Penulis: Ust. Dr. K. Asmawi Mahfudz, M.Ag
16. Yaitu hari ketika mereka keluar (dari kubur), tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi dari Allah. (Lalu Allah berfirman) “kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?”. Kepunyaan Allah yang maha Esa lagi yang maha mengalahkan.
17. Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya.
18. Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (yaitu hari kiamat) ketika hati menyesak sampai dikerokongan dengan memakan kesedihan. Orang-orang yang dzalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak pula mempunyai seseorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya.
19. Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.
20. Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya Allah dialah yang maha mendengar lagi maha melihat. (Khadim al-Haramayn, Jeddah: 1971, 761-762).
Ayat ini kelanjutan dari ayat-ayat sebelumnya dari surat al-Mukmin yang memerintahkan untuk menyembah Allah tanpa ada kemusyrikan sama sekali terhadap Allah Swt. Karena Tuhan yang Maha Esa, Allah Swt hanya satu-satunya sesembahan yang wajib dan patut disembah dengan kebesaran dan kekuasaannya. Di antara kebesaran dan keagungan Allah adalah diutusnya Malaikat Jibril (Yulqi al-Ruh) untuk memberikan wahyu kepada Rasul-Rasulnya, supaya para Rasul itu memberikan peringatan kepada makhluq Allah tentang hari kiamat, hari pembalasan semua makhluq Allah.
Dijelaskan pada ayat 16 di atas bahwa pada hari kiamat nanti, semua manusia akan bangkit dari kuburnya dalam keadaan terbuka dan nyata tanpa ada tutup yang dapat menyembunyikan keadaan mereka dihadapan Allah. Ayat ini merupakan jawaban dari orang-orang kafir tatkala di dunia menyangka bahwa, seandainya mereka membuat benteng tinggi, maka Allah tidak akan melihatnya (al-Shawi, Beirut: 2002, IV, 6). Maka pada hari kiamat nanti, mereka akan membuktikan kesalahan dari prasangka mereka, bahwa tidak ada yang dapat menyembunyikan sesuatupun dari Allah swt. Untuk itu pada hari kiamat tersebut, setelah terbukti semua kekuasaan Allah, Dia berfirman,”kepunyaan siapakah kerajaan ini” Kemudian Allah menjawabnya sendiri bahwa kekuaasan itu hanya milik Allah, dzat yang maha Esa lagi maha mengalahkan semua makhluqnya.
Pada hari kiamat Allah akan membalas setiap jiwa atas apa yang telah diperbuatnya ketika di dunia. Balasan Allah kepada semua makhluqnya tanpa ada kedzaliman sedikitpun. Juga pengadilan dan penghitungan Amal oleh Allah dilakukan dengan sangat cepat. Kecepatan penghitungan amal Allah terhadap semua makhluqnya diprediksi oleh tafsir Jalalayn selama separoh hari saja, jika dibandingkan dengan hari dunia ini. (Ibid).
Keadaan hari kiamat yang demikian beratnya itu, maka al-Qur’an memberikan penjelasan tentang perintah Allah kepada Muhammad supaya memperingatkan manusia tentang sudah dekatnya hari kiamat. Diperumpamakan oleh Al-Qur’an, “Kiamat itu sudah dekat layaknya seorang yang menahan kesedihan ditenggorokannya, pada saat tertentu pasti akan tertelan”. Pada hari kiamat tidak ada lagi teman akrab yang dapat menemaninya, atau para penolong yang dapat diterima pertolongannya.
Kekuasaan Allah lagi yang dibuktikan oleh al-Qur’an adalah Allah maha mengetahui tentang pengkhianatan mata (Khainat al-A’yun) tatkala mata manusia melihat sesuatu yang diharamkan. Juga Allah maha mengetahui segala sesuatu yang disembunyikan oleh hati manusia. Artinya seorang laki-laki tatkala tidak ada orang lain bersamanya, dia melihat seorang perempuan cantik yang diharamkan untuknya, tetapi giliran ada yang mengawasinya, maka dia memalingkan penglihatan tersebut. Untuk itu dalam ayat 19 di atas ditutup dengan kemaha melihatnya Allah terhadap semua amal perbuatan, baik ibadah tersebut berupa amal baik ataupun sesuatu yang dilarang oleh Allah. Semua tidak lepas dari penglihatan Allah yang akan diperhitungkan di hari kiamat. (al-Shawi, IV, 6).
Penghitungan Amal di hari kiamat nanti diputusklan oleh Allah dengan adil dan benar, sedangkan para berhala, sembahan-sembahan yang dipertuhankan oleh orang-orang musyrik tidak akan mampu untuk memberikan keputusan, karena memang Dia bukan Tuhan yang patut dipersekutukan kepada Allah. Untuk itu peribadatan itu hanya patut dilakukan kepada dzat yang maha mendengar terhadap semua perkataan manusia, dan dzat yang maha melihat terhadap semua perbuatan hamba yakni Allah Swt.
Akhirnya, pelajaran yang dapat diambil dari ayat 16-20 surat Ghafir adalah bukti kekuasaan Allah di hari kiamat dalam proses pengadilan dan penghitungan amal. Allah Maha mengetahui semua amal perbuatan manusia, baik yang jelas dan nyata maupun yang tersembunyi di hati manusia. Dengan kemaha mengetahuinya Allah akan memutuskan balasan kepada semua makhluqnya secara adil tanpa penambahan dan pengurangan sedikitpun. Untuk itu tidak aka nada yang dirugikan dalam pengadilan Allah.
Tentang penulis: Beliau adalah Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar dan menjadi salah satu pengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung.