Kimiya’ Sa’adah Lil Imam Al-Ghozali #9 Apakah Bentuk Manusia Mengikuti Maknanya?

Ketahuilah, bahwa bentuk maknawi/asli manusia itu tersamarkan dan tersimpat pada wujud adami (wujud manusia), dan kelak akan tersingkap baginya wujud-wujud maknawinya. Terkadang dunia, manusia bersifat seperti sifat-sifat hewan, setan dan malaikat. Oleh sebab itu bentuk maknawi manusia sebenarnya (baik-buruk) tergambar pada sifat-sifatnya bukan pada rupawan seorang manusia. Allah SWT Menjelaskan dalam firmannya pada surat Al-‘Araf ayat 179:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ.

Terjemah:
Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. (Al-‘Araf 179).
Firman Allah SWT pada surat Al-A’raf 176:

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنٰهُ بِهَا وَلٰكِنَّهٗٓ اَخْلَدَ اِلَى الْاَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوٰىهُۚ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ الْكَلْبِۚ اِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ اَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْۗ ذٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ.

Terjemah:
Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)-nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir. (Al-A’raf 176).
Oleh karena itu, kelak bentuk-bentuk akan muncul dalam wujud maknawinya.
Seseorang yang dikuasai oleh amarah maka kelak diakhirat perwujudannya adalah anjing. Mengapa demikian? Karena dimasa hidupnya dia bersifat seperti sifatnya anjing. Begitupula orang yang dikuasai oleh syahwat diserupakan dengan babi. Kelak di akhirat dia akan berwujud seperti babi. Mengapa? Karena seperti yang telah kita ketahui, bahwa babi secara tabiatnya menyukai kotoran-kotoran, bertempat tinggal di sana bahkan memakan kotoran itu, sedangkan syahwat selalu condong dan bersandar pada perilaku kotor.
Seseorang yang tertidur hanya akan melihat sesuatu yang ada dalam batinnya. Jika batinnya didominasi oleh sifat baik dan kejernihan maka dia akan bermimpi dengan mimpi-mimpi yang baik. Sebaliknya, jika hati seseorang gelap gulita maka mimpinya akan carut marut tidak karuan. Oleh karena itu, para sufi (Darwis) menaruh perhatian besar pada mimpi. Mimpi bagi sufi (Darwis) adalah cermin yang bisa menyingkap kesalahan-kesalahan di masa lampau dan sekarang. Terkadang mereka menjadikannya kriteria mengetahui keadaan-keadaan batin diri mereka. Kemana ia sudah berlabuh? Pada maqam apa ia sekang? Lalu mereka membenahi kekurangan-kekurangannya.
Jika kita sudah mengetahui bahwa didalam diri manusia ada empat perilaku (Hewan ternak, buas, setan dan malaikat) maka kita harus mawas diri dengan semua pergerakan kita yang antara lain meliputi; dhohir, batin, perkataan dan perbuatan sehingga dengan pertolongan Allah SWT dan rasulnya kita dijadikan mempunyai akhlaq seperti malaikat. Dinukil dari Ihya’ bahwa seseorang harus mengawasi dirinya dengan perilaku ketika cinta (Nafsu) pada sesuatu sampai seseorang berhenti untuk menyukainya. Karena kecintaan (Nafsu) akan melahirkan tekad dan tekad akan melahirkan tindakan lalu tindakan yang didasari hawa nafsu akan membawa kehancuran dan kebinasaan.
Sifat-sifat yang ada dalam diri manusia akan terbawa sampai hari kiamat. Jika seseorang berhati mulia maka dia secara hakikat sedang menabur kebaikan. Jika seseorang tidak berhati jernih maka dia akan menabur benih kesengsaraan.
Manusia selalu dan tidak dipisahkan dari pergerakan dan diam. Hatinya seperti kaca. Akhlaq buruknya seperti asap yang mengepul sehingga menjadikan pekat. Asap pekat tadi akan menghalangi menuju jalan kebahagiaan. Akhlaq mulianya seperti cahaya dan lentera yang mengantarkannya pada jalan kebahagiaan. Seperti yang didawuhkan Nabi Muhammad SAW
“Ikutilah perbuatan buruk dengan kebaikan sehingga menghapusnya”.
Hati adakalanya bercahaya dan gelap gulita. Dan seseorang tidak akan selamat kecuali dia yang dikarunia Allah SWT hati yang selamat dari semua keburukan.
Ditulis oleh : Afrizal Nurali Syahputra, M.Pd. (Wakil Ketua Pengurus Pussat PPTA)
Terjemah Kimiya’ Sa’adah Lil Imam Al-Ghozali

Tags :

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *