Kimiya’ Sa’adah Lil Imam Al-Ghozali #12 “Hati Itu Seperti Cermin”

Hati seorang mukmin itu putih, jernih dan bersih seperti cermin seandainya sepi dari sahwat serta ketertipuan. Seperti yang diriwayatkan dari Ibn Abi Syaibah ‘an Abdullah Ibn Umar, Ali berkata “Iman itu dimulai dari titik putih dalam hati. Setiap bertambah iman seseorang maka bertambah pula titik putih dalam hati hingga semuanya menjadi putih bersih. Begitupula hati orang munafik, hatinya dimulai dari titik hitam. Semakin bertambah sifat munafiknya maka akan bertambah pula titik hitamnya, sehingga semua hatinya hitam pekat. Lalu Ali berkata lagi, demi ruh yang dikuasai-Nya, seandainya hati orang mukmin itu dibelah maka akan kau temukan putih bersih dan hati orang munafik hitam pekat.”
Syaikh Ibrahim Ibn Adham juga berkata; Hati seorang muslim itu putih, bersih seperti cermin. Tidaklah setan mendatangi hati manusia dari segala arah kecuali dia melihat manusia seperti manusia melihat wajahnya pada cermin. Jika seorang berbuat dosa maka satu titik hitam akan terpatri pada hatinya, jika seorang itu bertaubat maka akan jernih kembali. Jika ia kembali berbuat dosa maka titik-titik hitam akan memenuhi hatinya. Inilah yang dimaksud oleh Alquran pada surah Al-Muthaffifin ayat 14;

كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Terjemah;
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.
Nabi Muhammad SAW juga menjelaskan melalui hadist;

عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إن العبد إذا أخطأ خطيئة نكتت في قلبه نكتة سوداء فإذا هو نزع واستغفر وتاب سقل قلبه وإن عاد زيد فيها حتى تعلو قلبه وهو الران الذي ذكر الله كلا بل ران على قلوبهم ما كانوا يكسبون

Terjemah;
Dari Abu Hurairah ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda : “Sesungguhnya seorang hamba, ketika berbuat dosa, ada titik hitam di hatinya. Ketika dia meninggalkan dosanya, memohon ampun, dan bertobat, hatinya kembali bersih. Dan jika dia kembali (berbuat dosa), titik hitam terus bertambah di hatinya sampai menggunung, dan itulah yang menyelubungi hati (dari cahaya) seperti yang Allah firmankan, “Sama sekali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.”
Menurut ahli bijak bestari bahwa hati ibarat rumah yang mempunyai enam pintu yaitu, dua mata, lisan, pendengaran, penglihatan, tangan dan kaki. Kapan pun pintu itu dibuka tanpa ilmu maka rumah itu akan rusak bahkan hilang. Oleh sebab itu perhatikan sesuatu yang memasuki di halaman hati. Jangan buka pintu hati setelah menyakini bahwa itu hal yang baik, karena banyak orang di jalan di malam hari adalah pencuri.
Perlu engkau ketahui, bahwa hati itu seperti cermin. Begitupula lauhil mahfudz juga seperti cermin. Jangan kau persepsikan bahwa lauhil mahfudz itu seperti papan yang terbuat dari kayu, besi atau tulang. Lauhil mahfudz Allah SWT tidak menyerupai ciptaan makhluk. Kitabullah juga tidak menyerupai kitab buatan makhluk, karena sifat dan dzat Allah SWT tidak serupa dengan makhluk. Mungkin jika kau ingin mengetahui perumpamaan yang mendekati lauhil mahfudz itu seperti menetapnya kalimat-kalimat Alquran yang dihafalkan oleh seseorang. Kalimat, huruf dan lain sebagainya terpatri dan seakan tertulis dalam otaknya tetapi jika engkau mengurai, membedah otaknya maka tidak akan engkau jumpai kalimat dan huruf-huruf itu.
Oleh karena hati seperti cermin dan lauhil mahfudz seperti cermin juga, sesuatu yang tampak pada salah satu cermin akan memantul pada cermin lain. Oleh karena itu sesuatu yang ada di lauhil mahfudz memantul ke hati manusia. Jika hati manusia sepi dari sahwat duniawi maka akan terpantul dengan jelas. Jika hati seseorang terpenuhi dengan nafsu duniawi maka alam malakut akan terhijab sehingga seseorang tidak akan bisa melihat pantulan-pantulan dari yang ghaib.
Seseorang yang hatinya bersih kemudian tidur maka indrawinya akan terputus lalu melihat jauhar-jauhar alam malakut dan sebagian dari pantulan-pantulan lauhil mahfudz. Jika pintu-pintu indra sudah tertutup maka yang tersisa adalah daya imajinasi, lalu yang dilihat oleh seseorang melalui hati bukan keadaan yang sebenar-benarnya. Ketika seseorang itu meninggal daya imajinasi dan indrawi akan hilang. Saat itulah seseorang akan melihat realitas yang sebenarnya tanpa ragu dan imajinasi oleh sebab itu Allah SWT berfirman pada surat Qaf ayat 22;

لَقَدْ كُنْتَ فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاۤءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيْدٌ

Terjemah;
Sungguh, kamu dahulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال صلى الله عليه وسلم؛ كل أهل الناى يرى مقعده من الجنة، فيقول؛ لو أن الله هداني، فيكون عليه حسرة. قال؛ وكل أهل الجنة يرى مقعده من النار فيقول؛ لولا أن الله هداني، قال فيكون له شكرا.

Terjemah;
Dari Abu hurairah Nabi Muhammad Berkata; Setiap ahli neraka akan melihat kedudukannya disurga maka dia menyesali atas semua perbuatannya. Begitu pula ahli surga, mereka melihat kedudukannya dineraka kemudian mereka bersyukur atas pertolonganNya.
Terjemah Kimiya’ Sa’adah Lil Imam Al-Ghozali #12
Ditulis oleh : Afrizal Nur Ali Syahputra, M.Pd., (Wakil Ketua Pengurus Pusat PPTA)

Tags :

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *