Sejak saya di al-kamal Kunir ada beberapa program renovasi dan pengembangan beberapa fasilitas Pondok Pesantren, sebagai upaya meningkatkan daya tampung santri, membuat sarana prasarana santri yang representatif dan sebagai usaha untuk pengembangan kelembagaan Pesantren. Di antaranya adalah 1) Renovasi dan pembangunan unit asrama al-Munawarah tahun 2009, 2) Renovasi dan Pembangunan Unit Asrama al-Manshur 2010-2019, 3) Pembangunan Unit Asrama al-Adawiyah tahun 2012, 4) Pembangunan asrama Hidayati Mahmud tahun 2013, 5) Pembangunan Sanitasi Madrasah Ibtidaiyah Program Khusus 2011, 6) Pembangunan gorong-gorong saluran air tahun 2016, 7) Pembangunan Sanitasi di Asrama HM, 8) Pembangunan sarana kamar mandi Adawiyah 2020, 9) Pembangunan dan Renovasi Kubah Masjid 2020, 10) Pembangunan tambahan kelas al-Munawarah 2019, 11). Pembangunan Asrama al-Thahiriyah 2020, 12) Pembangunan Asrama untuk asatidh 2020, 13) Pembangunan Sanitasi al-Tahiriyah, 14) Pembangunan Pendopo Makam, 15) Kamar Mandi Hidayati Mahmud 2021.
Sepuluh program pengembangan di atas jika diberi paparan adalah sebagai berikut: Pertama adalah Pembangunan dan Renovasi asrama al-Munawarah. Dilaksanakan pada tahun 2009 dengan latar belakang kondisi bangunan yang sudah tua, banyak yang keropos, sedang tuntutan kenyamanan dan keamanan santri semakin hari semakin menjadi kebutuhan para era sekarang ini. Maka dengan bermodalkan semangat dari para panitia yang berasal dari para pengasuh dan pengurus pondok, bangunan ini dapat dikerjakan dengan tuntas. Secara materi pesantren waktu itu juga tidak menyiapkan dana secara khusus, tetapi setelah dijalankan bangunan dengan kamar-kamar kecil, dipaket dengan kamar mandi, postur bangunan dua lantai ini menghasilkan dana sekitar 400 juta pada waktu itu. Memang mengelola lembaga yang paling utama adalah adanya motivasi yang tinggi dari para pengurusnya, idealisme, keistiqamahan, dan selalu berdoa untuk mendapatkan pertolongan dari Allah Swt. Dengan bekal itulah pembangunan rehab asrama al-Munawarah dapat terealisir dengan baik bermodal swadaya santri dan Pesantren.
Pembangunan fasilitas kedua yang mendesak di lakukan pada saat itu adalah renovasi pembangunan asrama al-Manshur tahun 2010. Semula renovasi dilakukan dengan menambah unit di belakang gedung yang sudah ada berlantai dua, dengan anggaran 100 juta bantuan dari kementrian Agama. Tetapi setelah satu tahun berjalan, bangunan satu unit dua lantai selesai dilakukan, ternyata bangunan berkembang merehab gedung yang lama, dan menambah lantai menjadi lantai tiga yang selesai dibangun pada tahun 2019 dan menghabiskan dana tidak kurang dari 1 miliar rupiah. Tentunya para masyarakat bertanya-tanya, dari mana pesantren ini dapat biaya sebesar itu? Jawabanya biaya sebesar itu murni dari jariyah santri secara bertahap selama 9 tahun berturut turut. Prinsip dari pesantren, kalau ada dana masuk dari santri diteruskan membangunnya, dirasa dananya masih terkendala diberhentikan sementara. Tetapi seingat saya selama sembilan tahun itu, program pembangunan tidak pernah berhenti sama sekali dan alhamdulillah selesai. Selesainya bangunan itu (al-Manshur) bukan berarti sudah mencukupi kebutuhan pesantren, nampaknya dengan selesainya bangunan di al-Manshur ini kebutuhan di Pesantren malah semakin besar, terutama dalam hal fasilitas kebutuhan santri, baik asrama, kamar mandi, kelas madrasah diniyah, ruang-ruang kepengurusan dan lain-lain. Dengan program bangunan Gedung asrama al-Manshur inilah, Pondok Pesantren al-Kamal mempunyai tampilan baru, mempunyai unit Gedung yang menjadi ikon utama Pondok Pesantren. Tentunya tambahan Gedung yang menambah gagahnya pesantren ini, berpengaruh kepada profil, image yang ada di internal maupun eksternal Pondok Pesantren. Di pandang dari luar akhirnya pondok Pesantren ini dinilai menjadi Pesantren yang berkembang, maju dan mengalami kebangkitan kembali menuju masa-masa kejayaannya. Tetapi image yang ada dalam masyrakat ini malah menambah beban besar bagi para pengasuh dan pengurus Pesantren. Karena ekspektasi yang tinggi dari semua masyarakat kepada pesantren harus diwujudkan dalam program-program pesantren, supaya harapan para wali santri dan masyarakat benar-benar kenyataan.
Ketiga. Pada tahun 2011, alhamdulillah pesantren mendapatkan program sanitasi dari kementerian di Kabupaten Blitar, yang waktu itu kemudian diletakkan di belakang rumah KH Zen Masrur. Harapannya dengan program sanitasi ini kebutuhan kamar mandi, dan toilet untuk santri dapat terbantu, terutama untuk anak-anak asrama yang menempat di Madrasah Ibtidaiyah Program Khusus dan santri al-Adawiyah. Di tambah lagi program sanitasi ini tidak hanya berurusan dengan toilet dan kamar mandi, tetapi juga ada program pengolahan limbah santri menjadi sarana pembakaran kebutuhan masak-masak dan pengairan dari kebersihan limbah yang sudah menjadi air bersih. Hanya saja program ini setelah selesai terkendala operator hariannya. Ternyata mengopersikan sanitasi itu tidak mudah, tidak cukup diserahkan kepada pengurus harian unit yang bersangkutan, tetapi memang harus ada tenaga yang secara ajeg mengontrolnya dalam penggunaannya sehari-hari. Apalagi di asrama anak-anak MI yang notabene belum mampu untuk mengelolanya, akhirnya pengolahan limbah tidak maksimal, hanya dimanfaatkan untuk kamar mandi dan toilet.
Keempat. Seiring dengan pembangunan al-manshur yang belum selesai, pada tahun 2012 Pondok Pesantren al-Kamal mendapatkan bantuan 1 unit Gedung Rusunawa dari pemerintah yakni Kementerian Pekerjaan Umum, dengan nilai bantuan sekitar 4 miliar. Dana ini kemudian direalisasikan satu unit gedung yang berisi ruang-ruang asrama besar, kamar mandi, jemuran dan lain-lain. Pada saat pembangunan gedung ini, terasa begitu berat untuk pesantren, karena harus merelakan satu gedung madrasah dan asrama yang dibangun oleh para pendiri. Pada saat itu harus dibongkar, direlokasi kepada Gedung al-Manshur yang saat itu juga sedang menjalani proses pembangunan. Tetapi sudah menjadi kesepakatan semua unsur dari pesantren untuk menerima bangunan Rusunawa, dan merelakan Gedung madrasah yang lama direlokasi sementara. Akhirnya pembangunan gedung Rusunawa dilaksanakan, memindah anak-anak al-Manshur, dan selesailah pada tahun 2012. Selesainya Gedung Rusunawa ini menambah fasilitas bagi unit Asrama al-Adawiyah yang sekarang menempatinya, juga kelas-kelas madrasah diniyahnya. Akhirnya asrama santri Putri adawiyah, mushala, kamar mandi dan ruangan kealsnya dapat terbantu oleh unit baru Rusunawa ini. Hanya saja masih menyisakan pekerjaan rumah untuk Pesantren, karena asrama Putri al-Adawiyah berdekatan dengan asrama al-manshur. Dengan posisi yang berdekatan menimbulkan problematika harian santri, misalnya santri putra sering mengintip ke asrama putri. Maka Pesantren nampaknya harus mencari jalan keluar membuat batasan yang ketat dengan berdekatannya asrama putra dan putri ini. Karena umumnya di dunia santri hubungan antara laki-laki dan perempuan harus benar-benar diberi jarak yang ideal, supaya kemaksiatan dan kenakalan santri tidak dilakukan.
Kelima. Pada tahun 2013 bu Nyai Hj. Astutik Hidayati Mahmud berinisitatif untuk membangun Gedung Aula untuk jamaah pengajian Tafsir Jalalayn malam Sabtu, yang kebetulan lokasi yang tersedia adalah di sebelah barat rumah. Akhirnya berdasarkan musyawarah kelurga bu nyai Astutik, dimulailah pembangunan Aula yang berukuran 12m x 25 meter. Dengan menggunakan dana pribadi dari bu nyai bangunan ini ternyata tidak hanya aula, tetapi kemudian berkembang menjadi kamar-kamar di sebelah selatannya dan berlantai dua. Selama satu tahun Pembangunan Aula dan kamar-kamar sebelah rumah ini, dengan menghabiskan dana sekitar 900 juta lebih. Yang menjadi catatan saya adalah bu Nyai Astutik Hidayati saat ini adalah seorang diri dengan ditemani dua orang putri dan dua orang menantu. Yang pasti masalah finansial pemasukannya sudah terbatas, karena KH. Mahmud sudah meninggal dunia lima tahun sebelumnya. Pertanyaannya adalah rizki Allah yang diberikan kepadanya begitu longgarnya ketika proses pembangunan dilaksanakan, sehingga beliau mampu menyelesaikan bangunan Aula dan kamar-kamar santri dua lantai, tanpa mendapatkan bantuan dari luar pesantren, atau menggunakan uang pribadi. Semoga ini benar-benar menjadi wakaf dan jariyah beliau yang selalu mengalirkan pahala dari kemanfaatan gedung yang kemudian oleh pengurus dinamakan asrama Hidayati Mahmud (HM), diambilkan dari nama bu nyai Astutik Hidayati dan KH. Mahmud Hamzah. Dengan selesainya pembagunan Gedung HM ini, akhirnya santri-santri yang menempati diambilkan dari santri kelas tiga al-Munawarah dan program Madrasah Diniyah Khusus, yakni para tamatan SMP atau MTs yang telah lama tinggal di al-Kamal. Akhirnya terwujudlah asrama HM ini sebagai pengembangan program asrama Pesantren. Sekarang di asrama HM ini ditinggali oleh sekitar 170 an santri di tingkat SMK-MAN yang berlatar belakang pendidikan sebelumnya di al-Kamal dan anak-anak kelas tiga pindahan dari al-Munawarah.
Pembangunan yang keenam adalah meneruskan program kelancaran pembuangan anak-anak, yang semakin hari samakin banyak dan kadangkala menimbulkan masalah. Program ini adalah membangun saluran air dari semua asrama kemudian dibuang ke sanitasi yang berada di belakang asrama al-Adawiyah. Saluran air di sepanjang 200 meter dengan biaya sekitar 80 juta rupiah yang bersumber dari jariyah santri. Dengan adanya salurah air ini alhamdulillah pembuangan anak-anak dapat dialirkan ke sanitasi dan menyelesaikan masalah-masalah ketika ada tersumbatnya aliran air yang kemudian membludak ke halaman tetangga. Pada tahun yang sama kemudian program sanitasi teratasi lagi dengan adanya bantuan dari Pemerintah Kabupaten Blitar. Yang saat itu berdasarkan musyawarah program sanitasi diletakkan di asrama HM.
Pembangunan selanjutnya adalah pemenuhan kamar mandi Adawiyah yang dilaksanakan pada tahun 2020. Sebenarnya kamar mandi di asrama Adawiyah jumlahnya sudah banyak, hanya saja karena asrama ini adalah anak-anak putri, sehingga perawatan salurannya sering menjadi kendala. Ketika saluran terkendala akhirnya menimbulkan masalah kemanfataan kamar mandi yang berkurang. Dari latar belakang ini kemudian dibangunlah kamar mandi baru yang berjumlah 10 kamar untuk kamar mandi dan toilet yang bagus. Harapanya dengan kamar mandi yang bagus, jumlah yang banyak para santri sehat, nyaman, krasan dan menambah kelancaran mereka untuk belajar dan ngaji.
Program yang kesembilan adalah pembangunan dan rehap kubah masjid. Pembangunan ini dilaksanakan untuk melakukan perbaikan dan mempercantik masjid yang berada di Pondok Pesantren al-Kamal. Atas dasar musyawarah takmir masjid disepakati untuk melakukan rehap dan pembangunan kubah masjid, dengan dana dari sumbangan masyarakat dan wali santri. Syukur alhamdulillah program ini juga berjalan dengan telah dinaikkan kubah baru dari masjid al-Kamal, yang lebih modern dan artistik, menambah kewibawaan Pesantren dan sekitarnya. Hanya saja pembangunan ini belum selesai dengan tuntas masih ada material yang belum jadi dan diselesaikan oleh panitia pembangunannya, semoga dalam beberapa bulan ke depan proses pembangunan dapat selesai dan tuntas, sehinga program ketakmiran dapat memikirkan pengembangan program yang lain.
Yang kesepuluh adalah program pembangunan Perpustakaan. Program ini adalah bantuan dari kementrian Agama RI, dalam rangka memberdayakan perpustakaan yang ada di pesantren. Lokasi pembangunan diletakkan di selatan Munawarah, wakaf dari keluarga bapak H. Abdul Syukur. Semoga dengan selesainya pembangunan perpustakaan ini dapat menambah pengembangan perpustakaan di pesantren yang berpengaruh kepada kualitas pesantren dan santri baik dalam bidang pembelajaran, wawasan terutama yang berhubungan dengan literasi, yang saat ini sudah menjadi keniscayaan dalam sebuah Lembaga Pendidikan tak terkecuali Lembaga Pondok Pesantren.
Selanjutnya adalah pembanguna unit asrama al-Thahiriyah. Asrama ini adalah di peruntukkan untuk para mahasiswa yang masih ngaji di Pondok Pesantren. Para alumni atau santri yang masih melanjutkan ngaji, menempuh pengalaman berorganisasi pesantren, membutuhkan tempat tersendiri bagi mereka sebuah asrama yang representatif untuk belajar, mengaji dan mengabdi para level mahasiswa. Tidak mungkin para mahasiswa ini dicampur dengan tingkatan dibawahnya, karena bisa jadi mereka tidak merasa nyaman, dengan kreativitas sehari-hari bersanding dengan anak-anak santri yang tidak satu tingkatan untuk mereka. Maka pada tahun 2020 pesantren melakukan pembangunan asrama Mahasiswa sebanyak 4 kamar yang letaknya di utara makam keluarga besar PP al-Kamal. Di Asrama itu pula akhirnya lengkap dengan mushala dan program sanitasi dari Pemda Kabupaten Blitar.
Pembangunan dan pembangunan fasilitas lainya adalah pembangunan pendopo makam. Pendopo makam yang lama sudah mengkhawatirkan keadannya, berbahaya bagi orang-orang yang mau ziyarah ke makam. Maka dari dana sisa pengurusan seragam Yayasan akhirnya pembangunan makam dapat terwujud dengan menghabiskan dana sekitar 40 juta. Makam ini sekarang lebih terawat, tidak hanya sebagai tempat ziyarah tetapi juga menjadi kelas madrasah diniyah al-kamal, madrasah muratil al-Qur’an.
Yang terakhir dan masih berjalan adalah pembangunan kamar mandi asrama Hidayati Mahmud. Seiring dengan perkembangan jumlah santri dan dinamika pengelolaan kamar mandi santri, pembangunan kamar mandi asrama HM, sekarang ini menjadi sebuah keniscayaan, dalam rangka memberikan pelayanan kepada santri dalam hal pembuangan. Program ini masih proses dan masih 60 persen semoga dengan doa restu semua elemen al-Kamal dan wali santri, pembangunan dapat diselesaikan, tentunya dengan pertolongan Allah Swt. Amiin.
Itulah sekilas kronologi Khidmah di pesantren dalam hal pembangunan infrastruktur. Dalam hal pengelolaan Lembaga, fasilitas atau sarana prasana memang membutuhkan pemikiran, konsep, aktualisasi dan doa kepada Allah SWT. Dengan dinamika pengelolaan infrastruktur menunjukkan adanya dinamika lembaga. Semakin dinamis sebuah lembaga akan semakin dinamis pula kebutuhan akan fasilitas atau infrastrukturnya. Selama mengawal pondok pesantren ini, mengelola fasilitas pesantren membutuhkan beberapa hal, di antaranya: 1) Adanya tim yang kuat untuk melaksanakan program pembangunan. Dengan tim ini kadangkala mencari terobosan-terobosan untuk mencari dana, jaringan sekaligus melaksanakan pembangunan di lapangan. 2) Memahami konstruksi pembangunan. Artinya dari pihak pesantren harus ada orang yang memang alim dalam hal ini. Karena dunia proyek, pembangunan adalah dunia kerja, dunia kerja adalah dunia realitas. Sedangkan pesantren adalah program pembelajaran, ngaji, yang berbeda dengan realitas kenyataan kerja di pembangunan. Mempertemukan dua sisi ini membutuhkan orang yang tangguh baik dari sisi pesantren maupun dari sisi dinamika pengelolaan pembangunan. Inilah hal penting yang patut kita perhatikan bersama sebagai bahan renungan dan mawas diri, demi perbaikan dan pengembangan pesantren yang tercinta.
*Pengasuh PP al-Kamal, Pengajar UIN Tulungagung dan Pengurus NU Blitar