Lembaga Pengembangan Bakat Santri (LPBS) Pondok Pesantren Terpadu al-Kamal Blitar ini dibentuk dengan tujuan untuk menjalankan program-program pesantren yang berhubungan dengan potensi santri, misalnya potensi seni suara, seni lukis, seni menulis, seni bela diri, kaligrafi, shalawat, qira’atul Qur’an dan bakat-bakat santri lainnya. Dari lembaga ini akhirnya terbentuklah beberapa kegiatan yang sifatnya mingguan atau bulanan untuk santri, sebagai tambahan ilmu untuk mereka (ekstra-fudhlah), agar potensi yang dipunyai dapat tersalurkan, tidak terpasung, tidak terpendam, dan stagnan. Untuk kegiatan yang dikelola oleh lembaga bakat ini, memang santri diberi kebebasan untuk memilih sesuai dengan potensi dan kesenangannya, karena memang antara satu santri dengan santri yang lain berbeda-beda keinginannya, potensinya, dan kemauannya.
Maka biasanya di tahun ajaran baru, lembaga ini melakukan seleksi dan verifikasi kepada peserta dari berbagai kegiatan yang ditawarkan sebagaimana di atas, dan hasilnya untuk santri-santri milenial zaman sekarang mayoritas mereka, mengikuti kegiatan dari yang diinginkannya. Ini menunjukkan santri-santri yang kita asuh memiliki potensi masing-masing yang harus diakomodasi, difasilitasi, dan dikelola dengan baik, supaya mereka benar-benar mendapatkan perhatian dari pesantren, ada apresiasi, penghargaan, yang memang sudah seyogyanya mereka dapatkan. Jangan sampai santri-santri yang potensial yang kita miliki tidak tersalurkan keinginannya, karena pemahaman dan perhatian kita saja yang kurang baik kepada mereka.
Memang di Pondok Pesantren itu adalah tempat tafaqquh fi al-din, lembaga tempat mengaji yang kegiatan pokoknya (umdah) memperdalam ilmu agama dan mengamalkannya. Tetapi ilmu-ilmu agama yang dimaksud tidak hanya terbatas kepada bidang ubudiyah shalat, zakat, puasa, haji saja, tetapi yang dimaksud ilmu agama adalah ilmu Allah dalam rangka menjalankan ketaatan kepada Allah Swt. Sedangkan perintah Allah yang tertuang dalam agama Islam obyeknya luas, dapat menyangkut kepada ibadah mahdhah, pemenuhan kebutuhan hamba, merawat kesehatan, peduli lingkungan, masalah alam semesta, dan sebagainya. Maka ketika kita mengelola lembaga yang di dalamnya berhubungan dengan aktifitas hidup, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama ini juga bagian dari perintah Allah SWT yang tertuang dalam nash-nash agama. Misalnya dawuh Rasulullah:
علموا اولادكم السباحة والرماية
(Ajarkan anak-anakmu berenang dan memanah).
Dawuh Rasul ini menunjukkan adanya pendidikan keterampilan, skill, memaksimalkan potensi atau kesehatan, penting diberikan kepada anak atau santri kita. Maka di Pondok Pesantren al-Kamal banyak program kegiatan sudah dilakukan dalam upaya pemenuhan dan pengembangan potensi santri ini. Salah satunya adalah kegiatan Pencak silat Pagar Nusa, yang pada malam Jumat kemarin, mengadakan Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) dilaksanakan dengan peserta sekitar 170-an, belum dengan yang baru masuk sekitar 400 santri.
Dalam acara ini diperlihatkan berbagai kemampuan santri dalam seni bela diri yang selama ini telah mereka tekuni, untuk dapat melanjutkan pelajaran ke jenjang selanjutnya. Saya dan pengurus pondok yang lain waktu itu diundang untuk memberikan kata pengantar sebelum acara dimulai. Dalam prakata, kita sampaikan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para santri dalam mengikuti program seni bela diri ini. Pertama. Seorang santri yang mengikuti seni bela diri harus memegang teguh prinsip-prinsip kepesantrenan, terutama dia adalah seorang santri yang di masa yang akan datang akan menjadi kader-kader pejuang di masyarakatnya. Sesuai dawuh Rasul:
العلماءورثةالانبياء
(Ulama itu adalah pewaris para Nabi),
maka para santri harus siap untuk meneruskan perjuangan para ulama, untuk melanjutkan misi risalah kenabian. Para ulama kita dahulu mendirikan lembaga Pencak Silat Pagar Nusa, sebagai sebuah wahana untuk menjalankan misi-misi kenabian itu. Artinya pencak silat ini, merupakan institusi yang berbasis pejuang keagamaan yang kuat, karena didirikan oleh ulama, dan diikuti oleh para kader ulama, dan meneruskan garis-garis perjuangan ulama atau Kyai. Sebagaimana kita tahu bersama, bahwa lembaga ini dahulu didirikan oleh Kyai Haji Maksum Jauhari Pondok Pesantren Lirboyo, yang kealimannya dalam bidang agama dan kanuragan sudah tidak diragukan lagi. Maka sekarang pelanjutnya harus memegang teguh dawuh-dawuh dan ajaran-ajaran yang ditanamkan oleh Gus Maksum. Misalnya berpegang teguh kepada ajaran ahl Sunnah wa al jamaah al-Nahdliyah, fiqih, dan akhlaqul karimah. Hal-hal penting inilah yang harus kita pedomani bersama sebagai insan Pagar Nusa zaman kekinian ini.
Hal kedua yang kita sampaikan dalam acara Ujian Kenaikan Tingkat adalah jadikan Pagar Nusa ini sebagai madrasah, sebagaimana majelis-majelis pengajian yang lain. Artinya Pagar Nusa dengan seperangkat programnya, tidak hanya menawarkan pelajaran dan latihan bela diri saja, tetapi di dalamnya juga banyak ilmu yang kita dapatkan. Dengan menjadikan Pagar Nusa sebagai tempat mencari ilmu, maka apa yang didapat sebagai bentuk ibadah, ilmu yang didapat akan menjadi dasar-dasar melakukan amal-amal shalih dengan berbasis pelajaran kanuragan dalam Pagar Nusa. Ilmu yang didapatkan akan menjadi wawasan pesertanya, santrinya menjadi terarah untuk melakukan kebaikan-kebaikan (al-khairat). Ilmu ini juga yang akan mengendalikan diri para peserta Pagar Nusa agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh ajaran Islam juga adat kebiasaan sebagai bangsa yang berbudi luhur. Di lapangan kadang kita menemui teman-teman yang bisa olah kanuragan, karena tidak disertai dengan wawasan ilmiyah yang mumpuni akhirnya muncul sifat kesombongan, merasa kuat, ingin selalu menang dan sifat tidak terpuji lainnya. Inilah yang patut dihindari, insan Pagar Nusa dapat membekali dirinya dalam pemberdayaan aspek fisik dalam bentuk olah kanuragan, juga dalam dirinya kaya wawasan intelektual.
Ketiga, program-program yang ada di pagar Nusa ini benar-benar dapat dijadikan sebagai wahana refreshing bagi santri-santri yang mengikutinya. Mengingat para santri dalam siklus kesehariannya telah banyak dibebani program-program Madrasah di Pondok Pesantren, dengan adanya program seni bela diri ini sebagai variasi kegiatan yang turun langsung ke lapangan. Dengan begitu harapannya santri dapat menyegarkan hatinya, fikiranya, fisiknya dalam setiap kegiatan-kegiatan yang ada. Sehingga antara kegiatan pengajian di bangku Madrasah Pesantren dan kegiatan Pencak silat di Pesantren saling melengkapi, menyempurnakan dan mendukung. Santri dengan pengajian di Pesantren dituntut menggunakan pikirannya, tetapi di Pagar Nusa aspeknya lebih kepada kegiatan fisik. Dari dua hal ini kalau saling mendukung dan melengkapi, santri-santri akan menjadi pribadi-pribadi yang kuat dan tangguh. Akhirnya performance santri peserta Pagar Nusa akan menjadi solusi bagi manusia kekinian yang rentan rapuh dalam dirinya. Semoga harapan-harapan Pesantren ini dapat terwujud dari santri-santri al-Kamal yang istiqamah dalam kegiatan Pencak Silat Pagar Nusa. Aamiin
*Penulis adalah Pengajar UIN Sayid Ali Rahmatullah Tulungagung dan Khadim PP al-Kamal Blitar