Ngaji dan Ngabdi (13): Momentum Halal bi Halal di Pesantren

Setelah dua hari berhari raya di Kendal Jawa tengah, kita sekeluarga kembali lagi ke Blitar, untuk melanjutkan silaturahim, menerima tamu dan mengunjungi beberapa saudara sesepuh di Kabupaten Blitar dan sekitarnya. Ketika saya di keluarga istri dan mertua ada beberapa model silaturahim, yaitu menerima tamu tetangga sekitar dan jamaah pengajian, tamu dari santri dan wali santri, juga mengunjungi saudara-saudara sesepuh dari keluarga saya dan istri.
Untuk tamu dari tetangga dan jamaah pengajian, biasanya sudah terjadwal hari ketiga dan seterusnya, biasanya di rumah banyak yang mengunjungi. Ini menjadi kebiasaan, bahwa rumah Yai Mahmud biasanya buka menerima tamu hari ketiga dan seterusnya, mulai pagi sampai malam, tetangga dan jamaah pengajian datang silih berganti. Biasanya tamu datang menikmati jajan yang sudah disediakan, minuman, dan kalau ada anak kecil belum dewasa biasanya mertua putri menyisihkan uang saku sekedarnya sebagai tanda syukur di hari raya. Di sela-sela menerima kunjungan tamu dari tetangga, biasanya juga disusul tamu dari santri dan wali santri yang berasal dari Blitar Raya, Kediri, Tulungagung, dan Trenggalek. Mereka datang seraya untuk menyambung tali silaturahim sebagai seorang santri dengan kyainya, antara guru dan murid yang selalu berharap untuk meminta doa kemanfaatan dan keberkahan ilmu yang didapat selama menjadi santri atau bahkan sudah pulang ke rumahnya masing-masing.
Untuk kunjungan kepada saudara sesepuh biasanya di sela-sela menerima tamu, kalau sudah agak sepi, sudah tidak ada santri atau saudara yang datang, biasanya kita keluarga juga melakukan anjangsana ke keluarga saya di Kediri, keluarga istri yang berada di sekitar Udanawu Blitar, asal muasal Kyai Thahir, di Nglangkapan Srengat, di Tawangrejo Wonodadi. Biasanya di daerah-daerah itulah domisili para sesepuh dari keluarga Kyai Thohir Wijaya. Selain kita juga anjangsana di sekitar Kunir sendiri, tempat domisili dari keluarga Bu Tutik dan keluarga. Tradisi kunjungan dan mengunjungi ini biasanya terus berlanjut sampai hari ke tujuh, karena setelah itu saya sendiri harus masuk mengajar, mertua sendiri juga harus kerja di Pengadilan Agama.
Tradisi lagi yang biasanya dijalankan di musim syawal adalah Hari ulang tahun pengajian selapanan Ahad Wage dan reuni Alumni, dengan format Halal bi Halal. Waktunya biasanya di bulan Syawal, tanggal persisnya berubah-rubah sesuai dengan kesempatan alumni bisa melaksanakan. Tetapi acara ini biasanya diambil tepat dengan pengajian ahad wage, bisa minggu kedua, ke tiga atau keempat dari bulan Syawal. Tujuan diadakan Halal bi Halal dan reuni ini untuk menyambung para santri yang sudah pulang kerumahnya masing-masing, dari semua Angkatan santri dari PP Terpadu al-Kamal Blitar. Dari ribuan alumni yang sudah pulang ke rumahnya, biasanya yang hadir sekitar 200 an alumni ditambah dengan beberapa jamaah pengajian tafsir, santri yang masih ada, masyarakat sekitar, dan keluarga.
Selain untuk menyambung tali silaturahim, wahana reuni dan halal bi halal adalah untuk membangkitkan semangat menuntut ilmu bagi peserta yang hadir. Dengan format acara pengajian umum, para jamaah yang hadir akan mendapatkan masukkan ilmiyah dan ruhaniyah, dari kyai yang hadir. Akhirnya dapat menumbuhkan semangat keilmuan terus tertanam di hati mereka. Karena harus dimaklumi bahwa para alumni, jamaah pengajian tidak semuanya mereka masih berlanjut proses studinya, ada sebagian yang sudah bekerja sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Dengan adanya kunjungan ke pesantren, diisi dengan pengajian secara rutin, maka harapan kontinuitas belajar akan tetap terjaga.
Kemudian, lembaga pendidikan pondok pesantren dengan selalu mengadakan sambungan silaturahim kepada semua elemen, akan terwujud sebuah soliditas internal dan eksternal, yang akan menambah kokoh eksistensi dari Pesantren al-Kamal. Dengan kokohnya kelembagaan, pesantren akan lebih lancar dalam menjalankan program-program pengabdian kepada masyarakat muslim pada umumnya. Dan saya kira inilah yang harus diambil dari momentum hari raya di pesantren, yakni menguatkan misi-misi khidmah kepada masyarakat, baik melalui jalur budaya, jalur formal sekolahan dan juga jalur spiritual yang menjadi kekuatan exelent pesantren yang belum ditemukan di lembaga-lembaga yang lain. Semakin   besar pengabdian kepada masyarakat akan semakin besar pula kemanfaatannya, semakin besar kemanfaatan sebuah lembaga berarti semakin sukses. Ini bisa dilihat ketika momentum-momentum acara yang diselenggarakan di pesantren, tatkala para alumni, santri, masyarakat berkumpul menerima kemanfaatan dari pesantren ini. Kita berharap keistiqamahan yang sudah diawali oleh para kyai, sesepuh, dan ulama kita bisa kita lestarikan keistiqamahannya, dalam rangka mencari keberkahan dan kemanfaatan hidup kita di masa-masa yang akan datang. Wa Allahu A’lamu.

Tags : 

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *