Fiqih Satgas Covid 19 dan Dinamika Pesantren

Untuk menyongsong liburan semester ganjil 2020-2021 ini, semua berharap dan berdoa: Ya Allah semoga semua santri Nusantara sabar, sehat, dan kuat. Semua upaya dilakukan oleh pengurus pesantren dan pemerintah untuk mengantisipasi wabah yang tidak kunjung selesai. Acting antisipasi wabah dengan pelaksanaan program, monitoring secara berkelanjutan, sebagai ikhtiyar lahir semua sudah dilakukan. Di pesantren, para pengasuh, pengurus, dan santri terus menerus berdoa, harapannya keselamatan semua santri dan keluarga. Apalagi sekarang menyosong liburan, tahun baru, penyelenggaraan pilkada, cuti bersama, tentunya menjadi perhatian tersendiri bagi pengelola, pengasuh, satgas dan pemerintah daerah. Sekarang semua sudah dilakukan dengan menjaga keistiqamahan, tinggal pertolongan dari Allah SWT.

 الاستقامة خير من الف كرمة

Keistiqamahan lebih baik dari pada karamah
Ini dimaknai bahwa usaha yang berkelanjutan akan menghasilkan kebaikan yang besar dari Allah SWT. Hanya manusia itu sifatnya selalu dinamis, berubah-ubah, kadang semangat, kadang lesu. Sebagai hal yang manusiawi, hanya saja kalau terus menerus ada monitoring, pengawasan, tentunya akan dapat menjaga konsistensi itu sendiri. Maka dari itu satuan tugas penanganan Covid 19 ini selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengetahui program-program yang ada, apakah sudah baik atau belum. Dari pihak pesantren, ungkapan terimakasih sebesar-besarnya untuk satuan tugas dari kecamatan, polsek, puskesmas, koramil dan sekolah-sekolah yang ada di sekitar PP Terpadu al-Kamal, semoga amal shalihnya menjadi wasilah mendapat ridla Allah SWT.
Yang dipikirkan pengelola lembaga saat ini adalah meminimalisir bahaya akibat dari musim liburan akhir tahun, semester ganjil, acara pilkada, cuti bersama, yang prediksinya, banyak kerumunan di tengah masyarakat. Tentunya ini akan berbahaya bagi para santri, dan siswa yang ada di rumah. Di sisi lain tidak meliburkan santri atau siswa juga berpengaruh kepada psikologi mereka. Akhirnya berlaku kaidah:

اذا تعارض مفسداتان روعى اعظمهما بارتكاب اخفهما

Apabila terjadi pertentangan antara dua bahaya, maka dijaga bahaya yang lebih besar dengan melakukan bahaya yang lebih ringan
Untuk itu disarankan kepada semua santri, wali dan semua keluarga untuk tetap berada di pesantren, dan yang di rumah tetap berada di rumah dan tetap sehat wal’afiyat. Amiiin
Memang mengelola pesantren di tengah wabah ini penuh dengan tantangan. Tantangan pertama adalah psikologi santri, wali santri dan pengurus. Semua dalam keadaan terbebani, merasa tidak nyaman, semua dijalankan dengan penuh kekhawatiran (was-was), karena wabah ini sudah berlangsung sembilan bulan lebih dan belum ada tanda-tanda berakhir, hingga akhirnya membentuk sebuah kondisi tegang, tidak nyaman, keraguan dan sebagainya. Selain durasi waktunya sudah lama, juga segala sesuatu dilakukan tidak bebas sebagaimana kondisi normal. Padahal pesantren selama ini punya potensi tawakkal, keyakinan, kesabaran, dan kesederhanaan. Apakah yang membentuk itu situasi wabahnya atau media sosial yang terus menerus memberitakan corona, itu semuanya mungkin berpengaruh terhadap psikologi warga masyarakat termasuk insan pesantren. Saya pernah menemukan warga masyarakat yang takutnya kepada korona sangat luar biasa. Sebagai gambaran ketakutannya, setiap mendapatkan uang dari orang lain dia cuci terus dijemur, kalau ditanya jawabannya “biar virusnya hilang”. Tidak itu saja, kadang ada orang yang takut, karena lama tidak boleh keluar akhirnya sulit tidur juga ada. Beban psikologi itulah sekarang yang banyak dirasakan oleh penduduk di muka bumi ini.
Tantangan kedua dari pesantren adalah dinamika manajemen administrasi. Selama ini pesantren masih menggunakan pengelolaan administrasi secara manual, sekarang dengan adanya korona ini harus ada pembaruan administrasi, terutama administrasi keuangan, dengan memanfaatkan fasilitas jasa lembaga keuangan, yang disana dapat membantu pengelolaan administrasi keuangan dengan banyak fasilitas yang didapatkan bagi lembaga-lembaga yang mengadakan kerjasama dengan lembaga keuangan tersebut. Tanpa adanya perbaikan pengelolaan menuju manajemen modern, maka pesantren akan mengalami kesulitan dalam menjalankan program-programnya. Misalnya santri sekarang tidak boleh disambang oleh orang tuanya, sementara dia tiap bulan harus mendapat kiriman uang saku, uang makan dan lain-lain. Sedang asal daerah santri itu dari berbagai wilaysah Nusantara, kalau masih menggunakan manajemen manual ala kadarnya, secara manual, maka akan mengalami kesulitan yang tidak ringan, mengingat wabah ini belum selesai dan terus berlanjut. Sebuah keniscayaan bagi pesantren untuk merubah, memperbaruai manajemennya. Misalnya kalau wali santrinya mengirim uang menggunakan jasa perbankan dengan model transfer. Model semacam ini menurut saya lebih realistis. Ini contoh kecil tentang dinamika pengelolaan administrasi, belum lagi menyangkut manajemen sumber daya manusia Pesantren, manajemen kesantrian, manajemen pengajian, manajemen kurikulum, manajemen sarana prasarana, manajemen hubungan masyarakat, manajemen ibadah dan sebagainya.
Tantangan ketiga adalah tentang pelaksanaan kurikulum pembelajaran (ta’lim wa muta’alim). Bagi santri yang biasa menggunakan fasilitas internet, daring adalah pilihan terbaik. Tetapi ketika santri dan ustadhnya belum mampu memanfaatkan jaringan internet, maka ini merupakan kesulitan tersendiri. Belum lagi kalau uang sakunya santri tidak mampu membeli pulsa, pesantren belum punya jaringan internet, atau ada jaringan tetapi tidak lancar karena daerahnya masih sulit menerima signal. Akhirnya pembelajaran dalam melaksanakan kurikulum pada masa pandemi ini pasti akan.mengurangi kualitas keilmuan para santri. Dan tantangan pembelajaran ini tidak hanya dirasakan oleh pesantren, tetapi juga semua lembaga pendidikan di semua tingkatan. Hanya saja, di pesantren selama ini pembelajaran pengajian bandongan dan sorogan madrasah diniyahnya masih berjalan seperti sedia kala, karena santri memang tidak berhubungan dengan dunia luar, ini kelebihan dan ketangguhan pesantren. Harapannya wabah ini tidak memutus rantai generasi-generasi ilmuwan masa depan disebabkan pandemic covid 19. Karena dengan banyaknya korban pandemi korona, juga kurang maksimalnya pembelajaran ilmiyah, dikhawatirkan mengurangi dan memutus mata rantai ilmuwan yang kita punyai.
Tantangan keempat adalah sikap keputusasaan yang terjadi.di masyarakat. Walaupun sikap ini dilarang oleh ajaran Islam. Akhir-akhir ini kasus korona mengalami peningkatan yang signifikan, bahkan mencapai 8000 per hari. Hal ini bisa jadi implikasi dari kebosanan masyarakat di rumah terus, putus asa, sementara kalau keluar rumah mereka tidak mematuhi protokol kesehatan, maka ini akan menjadi faktor penyumbang bertambahnya kasus positif terjangkit wabah korona terjadi di masyarakat. Selain bosan, putus asa, masyarakat juga bisa uforia kebebasan, yang selama ini di kurung dirumah. Kemudian mereka melampiaskannya dengan jalan-jalan ke mall, supermarket, tempat wisata, rumah makan, kafe dan lain lain. Akhirnya apa yang dikhawatirkan terjadi, yaitu penambahan kasus harian secara nasional. Maka dari itu dari sekian tantangan baik masalah psikologi, manajemen, pembelajaran, ekonomi atau keputusasaan, jalan keluarnya terletak di masing-masing lembaga pengelola pesantren, untuk selalu koreksi, evaluasi, monitoring terhadap.semua.program, setelah.itu.kita tawakkal kepada Allah swt.  فاذا عزمت فتوكل على الله , (kalau sudah berketetapan hati, kita serahkan semuannya kepada Allah). Hanya ini yang bisa kita lakukan sebagai manusia, sepenuhnya berharap dari pertolongan Allah SWT. Semoga semua elemen masyarakat diberi kekuatan, kesabaran, kesehatan dan hidup bahagia dunia akhirat. Amiiin
Tentang penulis: Dr. KH. Asmawi Mahfudz, M.Ag adalah pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar, dan juga dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung.

Tags :

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *