Fiqh al-Walad (Serial Ulang Tahun Santri Yunior)

Pada tahun 2015 adalah tahun bersejarah bagi kami pasangan suami istri yang sudah 11 tahun membina rumah tangga, karena mendapatkan anugerah keturunan kembar dari Allah SWT, yang kemudian kami beri nama Muhammad Fawwaz Tanbitul Atsmari dan Muhammad Firaz Tanbitul Atsmari. Walaupun yang satu, Muhammad Fawwaz dipanggil Allah Ketika berumur 17 hari di Rumah sakit Siloam Surabaya. Dari anugerah ini kita menyadari betul bahwa yang namanya keturunan itu adalah titipan dan atas kehendak Allah. Ini kita buktikan sendiri selama 10 tahun berumah tangga berupaya, berusaha dengan semaksimal mungkin, baik dengan pendekatan natural (alamiyah), pendekatan ruhaniyah dengan berdoa, juga pendekatan medis yang tidak berhenti, baru dianugerahi dhurriyah pada umur 11 tahun pernikahan. Sekarang dia sudah berumur enam tahun, menginjak usia sekolah di Taman Kanak-Kanak (TK), maka kemarin hari Senin, pada hari kelahirannya kita keluarga besar berkumpul untuk mengadakan syukuran ulang tahunnya. Dimulai dengan pada pagi hari, bersama teman dan guru sekolahnya di TK Al-Kamal dia bersuka ria, syukuran, membawa nasi kotak chiken untuk guru dan teman-temanya yang hadir. Nampak kegembiraan yang luar biasa ketika seorang anak mengikuti acara syukuran, bernyanyi, mendapatkan ucapan panjang umur, menerima hadiah dan berdoa. Ini dunia anak-anak, walaupun kelihatannya bermain, bercanda, bergembira, di situ juga ada pendidikan (learning by playing, learning by doing, learning by singing, dan sebagainya). Kita sebagai orang tua harus mengerti betul dunia anak di samping memberikan injeksi pendidikan pada levelnya itu.
Pada sore harinya kita undang keluarga mulai kakek, nenek, paman-pamannya, bu lik-nya dan asatidh Pondok Pesantren Al-Kamal untuk syukuran bersama. Acaranya diisi dengan doa agar Muhammad Firaz dan keluarga selalu dalam lindungan Allah, menjadi anak yang shalih, dapat melanjutkan cerita kesejarahan keluarga, berumur panjang, rezeki, umur yang manfaat dan barokah dan cita harapan kebaikannya untuk masa depan dunia akhirat. Acara nampak meriah karena mamanya Firaz membuat suasana rumah berhias ala dunia anak milenial, tetapi tetap terkendali dengan lantunan doa-doa dari ayat Alquran dan barakah jamaah orang-orang shalih. Dari Syukuran 6 tahun umur Firaz ini, dapat kita ambil beberapa hikmah dan pelajaran bahwa anak adalah titipan Allah, amanah Allah, yang dianugerahkan kepada kita untuk diasuh, dididik, yang nantinya dapat melanjutkan kekhilafahan orang tua di muka bumi ini. Maka dalam sebuah Hadits Nabi Saw orang tua diingatkan untuk menjaga kesucian (originalitas) anak.

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِه

Artinya: Setiap anak yang dilahirkan itu dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya yang mewarnai dia menjadi Yahudi, atau Majusi atau Nasrani. Artinya walad (anak) ini waktu dilahirkan dalam keadaan bersih, suci tanpa dosa, maka kelanjutannya diserahkan kepada orang tuanya, dibentuk mempunyai karakter, kepribadian, berakhlaq sesuai dengan kepengasuhan orang tua kepada anaknya.
Memang yang namanya keturunan berdasarkan nash Alquran dan Hadits, adalah sebuah cita-cita bagi sepasang suami istri, tetapi ketentuan mutlaq tetap pada milik Allah SWT. Ini adalah sebuah experiences (pengalaman) pribadi sebagai pemahaman dan pngertian bagi para pasangan yang lain, bahwa keturunan adalah idaman sekaligus pembuktian atas kebesaran Allah, dalam sebuah ikatan pernikahan hamba. Sebagaimana tertuang dalam ayat pernikahan

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. Dalam konteks keturunan ayat ini dapat dibuktikan oleh semua suami istri, bahwa semua adalah bukti kuasa Allah Swt.  Maka Ketika kita mendapatkan keturunan ini betapa rasa syukur kepada Allah juga dapat membuktikan kuasanya dalam berusaha untuk mendapatkan keturunan ini.
Kemudian setelah mendapatkan keturunan ini tantangan yang harus dihadapi adalah dalam proses kepengasuhannya sehingga nanti seorang anak benar-benar sehat secara lahir dan batin, menjadi anak yang shalih sesuai dengan harapan orang tua mendapatkan anak. Di dalam Alquran menyebut beberapa cita-cita orang tua kepada anaknya, diantaranya adalah anak kadang kala menjadi fitnah (awladukum fitnah) ujian bagi seorang hamba, (awladukum aduwun lakum) anakmu sebagai musuhmu, dhurriyah thayyibah (keturunan yang baik), qurrata a’yun, menjadi penenang hati. Istilah-istilah itu penjelasan dari Alquran tentang anak atau keturunan kita.
Anak dapat menjadi fitnah atau ujian bagi orang tua, karena dalam proses pertumbuhannya dan perkembangan seorang anak pasti akan mengalami dinamika tersendiri, yang membutuhkan kesabaran orang tua dalam mendidiknya, mengasuhnya, baik yang berhubungan dengan kebutuhan fisik, psikis atau intelektualitasnya. Sebagai contoh kadang kita menemukan perkembangan anak yang sehat secara lahir bathin, dia suka makan, tidur juga nyenyak, tetapi gampang menangis pada saat-saat tertentu. Sebagai orang tua mungkin pasti gelisah mengapa anaknya kok gampang menangis, adakah yang kurang dalam kepengasuhanya, atau memang Allah Swt memang baru saja mengujinya lewat anak yang sedang menangis.
Alquran juga menyebut anak sebagai musuh. Artinya perilaku anak seolah-olah menjadi musuh bagi orang tuanya. Mungkin saja dalam proses pendidikannya seorang anak mempunyai karakter yang berbenturan dengan karakter orang tua, atau kehendak anak berlawanan dengan harapan orang tuanya, sehingga dalam kehidupan sebuah keluarga perilaku anak selalu bertententangan dengan ekspektasi yang diharapkan orang tuanya. Misalnya dalam pemilihan sekolah, dalam ketaatannya kepada orang tuanya, dalam pergaulannya, dalam memilih jodoh sebagai pendampingnya, dimungkinkan adanya peretantangan antara anak dan orang tuanya. Dari perspektif orang tua, hal ini mungkin akan membuatnya kesal atau marah, juga dalam perspektif anak juga marah kepada orang tuanya, sehingga benturan keduanya mungkin akan terjadi dalam interaksi dalam keluarganya. Maka sebagai orang tua, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti itu, diperlukan pendidikan yang holistik. Artinya pendidikan anak lewat lembaga pendidikan, pendidikan anak lewat kleluarga, pendidikan anak dalam pergaulanya sehari-hari, yang semuanya diarahkan dalam pembentukan akhlaqul karimah sebagaimana diajarkan dalam ajaran Islam.
Demikian juga Alquran menyebut anak sebagai penenang hati bagi orang tuanya. Maksudnya anugerah Allah yang berupa anak ini baik secara fisik maupun kepribadian dapat menjadikan orang tua tentram hatinya, Ini dapat dicontohkan ketika orang tua pulang kerja, dalam kondisi super payah, tetapi setelah samapai rumah, kepayahan ini dapat reda atau hilang setelah berkumpul dengan anak-anaknya. Juga contoh lain ketika anak mendapatkan prestasi yang membanggakan bagi keluarganya, maka orang tua biasanya juga bangga dengan prestasi anaknya. Dan memang sudah selayaknya orang tua selalu membanggakan anak-anaknya sebagai pelanjut cerita bagi keluarga besarnya. Maka dalam Alquran banyak sekali doa-doa yang memberikan tuntunan dan harapan bagi orang tua kepada anak atau dhurriyahnya. Misalnya (QS. Ali Imran: 38).

ربِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

“Ya Tuhanku, berikanlahlah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” Artinya ini adalah usaha batin dan harapan dari orang tua kepada anak supaya mendapatkan keturunan yang baik, dari sisi lahirnya, dari sisi batinnya. Maka yang perlu dilakukan oleh orang tua supaya anak-anak menjadi baik, harus memenuhi kebutuhan pokoknya baik kebutuhan pendidikannya, kebutuhan badannya, kebutuhan spiritualnya dan sebagainya.
Dalam ayat yang lain Allah juga menyebutkan doa, رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ, (Ya Allah berilah aku keturunan yang termasuk orang-orang yang shalih). Doa-doa itu adalah ajaran Allah yang telah dilakukan oleh para para nabi-nadi atau rasul yang kejadiannya adalah sama, bahwa mereka juga mempunyai harapan-harapan, cita-cita untuk anaknya di masa masa yang akan datang. Untuk itu mari kita istiqamah untuk berpegang teguh dalam ngopeni anak kita, santri kita dengan selalu berharapa kepada rahmat Allah dan sesuai prisnip-prinsip pendidikan anak, dengan demikian cita-cita para orang tua dapat tercapai, bahkan sesuai dengan ketaatan kepada Allah yang di dalamnya bernilai ibadah. Aamiin.
*Pengasuh PPT Al-Kamal Blitar dan Pengajar UIN Satu Tulungagung

Tags : 

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *