Alkamalblitar.com- Senin (20/02) menjelang tengah malam, Mahad aly Ashabul Ma’arif melaksanakan sebuah diskusi ilmiyah dengan menyandak tema “Menangkal Matrealisme di Kalangan Santri”. Diskusi hangat ini berjalan hingga bergantinya hari dan menjelang pagi. Pada malam tersebut, agenda yang kabarnya akan dijadikan sebuah rutinitas bagi mahasantri ini dipimpin langsung oleh direktur Mahad Aly Ashabul Ma’arif yaitu Ust. M. Nasichin Al-Mu’iz, M.Pd.i.
Diskusi ilmiyah berjalan cukup panas dengan berbagai macam lemparan petanyaan serta sanggah menyanggah antar argumen. Ini semua berkat prolog yang beliau Ust. Nasichin poleskan di awal diskuis.
Beliau membuka dengan pengertian materialisme (Karl Marx, salah satu tokoh materialisme historis/dialektis) dalam ranah filsafat secara umum yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia adalah materi, sehingga faham ini umumnya akan bermuara pada tidak adanya pengakuan terhadap kekuasaan mutlak (Allah SWT). Dalam ranah lain beliau menjelaskan materialisme dalam arti yang universal atau bisa dikatakan matre yang lumrah dikalangan masyarakat awam. Ranah umum inilah yang disepakati untuk menjadi fokus diskusi pada malam tersebut.
“Materialisme atau matre itu ketika dengan materi kita merasa ada di zona aman. Misal, dalam berpakaian kalau tidak bermerek ya tidak nyaman”, ucap pemateri. Beliau juga menyatakan bahwa Matre itu sesuatu yang menjadikan kita bahagia dengan materi itu. Inilah yang menjadi problematika bagi santri di modern ini. Mereka banyak mementingkan kesenangan yang matrealistis yang berimbas keinginan untuk memenuhi segala sesuatu yang bersifat duniawi dan mengerah pada ranah keborosan.
Beliau ust. Naschin membagikan salah satu resep untuk menangkal matrealisme. Zuhud, merupakan salah satu jawaban atas problematika tersebut. “yang perlu diingat, zuhud bukan berarti meninggalkan dunia akan tetapi menjauhinya. Kalau meninggalkan kesannya Laa hajata lah (kita ga butuh sama dunia), sedangkan dalam al-Qur’an ada ayatربنا اتنا في الدنيا حسنة و في الاخرة حسنة وقنا عذاب النار . Kalau kita tidak punya harta bagaimana kita bisa zuhud” . Beliau mengungkapkan zuhud bisa diterapkan dengan syarat kita harus mengakui kalau kita itu memang matre, barulah kita bisa merubah sifat kita menuju lebih baik. Pada dasarnya zuhud memang berifat individualis karna orientasinya pada diri sendiri berdasarkan pengalaman sendiri. Jadi ini adalah solusi nafs (solusi untuk diri sendiri).
Masih banyak lagi sebenarnya ilmu yang dipaparkan dalam diskusi yang berlangsung hingga pukul 01.00 dinihari tersebut, namun kesimpulannya adalah menamdang matrealisme sebagai matre yang menjadi salah satu problematika di khalayak umum yang menjurus pada hedonisme yang dapat diobati dengan zuhud. Al-Qusairi mengungkapakan ada tiga zuhud. Pertama adalah meninggalkan dunia karna takut dosa. Yang kedua adalah meninggalkan dunia karna mengharap pahala dan yang terakhir adalah meninggalkan dunia karna memang tulus, ikhlas lihubbillah. Nantikan diskusi ilmiyah mahasantri berikutnya, dengan berbagai macam tema yang menjurus pada pembinaan akhlaq al-karimah.[Asyadgifar_red]