Penulis: Ust. Dr. K. Asmawi Mahfudz, M.Ag.
Artinya: Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?”(47) Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: “Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba- (Nya)”(48). Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahanam: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari”(49). Penjaga Jahanam berkata: “Dan apakah belum datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan membawa keterangan-keterangan?” Mereka menjawab: “Benar, sudah datang”. Penjaga-penjaga Jahanam berkata: “Berdoalah kamu”. Dan doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka(50). Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)(51). (yaitu) hari yang tiada berguna bagi orang-orang lalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk (52).
Setelah kita mengkaji penjelasan dari surat Ghafir (mukmin) ayat 46, tentang Fir’aun dan kaumnya yang mendapatkan siksa (adzab) dari Allah Swt. kemudian setelah mereka mati, di akhirat akan disiksa dengan siksaan yang lebih pedih lagi di neraka jahanam. Pada ayat 47-52 ini, kita diberi penjelasan tentang kondisi (keadaan) orang-orang kafir di neraka. Mereka antara satu dengan yang lainnya saling membantah, saling menyalahkan, dengan kekafiran yang telah mereka jalani selama hidup di dunia. Sebagaimana dijelaskan pada ayat 47, “ Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?” (al-Ghafir: 40, 47)
Ayat ini memberikan gambaran bahwa sebagian orang kafir yang lemah(dhu’afa’) meminta pertolongan kepada sekelompok orang kafir yang sombong (mutakabir), supaya menolak (dafi’) atau dapat meringankan sebagian siksaan neraka yang mereka terima. Tentu saja orang kafir yang sombong (alladhina istakbaru) tersebut tidak dapat memberikan pertolongan, karena mereka sendiri juga mendapatkan siksa neraka. Orang-orang kafir sombong tersebut menjawab dengan ungkapan” “Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba- (Nya)”. Artinya sesama orang kafir tidak dapat memberikan pertolongan dikarenakan sama-sama menerima ketetapan hukuman dari Allah, atas kekafiran yang mereka lakukan selama di dunia. Seandainya orang kafir dapat menolak siksaan yang diterima, tentunya mereka akan menghindar dan menolak siksaan mereka sendiri. Pada saat sudah di neraka, sudah merupakan ketetapan adzab Allah di akhirat bagi orang-orang kafir, yang tidak seorang makhluq pun dapat menolak atau menghindarinya. Makna yang terkandung dalam ayat itu bagi penulis dan pembaca lainnya adalah orang kafir tidak dapat menolong siksaan yang mereka terima, apalagi memberikan pertolongan orang lain.
Kemudian orang-orang yang ada di neraka meminta pertolongan kepada para malaikat penjaga neraka (khazanah), supaya Allah meringankan siksanya walaupun hanya sehari saja. Ungkapan mereka disebutkan dalam ayat 49-50,
“ Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahanam: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari”(49). Penjaga Jahanam berkata: “Dan apakah belum datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan membawa keterangan-keterangan?” Mereka menjawab: “Benar, sudah datang”. Penjaga-penjaga Jahanam berkata: “Berdoalah kamu”. Dan doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka “(50)
Malaikat penjaga neraka yang dimintai pertolongan oleh penghuni neraka, sesuai penjelasan ayat di atas, malah mengembalikan pertolongannya kepada diri mereka sendiri, supaya berdoa secara langsung kepada Allah. Padahal malaikat mengetahui bahwa doanya orang-orang kafir pasti tidak diterima oleh Allah. Hal ini dapat dipahami bahwa, malaikat sebagai hamba Allah yang selalu ta’at dan patuh, tanpa dosa sekalipun, (la ya’shuna Allaha ma amarahum wa yaf’aluna ma tu’maruna, hamba-hamaba Allah yang tidak pernah durhaka dan selalu patuh terhadap perintah Allah) juga tidak dapat memberikan pertolongan kepada orang-orang yang sudah ditetapkan mendapat adzab dari Allah di neraka. Dari ayat ini juga dapat dimengerti bahwa syarat diterimanya do’a adalah iman kepada Allah Swt (aqidah tauhid), baik keimanan tersebut bagi orang yang mendoakan atau orang yang didoakan.
Masalah keimanan ini juga dijelaskan lagi pada ayat selanjutnya (51-52 surat mukmin),” Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (yaitu) hari yang tiada berguna bagi orang-orang lalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk”. Ini menunjukkan bahwa pertolongan Allah hanya berlaku bagi orang yang beriman dari hambanya, baik pertolongan tersebut ketika dalam kehidupan dunia maupun nanti di akhirat. Untuk pertolongan di akhirat, di mana saat itu tidak ada gunanya lagi permintaan maaf atau penyesalan, di suatu hari di mana saksi-saksi kebenaran akan mengungkap dosa-dosa atau pahala para hamba Allah. Saat itu bagi orang kafir balasannya adalah laknat dari Allah dan tempat tinggal yang buruk di neraka (al-Suyuti, “Tafsir Jalalayn” dalam al-Shawi, Tafsir al-Shawi al-Maliki, Beirut: Dar al-Fikr, 2002, IV, 13-14). Sedangkan untuk orang yang beriman akan mendapatkan pertolongan Allah, dengan banyak jalan, sesuai dengan kehendak Allah. Pertolongan itu bisa dari amal shalihnya, pertolongan (syafa’at) dari Rasul utusan Allah yang diikutinya, atau pertolongan dari para hamba-hamba Allah pilihan. Seperti para ulama’, syuhada’ dan yang lain-lain.
Paparan sekilas tafsir ayat 47-52 dari surat Mukmin tersebut dapat disimpulkan bahwa, sesama orang orang kafir di akhirat tidak dapat saling memberikan pertolongan. Permintaan pertolongan orang kafir kepada hamba Allah yang paling dekat sekalipun juga tidak dapat meringankan siksa yang mereka terima. Hal itu dibuktikan dengan permintaan tolong penghuni neraka kepada para malaikat penjaga neraka tersebut. Untuk itu syarat diterimanya doa atau pertolongan (syafaat) adalah beriman kepada Allah dan Rasulnya. Baik orang yang beriman (Alladhina Amanu) tersebut sebagai orang yang berdoa, atau sebagai orang yang didoakan. Pertolongan Allah bagi orang-orang mukmin diberikan ketika mereka masih di dunia maupun nanti di akhirat kelak. Wa Allahu A’lamu bi al-Shawwab !.
Tentang penulis: Beliau adalah Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar dan menjadi pengajar di Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung.