakukan dengan konsep-konsep kehidupan tradisional yang alami. Pesantren dan madrasah sekarang semua programnya hampir menggunakan bantuan listrik sebagai penopangnya. Inipun sekarang sudah ada perubahan perilaku dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memaksa santri harus melek tentang ini. Misalnya jaringan internet sudah menjadi kebutuhan pelayanan di pesantren.
Untuk itu beberapa keprihatinan diatas harus dapat diselesaikan oleh kader-kader pejuang dari para pengabdi Pesantren dengan melakukan inovasi-inovasi kreatif sambil menjaga program-program yang sudah ada, dikreasikan, supaya dapat eksis, istiqamah dan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan kekinian. Karena kalau hanya bertahan dengan apa yang sudah ada, bisa jadi kita akan ketinggalan oleh dinamika perkembangan dunia yang kita huni sekarang ini yang begitu cepat mengalami perubahan, perkembangan akibat dari kecerdasan-kecerdasan manusia modern. Madrasah Diniyah Khusus ini adalah sebagai contoh ide kreatif dalam rangka mengikuti perubahan-perubahan, menjawab tantangan-tantangan, dan memberikan solusi dari problematika mengelola madrasah diniyah. Dan mungkin sekarang pun para pengelola pesantren dan Madrasah juga harus mempunyai kreatifitas lagi dengan situasi dan kondisi saat ini. Kita sebagai pengabdi dibebani untuk selalu berpikir kreatif untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan dan tantangan-tantangan itu. Semoga selalu mendapatkan pertolongan dan hidayah Allah SWT.

Tags : 

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *