Filsafat Pragmatisme dan Pembelajaran Muthola’ah Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal

Oleh : Afrizal Nur Ali Syah Putra*

Konsep-konsep filsafat pragmarisme mula-mula dikemukakan oleh Charles Sander Peirce pada tahun 1839. Dalam konsep itu ia menyatakan bahwa, sesuatu dikatakan berpengaruh bila memang memuat hasil hasil yang praktis. Jadi parameter filsafat pragmatism adalah sesuatu itu dikatakan benar dan dianggap benar bilamana sesuatu itu mempunyai daya guna, dari paparan diatas dapat kita lihat bahwa filsafat pragmatism sendiri bukan hanya berkutik pada tataran teori, metafisika dan lain sebagainya, tetapi filsafat pragmatisme disini cenderung pada membantu menyelaisaikan persoalan-persoalan kehidupan.

Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan metode pemecahan masalah (problem solving) serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovert method). Dalam praktiknya mengajar, metode inni membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan terbuka, siap siaga, sabar dan bersungguh sungguh agar belajar berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa. Guru disini menurut filsafat pragmatisme hanya berperan sebagai fasilitator, para murid dianggap sudah mempunyai pengetahuan-pengetahuan lain sebelum diajar oleh para guru, ini sama dengan pendapat kebanyakan kaum humanis, karena ending pragmatisme sendiri dalam pendidikan sebagian besar adalah humanis dan memecahkan masalah-masalah beserta praktiknya. Dalam filsafat pendidikan pragmatisme para murid dibentuk kelompok yang mana setiap kelompok beranggotakan minimal lebih dari tiga person, kemudian guru memberikan tugas. Tujuannya adalah, supaya para murid berlatih tanggungjawab dan bersosialisasi dengan orang disekitarnya.

Sekarang kalau kita lihat pembelajaran muthola’ah di Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Blitar, entah dengan sadar atau tidak sadar, pembelajaran muthola’ah yang notabenenya memakai kitab fath al-qoriib itu mengusung konsep-konsep filsafat pragmatisme. Hal itu dapat dilihat dari metode pembelajaran yang dibentuk perkelompok kemudian setiap kelompok diberikan an-nushush yang terdapat dalam kitab. Tugas murid adalah menyelesaikan permasalahan yang ada, mungkin dari segi at-tholaqoh wa al-qiro’ah (ucapan dan cara membacanya), al-qowaid al-‘arobiyyah as shohihah (memperhatiakan tata qowaid bahasa arab dengan baik dan benar), tarjamah an-nushush al-arobiyah (terjemah teks bahasa arab), al murod (maksud sebuah teks), kemudian peserta didik (santri) mempresentasikan di depan para santri yang lain, kemudian setelah itu guru (ustadz) memberikan koreksi-koreksi dan pembenaran-pembenaran.

Melihat kegiatan pembelajaran muthola’ah di  pesantrren al Kamal diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa dengan sadar atau tidar sadar pembelajaran muthola’ah tersebut menganut filsafat pragmatisme, mulai dari segi tujuan pendidikan , kurikulum pendidikan yang mengangkat keterkaitan pelajaran satu dengan pelajaran yang lain. Sebagai contoh: dalam murid-murid men-tholaqoh wa al-qiro’ah (ucapan dan cara membacanya), al-qowaid al-‘arobiyyah as shohihah (memperhatiakan tata qowaid bahasa arab dengan baik dan benar), tarjamah an-nushush al-arobiyah (terjemah teks bahasa arab), murod (maksud sebuah teks), maka murid-murid butuh ilmu an-nahwi, as-shorfi, al-I’lal, al-I’rob dan lain sebagainya dan tradisinyapun a self-correcting serta setelah pembelajaran murid-murid mengaplikasikan dan menggunakan ilmu yang telah diperoleh untuk menjawab masaail al-fiqhiyyah yang ada.

Kalau kita lihat dari segi metode pendidikan, pembelajaran muthola’ah di Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal menggunakan problem soving method dan inquiri discorvery method, maka metode pendidikan itu sejalan dan selaras dengan apa yang telah dibawa filsafat pragmatism apalagi fungsi guru dalam pembelajaran muthola’ah dipondok pesantren terpadu al-kamal adalah sebagai fasilitator dengan ini memperkuat bahwa pembelajaran muthola’ah dengan kitab fath-alqoriib dipondok pesantren terpadu alkamal menggunakan filsafat pragmatisme. والله اعلم بالصواب

اللهم لاتدع لنا فى أي الأحوال

دنبا إلا غفرته

ولامريضا إلا شيفته

ولا ميتا إالا رحمته

ولا دعاء إلا إستجبته

ولاتائبا إلا قبلته

*Mahasiswa jurusan pendidikan bahasa arab fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan di IAIN Tulungagung dan menjadi salah satu mahasantri di ma’had ali ashaabul ma’arif Al-Kamal.

Tags : 

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *