Santripreneur Idaman Calon Mertua

Indonesia adalah negara dengan seribu keberagaman dan budaya, salah satunya budaya nyantri adalah suatu budaya khas Indonesia dimana banyak sekali para santri terbekali ilmunya dari pondok pesantren. Dari masa ke masa pondok pesantren berkembang secara dinamis mengikuti zaman. Sesuai perkembangan zaman, pondok pesantren harus mampu menciptakan lulusan dengan berbagai kemampuan karena tidak semua santri akan menjadi seorang TNI, Polri, tidak semua santri akan menjadi pegawai negeri dan tidak semua santri akan menjadi Kyai. Bisa jadi dari sebagian santri akan menjemput takdirnya menjadi pengusaha yang dapat menciptakan lapangan kerja untuk kehidupan bangsa. Maka dari itu salah satu pendidikan pesantren santri harus dibekali dengan pengetahuan berwirausaha. Dalam era serba teknologi zaman sekarang, kreativitas santri sangat diperlukan untuk meningkatkan jiwa enterpreneurship dalam mengembangkan ide maupun gagasan yang nantinya akan menciptakan suatu inovasi dan dilandasi dengan ilmu keagamaan. Meningkatkan jiwa entrepreneurship santri pondok pesantren harus ada pendampingan dari orang-orang yang lebih berkompeten di bidangnya.
Kini sudah saatnya bangsa Indonesia memikirkan dan mencari terobosan dengan menanamkan sedini mungkin nilai-nilai kewirausahaan, terutama bagi kalangan terdidik seperti santri di pondok pesantren. Penanaman nilai-nilai kewirausahaan bagi banyak orang diharapkan bisa menimbulkan jiwa kreativitas untuk berbisnis atau berwirausaha sendiri serta tidak bergantung pada pencarian kerja yang semakin hari semakin sempit dan ketat persaingannya. Kreativitas ini sangat dibutuhkan bagi santri yang berjiwa entrepreneurship untuk menciptakan sebuah peluang kerja, tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain. Ini sesuai dengan keinginan Kantor Menteri Koperasi dan UKM untuk menciptakan 20 juta usaha kecil menengah baru tahun 2020. Keinginan ini direspon positif bahwa membangun UKM sama dengan membangun ekonomi Indonesia. Katakanlah satu UKM mempekerjakan 5 orang, maka 20 juta UKM akan menyerap lebih dari 100 juta tenaga kerja.
Santri yang dikenal mempunyai karakter mandiri, sederhana, tidak mudah menyerah serta berani mengambil resiko. Karakter santri begitulah yang menjadi modal berjiwa entrepreneurship. Pondok pesantren harus berusaha untuk melatih santri-santrinya agar mandiri dan kreatif melalui beberapa bidang usaha yang dimiliki seperti koperasi pondok pesantren, santri mampu mengelola waktu untuk melaksanakan kewajiban untuk mengaji tanpa meninggalkan mengabdi. Dalam mengelola bidang usaha yang dimiliki oleh pondok pesantren tentunya para santri mulai timbul  jiwa entrepreneurship. Contohnya pada koperasi pondok pesantren menyediakan kebutuhan sehari-hari santri termasuk jajanan. Kemudian banyak limbah-limbah plastik bungkus jajanan maupun minuman belum dikelola secara optimal. Keterbatasan pemikiran santri menjadikan bidang usaha belum maksimal jika dilihat secara keseluruhan. Ada beberapa yang menimbulkan problematika terhadap lingkungan sekitar. Jika sampah plastik tersebut dibuang begitu saja maka akan memperparah dampak buruk dari sampah tersebut bagi pondok pesantren. Maka perlu adanya pendampingan dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Sampah plastik yang sudah tidak dipakai dapat dimanfaatkan sebagai kreasi seni yang bernilai jual tinggi, apabila kita mampu mengolahnya. Salah satu pemanfaatannya adalah dengan membuat tas dan dompet dari limbah plastik yang bisa dilakukan para santri agar sampah yang tidak berguna dapat mempunyai nilai ekonomis.
Dalam kegiatan entrepreneur yang lain santri dapat mengoptimalkan kesempatan yang ada baik di asrama maupun di lingkungan sekitar pondok pesantren. Misalnya dalam pembekalan pelajaran tata boga di sekolah santri harusnya mampu membuat hidangan/ masakan/ jajanan yang nantinya bisa dititipkan di koperasi sekolah ataupun dikelola sendiri melalui kantin santri, hal inilah yang dapat menumbukan jiwa wirausaha secara langsung karena santri terjun langsung dari proses sampai tahap distribusi ke konsumen. Dan kalau mau untuk lebih kreatif lagi sebenarnya masih banyak kesempatan atau peluang untuk menciptakan belajar usaha di pondok pesantren. Seperti halnya kemampuan santri di bidang TBSM yang didapatkan dari keterampilan di sekolah formal, seharusnya dengan kemampuannya mereka bisa membuka jasa untuk servis dan ganti oli kepada mereka ustaz dan ustazah yang memiliki sepeda motor di pesantren dengan biaya yang cenderung berani bersaing dengan bengkel-bengkel di luar. Contoh-contoh kegiatan tersebutlah yang harusnya terus didorong dan didukung supaya santri tetap percaya diri untuk berwirausaha tanpa meninggalkan kegiatan ta’lim wa ta’alum mereka di tengah padatnya jadwal aktivitas.
Di lain pihak jiwa entrepreneurship santri juga akan menumbuhkan jiwa tanggung jawab serta mampu untuk me-manage waktu dengan baik karena tanggung jawab mereka selain menjadi seorang santri/ murid namun memiliki jiwa untuk berkarya dan berwirausaha yang nantinya kami yakin dengan keisitqomahannya manfaat dari entrepreneur ini sangatlah besar bahkan dengan segudang manfaat dari jiwa entrepreneur ini akan menjadi dambaan bagi semua orang terlebih bagi calon mertua yang akan mengambilnya sebagai calon menantu. Waallahu a’lam.
Ditulis oleh : Ahmad Minanurrahim, S.Pd. (Penasehat Pengurus Pusat PPTA)

Tags :

Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *