اكرموا اولادكم فان كرمة الاولاد بركة

Penulis adalah pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar, dan juga dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung.
Dawuh ini insyaallah artinya, mulyakanlah anak-anakmu, karena memulyakan anak itu berkah. Anak dapat kita maknai anak biologis anak kandung, anak didik, bisa santri, siswa atau murid, mahasiswa, mahasantri semua yang kita asuh, openi, kita didik, baik secara fisik, psikis, lahir atau bathin bisa dimaknai sebagai anak kita. Pada momentum ini anak-anak kita membutuhkan bimbingan dan perhatian yang lebih, agar.tetap semangat untuk belajar menjalani kehidupan sekarang. Mungkin pembelajaran yang kita berikan bisa lewat keluarga, lewat jamaah shalat, bisa lewat lingkungan, sekolahan, kampus, pondok pesantren, Lembaga kursus, semuanya harus tetap istiqamah dijalankan. Bisa jadi strategi belajarnya saja yang harus disesuaikan lewat virtual, daring atau luring, permainan, sorogan, bandongan, olah raga dan sebagainya. Yang penting anak-anak kita tetap mendapatkan asupan ilmu-ilmu yang bergizi sebagai modal masa depan mereka 10 atau 20 tahun yang akan datang. Rasulullah pernah dawuh

علموا اولادكم السباحة والرماية

Ajari anak-anakmu mu berenang dan memanah.
Secara tekstual Hadits ini memang berarti ketangkasan atau olahraga berenang atau memanah. Tetapi secara luas kita sebagai orang tua atau pengasuh mereka, harus memahami kebutuhan kebutuhan anak-anak kita, baik untuk kebutuhan sekarang maupun kebutuhan ketika mereka telah dewasa. Maka dalam ajaran Islam pertama kali yang harus diajarkan kepada anak adalah ilmu-ilmu untuk beribadah kepada Allah, meliputi akidah, syariah dan akhlaq. Setelah ketiga hal pokok (ushul al-din) ini, baru ilmu al-hal, ilmu sesuai dengan konteks kebutuhan dan keahliannya. Bisa jadi ilmu hukum, sosial, biologi, ilmu kedokteran, ilmu agama, tafsir, Hadits, fiqih, dan lain lain. Semua ilmu pengetahuan ini kita berikan sebagai bentuk penghargaan kita, apresiasi kita, syukur kita kepada Allah, telah diberi anugerah anak, santri, siswa atau mahasiswa. Dengan apa yang kita lakukan kepada mereka secara tidak langsung, kita telah investasi untuk masa depan mereka, untuk kepentingan kita, baik di dunia dan akhirat. Di dunia kita telah mempersiapkan generasi penerus keluarga kita. Artinya dengan kita memulyakan mereka bisa jadi nanti ketika kita sudah tua akan perhatian. Mereka bisa menggantikan tugas tugas kita memakmurkan muka bumi, sesuai dengan cita cita harapan kita.

وما يلى المضاف يأت خلف عنه فى الاعراب اذا ما حذف

Anak-anak kita bisa mengganti orang tua, tatkala orang tua telah meninggal dunia.
Di akhirat anak-anak kita juga bisa menjadi saham kita, senyampang dibekali dengan pendidikan iman, islam, dan ihsan. Artinya anak siswa, santri kita akan terus menerus mengalirkan pahala untuk kita, hasil dari jerih payah jariyah pendidikan, ilmu, tenaga, pikiran dan harta kita sehingga menjadi anak anak yang sholih, beramal sholih dan selalu mendoakan kita dalam kesehariannya. Betapa bahagiannya kita sebagai seorang orang tua, guru, kyai, ustadh yang akan ngunduh keberkahan hidup di masa tuanya, baik di dunia dan akhirat, sebagai balasan yang telah mereka lakukan di masa masa lalunya. Sesuai dawuh Nabi Saw.

 اذا مات ابن ادم انقطع عمله الا من ثلث، صدقة جارية، او علم ينتفع به، او ولد صالح يدعو له

Ketika anak adam mati, maka akan terputus semuanya kecuali tiga hal shadaqah jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak shalih yang selalu mandoakannya.
Tiga hal ini bisa saja akan didapat orang tua, guru, ketika kita mentasarufkan harta, ilmu, jiwa dan raga untuk anak anak kita, santri kita, asuhan kita, murid kita. Inilah yaag dimaksud oleh jeng Nabi hidup dan mati penuh limpahan berkah dan rahmat Allah sebagai hasil amal kita terhadap kita.
Hanya di musim pandemi ini mari kita para orang tua tetap istiqamah dengan pendidikan anak kita, bagaimana shalatnya, pembelajaran materi sekolahnya, ngaji al-Qurannya, bermainnya, dan rangkaian aktivitas mereka, ketika masa normal bisa dijalani, di musim wabah ini bisa melakukan strategi-strategi biar keistiqamahan belajar tetap terjaga, tidak berkurang mutu kualitas anak didik kita, walaupun dengan lingkungan terbatas, waktu, biaya dan bimbingan yang serta terbatas. Ketika kita sudah berusaha secara maksimal, Selanjutnya kita serahkan kepada Alkah swt. Semoga selalu mendapatkan ridla dari Allah swt.
 Petuah itu sebagai refleksi bersama ketika pandemi telah menyasar sendi-sendi kehidupan kita, terutama dunia pendidikan, mulai dari PAUD, TK sampai perguruan tinggi, bahkan pesantren sekalipun. Sejak maret sampai sekarang anak-anak kita belajar dari rumah dengan daring (dalam jaringan). Ini sebuah realitas yang harus dijalani oleh semua insan pendidikan, baik anak didik, wali santri, guru, pengelola lembaga, terkena efect dari pandemi. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha semaksimal mungkin agar pendidikan anak kita tetap berjalan, dengan berbagai cara, strategi, untuk meminimalisir dampak pandemi di dunia pendidikan kita, terutama bagi gemerasi bangsa smoga tetap belajar, berkarya, senyampang masih ada kesempatan, demi masa depan mereka, sebagai penerus perjuangan bangsa. Jangan sampai generasi kita tidak siap untuk melanjutkan cerita kehidupan berbangsa dan hernegara. Ini sudah dijelaskan oleh Allah dalam al”Quran,

وليخش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهىم

Dan sebaiknya khawatir orang orang yang meninggalkan di belakang mereka keturunan (generasi) yang lemah. takutlah atas mereka
Maknanya kelemahan ini bisa jadi lemah dari sisi kualitas, kemampuan, karena kita kurang memberikan perhatian dalam dunia pendidikan mereka. Terutama pendidikan yang dapat dijadikan bekal bagi mereka untuk membangun agamanya, keluarganya dan bangsanya. Ini menjadi tanggungan kita semua, semoga diberi kesabaran, kekuatan mempersiapkan generasi generasi tangguh untuk menyongsong masa keemasan yang akan datang. Amiiiin. Wa Allahu A’lamu.

Tags : 

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *