Ngaji dan Ngabdi 95: Selamat Hari Santri Nasional 2023 Membaca Kontribusi Santri Untuk Negeri

وَما كانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

(Artinya: Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah: 122)
Jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, Banyak dikenal para kyai kita memberikan kontribusi memperjuangkan umat, baik dalam lingkup Nasional maupun International. Di dunia Muslim International bisa dikenal KH. Nawawi Banten, KH. Yasin al-Padani, KH. Abd Rauf, KH. Mahfudh Turmusi. KH. Ihsan Janpes, juga kyai-kyai lain Nusantara yang berkiprak ditanah suci.  Di dalam negeri para kyai lebih banyak sekali yang kiprah memikirkan umat dalam bidang kehidupan muslim. Misalnya yang kita tahu adalah ulama-ulama pendiri pesantren yang memperjuangkan Islam lewat jalur Pendidikan. Misalnya Pendiri PP Lirboyo kediri KH. Abduil Karim, Pendiri PP Sarang Rembang, Pendiri PP Sidogiri, PP Sukorejo Situbondo, PP Langitan Tuban, PP TebuIreng, PP Tambak Beras, PP Rejoso, PP Ploso, PP. Denanyar, PP Gontor Ponorogo, PP al-Kamal Blitar dan sebagainya. Para kyai pendiri Pesantren ini berjuang mengajarkan agama dengan mendirikan pesantren, yang sampai sekearang terbukti masih istiqamah, sumrambah, berkah, memberikan kontribusi kepada negeri ini dengan mencetak kader-kader ulama Nusantara.
 Pada saat kemerdekaan para Ulama berijtihad politik tentang presiden yang memimpin Republik ini, dengan istilah Ushul Fiqih “Waliyul Amri Dharuri bi al-Syawkah”. Dengan adanya ijtihad inilah Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno secara agama mendapatkan legitimasi ajaran Islam. Sehingga dengan legitimasi agama kepada Presiden, berimplikasi kepada seluruh pejabat yang ada dibawahnya. Misalnya para penghulu menjadi pejabat yang sah untuk mewakili pemerintah menikahkan umat, para amil zakat juga dapat melaksanakan tugasnya sebagai pengelola zakat dan pelaksanaan ajaran agama yang lain.
  Pada Awal Kemerdekaan, para santri yang dipimpin oleh KH. Hasyim Asyari mempertahankan kemerdekaan dengan berjuang menghadapi para penjajah yang akan memasuki wilayah NKRI kembali. Ketika itu kita mengenal KH Mahrus Ali Kediri, KH. Abdullah Abbas Jawa barat, dengan para kyai yang lain, bersatu mengusir penjajah dari kota pahlawan Surabaya yang kemudian munculah ijtihad politik dari kyai yang disebut dengan Resolusi Jihad. Dengan resolusi jihad ini akhirnya kemerdekaan tetap dapat dipertahankan, bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dengan segala potensinya dapat dikelola oleh bangsa ini tanpa diintervensi oleh bangsa yang lain. Mandiri dalam mengelola Pendidikan, ekonomi, politik, budaya, kewilayahan, keagamaan dan bidang-bidang lainnya.
 Pada abad itu pula para kyai menyelesaikan problem-problem social di Nusantara, para kyai berusaha membentengi akidah umat Islam, maka sekira ada sesuatu yang tidak relevan dengan prinsip-prinsip pelaksanaan ajaran Islam ahl sunnah maka para ulama akan berusaha meluruskannya. Misalnya pada awal abad 20, Ulama Indonesia mengirim delegasi Nahdlatul Ulama yang di pimpin KH Wahab Hasbullah untuk diplomasi kepada pemerintah Srab Saudi tentang beberapa tempat suci di haram, yang akan dilakukan pembongkaran. Maka atas diplomasi para kyai itu akhirnya tempat suci, makam Nabi tidak jadi untuk dilakukan pembongkaran.
 Seiring dengan kemerdekaan negeri ini, para Kyai terus perhatian terhadap umat ini dengan meletakkan dasar-dasar kehidupan bernegara. Di antaranya dengan merumuskan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 sebagai aturan asasi bangsa Indonesia. KH Wahid Hasyim adalah salah satu ulama yang saat itu bergabung untuk merumuskannya. Berkat Pancasila dan UUD kehidupan bernegara Indonesia dapat kita nikmati sampai sekarang. Sebuah bangsa dengan jumlah penduduk yang heterogen, sisi kewilayahan yang berbentuk kepulauan, masyarakatnya majmuk dari berbagai suku, ras, agama. Tidak mudah bagi para tokoh kemerdekaan dapat merumuskan dasar-dasar bernegara. Maka, sekarang kita tinggal mengamalkan dan mensyukurinya dengan cara mengisi, membangun bangsa ini sesuai cita-cita pendiri bangsa ini.
 Kontribusi lain dalam menjalankan pemerintahan di negeri ini untuk urusan agama diserahkan kepada para santri. Di antara para pemimpin kementrian agama yaitu HM Rasyidi, KH. Fathurahman Kafrawi, KH Masykur, KH Wahid Hasyim, KH Faqih Ustman, KH Wahid Wahab, KH. Muahamad Ilyas, KH Syaifudin Zahri, KH Ahmad Dahlan, Prof. Mukti Ali, H. Alamsyah Prawiranegara, H. Munawir Sydali, H. Tarmidhi Tahir, Prof. H. Qurays Syihab, H. Malik Fajar, KH Talhah Hasan, KH. Sayid Aqil Muawar, H. Maftuh Basuni, H. Suryadarma Ali, H. Lukman Hakim Syaifudin, H. Fathurazi, KH. Yaqut Cholil Qaumas. Para Menteri inilah yang telah mengkoordinasikan meminpin jalannya kehidupan beragama di Nusantara yang semakin hari semakin menarik untuk dinikmati, dikaji, diteliti. Apalagi dalam kementrian Agama tidak hanya ngurusi wilayah social kegamaan saja, tetapi di dalamnya banyak Lembaga Pendidikan Islam mulai Pendidikan anak usia dini sampai program doctor. Artinya Lementrian Agama semakin hari semakin berperan dalam membangun bangsa ini menjadi bangsa yang maju, berperadaban, dalam bahasa al-Qur’an baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
 Diskusi tentang dasar negara pada awal kemerdekaan memang tidak pernah berhenti, sebagian menerima,  sebagian kurang bisa menerima sesuai dengan argumentasinya masing-masing. KH. Ahmad Shiddiq dari Jember yang saat itu menjadi Rais Am NU, memberikan penjelasan adanya keterkaitan antara Pancasila dan ajaran Islam. Dengan penerimaan NU terhadap pancasila sebagai dasar bernegara dan berbangsa akhirnya Pancasila sebagai aturan tertinggi dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara dapat diterima oleh mayoritas bangsa Indonesia. Juga pemikiran Kyai Ahmad Shidiq tentang ukhuwah wathaniyah, Ukhuwah basyariyah dan Ukhuwah Islamiyah, dijadikan rujukan dalam kehidupan umat islam sehari-hari. Apalagi saat itu adalah abad 20, yang disimbolkan dengan modernisasi semua aspek termasuk di dalamnya adalah dalam pemikiran Islam. Maka pemikiran Kyai Ahmad Shidiq yang moderat dari sisi keislaman dan keindonesiaan akhirnya menemukan momentumnya saat itu dalam mengembangkan hubungan antara islam dan sesama muslim, antara muslim dan non muslim, antara sesama manusia pada umumnya.
 Pemahaman agama Islam sebagaimana yang dikonsepsikan oleh KH Ahmad Shidiq itupun juga dikembangkan oleh Kyai-kyai selanjutnya di antaranya adalah KH. Thohir Widjaya menginisiasi Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila (YABMP) bersama pemerintah saat itu. Sebuah Yayasan yang menjalankan program-program pengamalan Pancasila dalam perpektif social dan kegamaan. Dari Yayasan ini telah dibangun masjid tempat ibadah umat muslim yang khas keindonesiaan, sebagai miniatur Indonesia, Pancasila dalam kontruksi sebuah bangunan. Dilihat dari sisi jumlahnya mungkin sudah ribuan masjid, karena hampir di tiap kecamatan dipulau Jawa ini telah dibangun masjid Yabmp,
 Dialektika islam dan keindonesiaan juga digagas santri dan kyai NU yaitu KH. Ali Yafi. KH. Sahal Mahfud, KH. Abdurahman Wahid. Para kyai ini menggagas Islam yang dimaknai secara substantif bukan Islam normative. Maka dalam sebutan Kyai Sahal disebut dengan Fiqih sosial, menurut Gusdur disebut dengan membumikan Islam. Maknanya memahami islam subtantif adalah ajaran Islam tidak perlu diformalisasikan dalam kehiodupan formal berbangsa dan bernegara, tetapi Islam diamalkan dalam kehidupan pribadi muslim masing-masing. Dengan kondisi sosiologis Masyarakat muslim Indonesia yang majmu’, formalisasi Islam hanya akan bertabrakan dengan kelompok agama yang lain, tetapi dengan islam substantif, tanpa difromalkan akan bisa bersosialisasi dengan berbagai elemen bangsa Indonesia.
 Diskusi Fiqih social atau membumikan islam dari para kyai di atas dilanjutkan dengan ide Islam Nusantara. Yakni Islam yang telah berinteraksi, dipraktikkan di Nusantara sejak masa Kerajaan, para wali songo hingga sekarang. Baik ajaran Islam yang sifatnya formal, normative yang sudah diatur dalam berbagai regulasi yang ada di Indonesia maupun yang sifatnya kultural. Misalnya tata cara hajinya orang Indonesia, praktik munakahahnya, seni budaya muslim, ajaran tentang kepemimpinan muslim Indonesia, ajaran tentang menutup aurat sesuai dengan keindonesiaan, tentang kewarisan islam Indoensia dan sebagainya.
 Ide-ide tentang islam Nusanatara yang digagas oleh para kyai akhirnya ditindak lanjuti lagi yang lebih luas cakupannya, yakfi tentang “fiqih peradaban”. Yakni sebuah fiqih yang memang dipraktikkan di dunia muslim sehingga memberikan kontribusi membangun peradaban Dunia. Ide tentang fiqih peradaban ini telah disosialisasikan oleh nahdhatul Ulama diberbagai jenjang kepengurusan Nahdlatul Ulama dan ribuan Pondok Pesantren. Materi-materi gagasan fiqih peradaban adalah hubungan fiqih dengan kehidupan negara bangsa modern. Dalam hal ini misalnya diintrodusir Kembali tentang Pancasila sebagai dasar negara diberi legalitras theologis dari sisi fiqih siyasah.
 Juga Tentang hubungan muslim dan non muslim, kalau dahulu diskursus yang berkembang adalah terminology kebencian, maka dalam fiqih peradaban dikonsepsikan sebuah fiqih yang memang memuat hubungan antara agama satu dengan yang lain, dengan tetab hidup damai, bersaudara bersama-sama. Selanjutnya adalah melihat oragisasi dunia perserikatan bangsa-bangsa (PBB). Oraganisasi ini adalah organisasi perserikatan seluruh negara. Maka produk-produk aturan yang dikeluarkan oleh PBB harus dikaji dalam kacamata syariat Islam. Atau kalau mungkin Piagam PBB juga dapat dijadikan sebagai rujukan dalam pelaksanaan syariat Islam.
 Paparan kronoligs itu hanya sekilas perjalanan santri dalam membangun negeri, inipun juga masih Sebagian kecil yang dapat dipaparkan. Masih banyak lagi kontribusi santri dalam melaksanakan tugas sebagai pembawa “risalah Islamiyah” di muka bumi ini, baik dalam wilayah politik, ekonomi, budaya, Pendidikan, seni dan sebagainya. Semoga para santri abad generasi Z ini terus  beramal shalih, berkarya memberikan kontribusi demi terciptanya masyarakat, umat yang taat kepada Allah, bermanfaat kepada sesama, dan memberikan Rahmat seluruh alam. Amiiin.  Wa Allahu A’lamu bi alshawab. Selamat Hari Santri Nasional  2023.
Oleh : Asmawi Mahfudz (Khadim PP al-Kamal Blitar dan UIN Sayyid Ali Rahmatullah)

Tags :

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *