Tradisi Akademik Santri di Kampus Dakwah dan Peradaban

Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung adalah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, sebuah kampus sebagai tempat belajar agama dan ilmu-ilmu lainnya yang didirikan oleh para kyai-ulama Tulungagung dan sekitarnya untuk mewadahi para santri belajar. Sebagai perguruan tinggi, kampus ini menjalankan tugas-tugas transformasi ilmu pengetahuan agama, baik dari sisi teoritis, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat. Dilihat dari sisi pelaku sejarah atau pendiri universitas yang dilakukan oleh para kyai, karakteristik santri di dalam kampus ini melekat dalam aktivitas kampus sehari-hari.
Di antara tradisi santri di kampus ini adalah membangun hubungan yang baik dengan para ulama-kyai, menjaga sifat-sifat keulamaan dalam civitas akademik, simbol masjid besar sesuai dengan besarnya lembaga, kegiatan pengajian agama yang secara rutin berjalan, peringatan hari besar Islam, tradisi ziyarah, dan kegiatan formal keulamaan-kesantrian lainnya, termasuk hari santri nasional.
Sudah diketahui bersama bahwa misi keulamaan adalah misi kenabian, sebagai agen transformasi ilmu-ilmu agama, menyampaikan risalah Islamiyah. Sebagaimana disampaikan Rasul, al-Ulama Waratsat al-Anbiya’, para ulama adalah pewaris para nabi. Artinya, misi-misi keulamaan dalam memperjuangkan agama Islam selalu dipegang oleh civitas akademika universitas.
Misalnya, kurikulum utama adalah ilmu-ilmu pokok agama Islam (ushul al-din), Al-Qur’an, Hadits, Teologi, dan Tarikh Hadlarah Islamiyah, yang menjadi landasan dasar universitas dalam menjalankan transformasi ilmu pengetahuan. Sebagaimana ulama-ulama zaman klasik, mulai zaman sahabat sampai Wali Songo, dalam misi dakwahnya selalu mengajarkan ajaran-ajaran pokok keislaman, Aqidah, Al-Qur’an, Hadits, dan sebagainya.
Dalam konteks di Nusantara, dapat dipelajari jamaah semaan al-Qur’an, majlis yasinan, pengajian al-Qur’an di mushola-mushola sebagai misi utama ulama dalam menanamkan akidah, cinta kepada kitab suci, syukur-syukur dilaksanakan pengajian tafsir dan pengamalannya di masyarakat. Sampai saat ini, di kampus UIN SATU selalu dijalankan semaan al-Qur’an, melantunkan ayat-ayat Allah meneruskan tradisi ulama dalam menanamkan cinta kepada Al-Qur’an dan ajaran risalah kenabian Nabi Muhammad SAW.
Di samping sebagai sebuah wadhifah spiritualitas, jamiyah-jamiyah yang ada di kampus juga sebagai sarana kaderisasi ulama. Mengingat para dosen juga merupakan para kyai, alumni pesantren, yang perlu difasilitasi dalam mengajarkan ajaran keulamaannya. Ini penting bagi seorang pengajar dalam menjalankan kontinuitas perjuangan santri yang semakin hari menemukan momentumnya, yang harus dilakukan dengan revitalisasi kader-kader ulama.
Salah satu fungsi Perguruan Tinggi Islam, dalam hal ini UIN SATU, adalah mencetak kader-kader ulama yang dapat meneruskan misi perjuangan Rasulullah SAW dan para ulama. Ini dapat dibuktikan melalui penelitian terhadap alumni-alumni STAIN, IAIN, dan UIN SATU yang telah berkiprah menjalankan misi dakwah kampus dan melakukan transformasi ilmu di masyarakatnya masing-masing. Misalnya, ada yang menjadi modin, naib, hakim, guru, kepala sekolah, dosen, perangkat desa, kepala daerah, politisi, pengusaha, entrepreneur, jaksa, polisi, anggota DPR, tentara, atau profesional lainnya. Apapun bagian hidup mereka, dakwah-dakwah dari misi kampus almamaternya akan selalu menjadi bagian dari Islamic religiosity, keagamaan Islam.
Misi kampus dalam menghasilkan ulama menjadi semakin penting dalam konteks kekinian, seiring dengan pengembangan kelembagaan ilmu pengetahuan dalam bentuk universitas. Artinya, semua kader UIN SATU harus menampilkan diri sebagai seorang santri yang menebarkan nilai-nilai universal ilmu, khususnya ilmu-ilmu keislaman.
Satu hal penting sebagai lembaga penghasil ulama, di kampus UIN SATU masih tetap memegang teguh kajian-kajian kitab kuning (kutub al-shafra’), di fakultas, di pusat kajian, di perpustakaan, di pascasarjana, di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, serta unit-unit kegiatan mahasiswa.
Kajian kitab kuning sebagai wahana pendidikan yang menjaga historisitas ilmu, ketersambungan ilmu, ittashal al-sanad, terutama ilmu-ilmu agama Islam, yang notabene dikembangkan oleh ulama-ulama abad pertengahan dengan berbagai karya kitab kuningnya. Ini dapat dibuktikan dengan masih maraknya tradisi santri dalam bentuk kajian kitab kuning, terutama kitab-kitab yang biasa dipelajari di pesantren-pesantren Nusantara, mulai dari kitab fiqih, filsafat, akidah, akhlak, kebudayaan, bahkan sastra-sastra Arab modern, dengan panduan dosen-dosen dari alumni Timur Tengah, Yaman, atau pesantren Indonesia.
Pernah pada suatu momen tertentu, penulis membuka pengajian Risalah Ahl Sunnah, kitab Bidayah al-Hidayah Al-Ghazali, kitab Ihya’ Ulum al-Din, dalam tiga majlis pengajian itu, antusiasme mahasiswa dan peserta kajian kitab kuning begitu kuatnya. Artinya, iklim akademik dalam bidang pembelajaran kitab turats di UIN SATU sangat kuat, terutama jika kajian itu menghadirkan akademisi dengan ketokohan yang kuat.
Dengan kuatnya budaya akademik santri ini, kampus sejak awal kemudian mencanangkan program ma’had, asrama mahasiswa dengan tradisi kepesantrenan. Mahasiswa yang tinggal di Ma’had al-Jami’ah dapat melakukan kajian-kajian kitab dan ibadah secara kualitatif dengan dibiayai oleh negara.
Memang Pesantren Mahasiswa yang ada di UIN SATU masih terbatas untuk santri putri, tetapi dengan semakin berkembangnya kampus, lembaga-lembaga pesantren di sekitar kampus juga tumbuh dengan pesat, mulai dari pesantren fiqih, pesantren al-Qur’an, pesantren nahwu sharaf, atau pesantren dengan kekhususan kepada praktik sufisme atau dalam kata lain thariqah al-mu’tabarah.
Iklim kepesantrenan di kampus dan sekitarnya merupakan sebuah ikhtiar untuk memperkuat program kaderisasi santri yang kemudian berlanjut menjadi kader ulama-kyai. Hanya saja, hal ini perlu terus disokong oleh semua pihak supaya pesantren-pesantren di sekitar UIN semakin hari semakin berkembang dan akhirnya dapat mewujudkan cita-cita kyai zaman dulu, yang berharap dapat mencetak ulama-ulama penerus.
Kegiatan akademik santri sebagai bagian misi ulama adalah diselenggarakannya madrasah diniyah di kampus UIN SATU, mulai tingkat dasar, menengah, atau madrasah bagi lulusan-lulusan pesantren yang sudah mapan dalam pemahaman keagamaannya. Diajar oleh alumni Lirboyo dan pesantren sekitar kampus di bawah koordinasi Lembaga Pendidikan Nahdlatul Ulama.
Madrasah diniyah di kampus ini seolah menjadi hal unik, mengingat kajian kitab kuning yang dijalankan dalam rangka menjembatani para alumni pesantren atau sekolah keagamaan yang relatif mampu dalam ilmu agamanya dengan mahasiswa alumni sekolah umum yang dalam kategori akademik ilmu agamanya perlu dikuatkan, baik baca Al-Qur’annya, ilmu bahasa Arab, nahwu sharaf, khazanah fiqih, gramatika Arab, dan kitab-kitab kuning lainnya.
Program madrasah diniyah di kampus ini menjadi sebuah kekuatan akademik yang seiring dengan perkuliahan reguler yang sudah dijalankan. Tetapi dengan dukungan pimpinan UIN SATU, tokoh masyarakat, semangat para guru madrasah, dan mahasiswanya, program madrasah diniyah yang dimotori oleh ma’had ini tak ubahnya dengan madrasah diniyah di pesantren-pesantren salaf.
Mereka kajian kitab kuning, pakaian kebesarannya memakai sarung dan berkopyah, terdengar suara lalaran-lalaran pelajaran, pembacaan makna gandol-pegon oleh para asatidz, tradisi penugasan dan sanksi berdiri bagi yang tidak hafal, juga dilakukan evaluasi tamrinat dan ditutup dengan haflah tasyakur untuk menutup tahun pelajaran.
Banyak tradisi santri yang telah dilakukan oleh Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, baik dalam hal transformasi ilmu pengetahuan santri, proses pendidikan santri, kaderisasi ulama, memegang turats, simbolisasi identitas santri, sebagai refleksi dari misi kampus yang menjalankan gerakan dakwah, dan harapannya memberikan kontribusi peradaban kepada umat manusia yang rahmatan lil alamin. Wa Allahu A’lam!
Penulis: Dr. KH. Asmawi, M.Ag., Pengajar di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, dan Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Blitar
Sumber: https://uinsatu.ac.id/kolom-akademisi/tradisi-akademik-santri-di-kampus-dakwah-dan-peradaban/

Tags :

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *